SUARABOJONEGORO.COM – Sore itu Mbah Pasiran menggembalakan kambing-kambingnya di pinggir jalan Desa Mojodelik, Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro. Raut wajah kakek berusia 77 tahun tersebut nampak segar meski tubuhnya terlihat penuh keriput. Tak lama berselang, dua pendamping “Program Aku Sehat (Gerakan Komunitas Sadar Kesehatan)” menghampirinya.
Pasiran terlihat akrab dengan dua anak muda itu. Tanpa panjang lebar, dia mengajak mereka ke rumahnya yang berjarak sekitar 100 meter dari sana. Sembari terus berbincang, mereka berjalan melewati jalan kecil di antara rumah-rumah di Dusun Keket yang masih termasuk wilayah Desa Mojodelik.
Sampai di rumahnya, Mbah Pasiran segera mencuci tangan dan mempersilakan tamunya duduk. Tak lama kemudian istrinya tiba. Sebelum masuk dan menyalami tamu, nenek berusia 64 tahun itu juga mencuci tangannya terlebih dahulu.
Sepasang suami istri ini nampak sangat akrab dengan tamunya. Sambil berbincang dan bercanda tawa, keduanya diperiksa tekanan darah dan kolesterolnya. Rupanya pendamping Program Aku Sehat ini sudah terbiasa datang untuk memeriksa kesehatan dan memberi masukan-masukan tentang pola hidup sehat.
Meski sudah usia lanjut, mereka dinyatakan sehat. Kondisi ini tak mengherankan jika melihat pola hidup sehat yang telah mereka jalani. Kebiasaan mencuci tangan adalah satu di antaranya.
“Alhamdulillah, sekarang kami lebih disiplin dan mau mengikuti saran mas-mas petugas kesehatan ini. Keluhan-keluhan kesehatan badan jadi berkurang,” tutur Mbah Pasiran dalam bahasa Jawa.
Si Mbah mengaku, kini selalu menghindari makanan yang bisa menyebabkan asam urat dan koleterol, seperti kacang, santan, kulit ayam serta gorengan. Dia pun menjaga agar istirahatnya cukup.
Mbah Pasiran mengatakan, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang diajarkan kepadanya sangat bermanfaat.
“Supados mboten ndahar penyakit, kedah cuci tangan rumiyen, (Supaya tidak memakan penyakit, harus cuci tangan dahulu, Red.),” imbuhnya seraya menceritakan pengetahuannya tentang cara mencuci tangan yang benar yang diajarkan tamunya itu.
Selain mencuci tangan sebelum makan, kakek yang mempunyai lebih dari 20 cucu itu, juga sudah mengerti apa yang harus dilakukan jika ada keracunan. Dia mencontohkan kasus keracunan makanan. Kata dia, “Saat keracunan, kita bisa minum susu atau air kelapa. Jika tidak ada, cukup minum air putih yang banyak, lalu paksa untuk memuntahkannya agar racun bisa keluar.”
Mbah Pasiran sangat fasih menjelaskan berbagai penanganan kesehatan dalam kehidupan sehari-hari. Dia juga menerapkan kebiasaan-kebiasaan hidup sehat di lingkungannya. Misalnya di musim penghujan, setiap dua hari sekali, tampungan air di bak mandi selalu dikuras dan diganti. Tujuannya agar tidak ada jentik-jentik nyamuk penyebab demam berdarah.
“Toyonipun resik, mboten wonten uget-ugete, (Airnya bersih, tidak ada jentik-jentiknya, Red.),” kata bapak dari 8 anak itu.
Sementara itu, Manajer Program Aku Sehat, Damar Arizona menjelaskan, Mbah Pasiran merupakan salah satu Keluarga Binaan (KaBi) dari Program Aku Sehat yang diprakarsai operator Lapangan Minyak Banyu Urip, ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) bersama Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendikia Husada (ICSADA) Bojonegoro dengan dukungan SKK Migas.
Program Aku Sehat telah dilaksanakan sejak Januari 2017. Hingga Maret 2018 ini, Tim Kesehatan telah mendampingi 605 KaBi yang tersebar di Desa Mojodelik, Gayam, Bonorejo, dan desa Brabowan, Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro. Program diawali dengan pembentukan KaBi di masing-masing desa. Selanjutnya, secara rutin mereka dikunjungi oleh Tim Kesehatan.
Selama kunjungan, tim mengajak binaannya untuk menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat, mengajarkan cara mencuci tangan yang bersih dan benar. Ada juga pemberian terapi, penyuluhan tentang bau, serta penanganan pertama pada korban keracunan. “Setiap KaBi juga diberikan kenang-kenangan berupa kotak P3K di rumahnya,” jelas Damar.
Selain kunjungan ke rumah KaBi, di Desa Mojodelik juga ada Pusat Informasi Kesehatan (PIK), yang bisa dimanfaatkan masyarakat untuk konsultasi kesehatan. Di sana juga tersedia mobil operasional yang biasa digunakan untuk keliling melayani masyarakat yang membutuhkan. Biasanya digunakan untuk membawa warga ke puskesmas ataupun rujuk ke rumah sakit.
Kepala Desa Mojodelik, Kecamatan Gayam berterimakasih atas kerjasama EMCL dengan STIKes ICSADA yang sudah banyak membantu masyarakat kurang mampu. Selain rutin mengunjungi rumah-rumah warga, kata Kades, mereka juga aktif dalam berbagai kegiatan di desa, seperti kerja bakti dan pertandingan sepak bola.
“Harapan kami apa yang sudah diberikan ini bisa berkelanjutan. Serta, pelayanannya ditingkatkan,” terang kades.
Selaku perwakilan pemerintah di bidang kesehatan yang ada di wilayah Gayam, Kepala Puskesmas Gayam Dr. Arman menilai Program Aku Sehat ini sangat membantu Pemerintah dalam meningkatkan taraf kesehatan masyarakat. Selama ini, kata dia, koodinasi EMCL dengan puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro sudah sangat baik. Sehingga kegiatan – kegiatan yang dilakukan sudah sesuai dengan tujuan pemerintah. Termasuk dalam kegiatan pendampingan kepada masyarakat.
“Kami juga diberikan, umpan balik dari kegiatan, sehingga kami mengetahui progres program tersebut,” ujar Arman.
Sementara itu, External Affairs Manager EMCL Dave A Seta mengungkapkan bahwa program kesehatan adalah bagian dari pilar utama pengembangan masyarakat. Komitmen untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat sekitar wilayah operasi Lapangan Banyu Urip terus diwujudkan dalam berbagai bentuk program.
“Selain mengembangkan keluarga binaan, kami juga telah melaksanakan pelatihan bidan di Kabupaten Bojonegoro dan Tuban, pelayanan kesehatan, dan peningkatan akses air bersih,” ungkapnya.
Dave juga menjelaskan bahwa, program ini merupakan komitmen industri hulu migas untuk berkontribusi dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat, khususnya di bidang kesehatan. EMCL sebagai Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) dibawah pengawasan SKK Migas mewujudkannya sebagai sebuah sinergi dengan semua pihak.
Wujudnya, dalam pelaksanaan program, EMCL bekerjasama dengan seluruh pemangku kepentingan, mulai dari tingkat desa hingga kabupaten. “Kerja sama ini merupakan bentuk sinergi dengan program pemerintah,” jelasnya. (Adv*)
Reporter: Team Advetorial