SuaraBojonegoro.com – Dari kawasan Jalan Veteran, tidak terlalu mudah bagi pendatang untuk menemukan lokasi Pameran Seni Lukis dari Yuli Zedeng yang bertajuk Satu Lawan Satu. Harus melalui jalanan sempit berdebu yang merupakan jalan tembusan ke kawasan yang di kenal dengan sebutan rel bengkong tersebut, tepatnya di sebuah cafe bernama Loop Mintu. Ditempatkan di ruang utama, sebanyak 13 lukisan bergaya khas pria yang juga berprofesi sebagai guru itu terpajang bersama dua buah rak penuh buku. “Ini hingga 16 September dan setiap malam saya bikin demo melukis di lokasi,” kata pria berambut gondrong tersebut.
Lebih lanjut dikatakan, sebenarnya konsep awal dari kegiatannya tersebut adalah berupa ajang pertemuan para kreator seni dalam semalam. Namun dirinya bersama pengelola cafe memutuskan untuk memperpanjang gelaran dalam bentuk pameran seni lukis. “Pada hari pertama, kita semacam kolaborasi bersama para kreator. Baik itu dalam bentuk penampilan seni ataupun dalam bentuk gelar karya merchandise para kreator,” jelasnya.
Dalam pamerannya, selain memajang karya-karya lamanya Yuli juga memajang sebuah karya baru bertajuk Ditelan Waktu yang menggambarkan proses kehidupan dengan ujung ketiadaan. “Untuk karya-karya saya, pengunjung bebas dan berhak memberikan intepretasi atas pengamatannya masing-masing, termasuk karya yang berjudul Ditelan Waktu. Namun sebagai seniman, tentu dalam berkarya saya juga memiliki pesan-pesan dalam karya saya,” tambahnya.
Ditambahkan olehnya, gelaran pameran di tempat-tempat kecil dan terbatas merupakan bentuk pernyataan atas belum terakomodirnya kebutuhan pelaku seni di Kabupaten Bojoengoro. “Dibilang resah ya resah, tapu dikatakan tidak resah kok ya agak miris saja. Terutama melihat hasil data dari Pemprov Jawa Timur yang menempatkan Kabupaten Bojonegoro di ururan paling buncit untuk masalah fasilitasi sarana dan prasarana kesenian dan budaya,” pungkasnya.
Sementara itu, Wahyu Subakdiono yang juga merupakan Ketua Kelompok Kerja Kebudayaan Bojonegoro memberikan apresiasinya atas terus bergeraknya seniman di Bojonegoro dalam segala keterbatasan yang ada. “Saya salut dengan cara berkesenian yang menggugah kesadaran seperti ini. Dalam keterbatasan, masih harus terus bergerak,” katanya. (Amo/Red)