Dosen Unigoro Ciptakan Alat Filtrasi Air Hujan Menjadi Air Siap Minum

SuaraBojonegoro.com — Mushtofa, ST., MT., dosen prodi teknik sipil Universitas Bojonegoro (Unigoro) berhasil menciptakan alat filtrasi untuk mengubah air hujan menjadi air siap minum. Karya ini merupakan bagian dari Penelitian Dosen Pemula (PDP) 2024 yang berjudul Sistem Pengolahan Air Hujan Menjadi Air Siap Minum Berbasis Sensor PIR (HC-SR501) dan Arduino Uno. Program tersebut didanai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Diktiristek) melalui Pendanaan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Tahun 2024.

Mushtofa dan rekannya Ir. Yulia Indriani, ST., MT., mengamati fenomena krisis air bersih yang sering terjadi di sebagian wilayah Kabupaten Bojonegoro ketika musim kemarau tiba. Sistem pemanenan air hujan (SPAH) menjadi salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut.

“Namun air hujan yang ditampung harus diolah terlebih dahulu sebelum dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari. Air hujan mengandung banyak zat organik, zat asam, zat garam, dan sebagainya. Kalau sekedar untuk air bersih saja, bisa langsung digunakan. Karena saat diuji secara fisika dan kimia hasilnya bagus. Tapi saat diuji secara mikrobiologi, air hujan yang belum diolah kandungan bakateri coliform-nya tinggi sampai 36. Sedangkan kandungan bakteri e-coli ada enam,” terangnya.

Baca Juga:  Resimen Mahasiswa Unigoro Gelar Diklatsar Gabungan LXXII

Mushtofa tidak membutuhkan waktu yang lama untuk merakit alat filtrasi air berbasis sensor PIR (HC-SR501) dan Arduino Uno. Cara kerja filter ini adalah air hujan dari talang yang ditampung dialirkan menuju mesin filtrasi melewati tabung. Tabung tersebut berisi komponen-komponen karbon aktif, pasir silika, dan pasir ziolit. Kemudian air dialirkan lagi melewati filter membran dan sinar ultraviolet. “Di tahap akhir, air hujan yang sudah difiltrasi ini siap diminum. Kita letakkan gelas, lalu sensor akan mendeteksi suhu panas tangan kita. Otomatis air akan keluar seperti di dispenser. Ketika gelasnya penuh dan ditarik, otomatis mesinnya berhenti,” jelasnya.

Setelah difilter, air tersebut diuji kembali di laboratorium. Hasilnya kandungan bakteri e-coli nol, sedangkan kandungan bakteri coliform masih di angka empat.

Baca Juga:  Pesilat Unigoro Bawa 5 Medali Dari Kejuaraan NU Cup 2 Se-Jatim

Menurut Mushtofa, salah satu syarat air layak diminum adalah kandungan bakteri e-coli dan coliform harus nol. Sesuai dengan Permenkes RI Nomor 2 Tahun 2023 tentang Kesehatan Lingkungan. Alat filtrasi air ciptaannya perlu disempurnakan lagi. “Terutama ukuran sinar ultraviolet perlu ditambah lebih panjang. Kalau sinar ultravioletnya kecil, air itu cepat lewatnya. Sehingga bakteri tidak terbunuh semua. Lalu ukuran filter membrannya juga perlu perlu diperkecil lagi, ukuran 0,1 mikron. Agar bisa menyaring partikel yang lebih kecil,” paparnya.

Mushtofa berharap, alat filtrasi air ciptaannya kelak dapat bermanfaat bagi masyarakat. Terutama untuk mengatasi masalah krisis air bersih kala musim kemarau tiba. (din/Lis)