Reporter : Putut Sugiarto
SuaraBojonegoro.com – Kesamaan jadwal tanggal Idul Adha 2023, antara Arab Saudi dan Muhammadiyah yang sama menurut Sholikhin Jamik menuturkan bahwa karena Kebetulan, Kesamaan hari Arafah dan Idul Adha antara Arab Saudi dan Muhammadiyah tahun ini hanya kebetulan karena bukan ditetapkan berdasarkan metode yang sama.
“Arab Saudi masih memakai rukyat dan Muhammadiyah menggunakan hisab hakiki. Karena itu beberapa kali, di tahun sebelumnya, terjadi perbedaan penetapan dua hari tersebut,” Ujarnya, Selasa (20/6/2023).
Hal ini, Berbeda dengan beberapa ormas yang memakai hari pelaksanaan wukuf di Padang Arafah sebagai pedoman puasa Arafah dan esoknya sebagai Idul Adha di Tanah Air.
Alasannya, puasa Arafah sangat terkait dengan peristiwa wukuf di Arafah sehingga puasa tersebut harus dilaksanakan bersamaan dengan saat wukufnya jamaah haji di Padang Arafah.
“Selain alasan itu, ada kelompok yang mencita-citakan Tanah Suci di Arab Saudi, yaitu Mekah dan Madinah, sebagai pusat ibadah umat Islam dunia. Sebagai konsekuensinya, tidak hanya hari Arafah dan Idul Adha yang harus sama, melainkan juga Idul Fitri,” tambah Sholikin Jamik.
Muhammadiyah tidak demikian. Untuk menetapkan hari Arafah dan Idul Adha, Persyarikatan yang didirikan KH Ahmad Dahlan ini tetap berpedoman pada hasil hisabnya sendiri. Karena itu, di lain waktu akan berpotensi menimbulkan perbedaan.
Dia juga menjelaskan bahwa Muhammadiyah menetukan awal bulan memakai metode hisab. Dan methode hisab yang dipakai Muhammadiyah adalah hisab wujud al hilal, yaitu metode menetapkan awal bulan baru yang menegaskan bahwa bulan Qamariah baru dimulai apabila telah terpenuhi tiga parameter:
Telah terjadi konjungsi atau ijtimak
Ijtimak itu terjadi sebelum matahari terbenam
“Pada saat matahari terbenam bulan berada di atas ufuk,” tegasnya.
Di Arab Saudi sudah hari raya gari Rabu tanggal 28 Juni 2023 di Indonesia masih Puasa Arofah
Sholikhin Jamik menyampaikan, bahwa hari Arafah itu bukan hari ketika jamaah haji wukuf di Arafah, tetapi hari Arafah itu tanggal 9 Dzulhijjah jadi tidak ada masalah rakyat Indonesia selain warga Muhammadiyah tetap saja puasa Arofah walaupun di Arab saudi dan wara Muhammadiyah sudah hari raya Idul Adha..
Secara historis. Nabi SAW menerima wahyu haji tahun ke-6 hijrah. Sementara Nabi baru haji tahun ke-9 setelah hijrah. Berarti tiga tahun setelah menerima wahyu itu baru haji. Sementara pada saat itu sudah ada ajaran tentang puasa Arafah. Sehingga sebelum ada haji sudah ada puasa Arafah, sudah ada hari Arafah.
Argumentasi lain juga bisa kita kedepankan, jika seandainya terjadi malapetaka atau problem besar atau bencana atau peperangan, sehingga pada suatu tahun ternyata jamaah haji tidak bisa wukuf di Padang Arafah, bukankah tidak membatalkan adanya puasa Arafah?. (Put/SAS)