Gotong Royong Pentahelix Dalam Program DESAEM di Desa Sekitar Proyek JTB

SuaraBojonegoro.com – Kesiapsiagaan menghadapi kebencanaan merupakan tanggungjawab semua pihak. Salah satu nilai luhur budaya bangsa Indonesia yang merupakan potensi lokal yang dapat dijadikan contoh baik dalam penanganan bencana ialah gotong royong pentahelix, yakni partisipasi pemerintah, masyarakat, dunia usaha, akademisi, dan media.

PT Pertamina EP Cepu (PEPC) Zona 12 Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina bersama para pihak di sekitar area Project Pengembangan Gas Lapangan Unitisasi Jambaran Tiung Biru (JTB) kembali melakukan gotong royong pentahelix yang melibatkan pemerintahan, masyarakat desa, serta pihak akademisi dari Mahasiswa Relawan Siaga Bencana (Maharesi Gana) STIKES Maboro Bojonegoro, dan media massa dalam sebuah program sebagai upaya memberikan kontribusi untuk mewujudkan desa siaga bencana yang siap menghadapi segala kemungkinan kegawatdaruratan kebencanaan.

Konsep gotong royong yang melibatkan multipihak dalam menghadapi segala resiko kebencanaan ini oleh PEPC diwujudkan melalui sebuah program pengembangan masyarakat (PPM) yaitu Program Desa Siaga Emergency Kebencanaan (PROGRAM DESAEM) di sekitar area Proyek JTB. Program ini merupakan salah satu program PPM dari PEPC tahun 2022 yang dalam pelaksanaannya telah mendapatkan persetujuan dari SKK Migas. Sebelumnya pada 2021 lalu PEPC bekerjasama dengan Yayasan PARATAZKIA telah memulai program ini di 4 desa di sekitar area Proyek JTB, yakni Desa; Bandungrejo, Pelem, Dolokgede, dan Kaliombo. Program tersebut merupakan tahap pertama dari roadmap program yang direncanakan. Setidaknya terdapat 186 taruna siaga bencana dari berbagai unsur masyarakat desa serta 20 tenaga kesehatan terlibat sejak awal dalam pelaksanaan program.

Baca Juga:  SKK Migas dan PEPC, Tekan Emisi Karbon Dengan Tanam Pohon di Bojonegoro

Mewakili Manajemen PEPC Zona 12, Field Officer Community Relations & CSR PEPC Edi Arto turun bersama mitra kerja memberikan sosialisasi program di balai Desa Bandungrejo, Ngasem, Bojonegoro, Jawa Timur pekan ini. “Setelah di tahun 2021 lalu kami fokus pada pembentukan dan deklarasi taruna siaga bencana serta berbagai pelatihan hingga simulasi untuk peningkatan kapasitas kemampuan taruna siaga bencana, maka di tahun 2022 melalui program ini kami akan melanjutkan berbagai pelatihan tersebut sekaligus akan melengkapi peralatan yang dibutuhkan dalam menghadapi segala kemungkinan kebencanaan” terang laki-laki yang juga penyuka sepeda grasstrack tersebut.

Menurut fasilitator program dari PARATAZKIA Sudalhar, kegiatan utama program DESAEM tahun 2022 ini meliputi pengadaan paket sistem komunikasi yang terdiri dari pengadaan radio komunikasi, standar operasional prosedur aktivasi komunikasi kegawatdaruratan bencana, penetapan jalur evakuasi beserta muster point atau titik kumpul, pemasangan alarm system tanda bahaya pada titik lokasi yang disepakati bersama masyarakat dan pemerintah desa, serta pengadaan sarana transportasi untuk operasional kesiapsiagaan kebencanaan. “Selain itu juga, kita akan kembali lakukan penyegaran teori dan praktek terhadap pelatihan kesiapsiagaan kebencanaan yang telah terlaksana pada periode program sebelumnya,”tuturnya.

Baca Juga:  PEPC Bersinergi Kurangi Dampak Lingkungan di Bojonegoro

Sementara, Kepala Desa Kaliombo Rohmad Edy Suyanto, menyampaikan apresiasi atas kembali dilaksanakannya program ini oleh PEPC. Menurutnya, melalui program ini, semoga semakin meningkatkan sumber daya manusia bagi warga desa Kaliombo. “Ini merupakan salah satu program yang sangat sesuai dengan arah tujuan perencanaan pembangunan di desa kami. Besar harapan kami ketika Lapangan gas JTB sudah memasuki fase produksi nanti, PEPC akan tetap konsisten memberikan kontribusi dalam upaya menumbuhkembangkan masyarakat sekitar area operasi salah satunya bagi warga kami di desa Kaliombo,” harapnya.

Melalui program ini, PEPC juga mengkampanyekan keselamatan dan keamanan jalur pipa gas yang melintasi desa sekitar Proyek JTB. Dalam sosialisasi program ini juga PEPC membangun kesadaran warga serta mengajak warga desa untuk bersama-sama merasa memiliki dan menjaga keamanan-keselamatan atas segala fasilitas yang ada di sepanjang jalur pipa gas sebagai aset Negara. (Red/Lis)