Bojonegoro Semakin “Melek” Literasi

Reporter : Burhanudin Joe

suarabojonegoro.com – Para guru SD, SMP, SMA di Bojonegoro mendapat suntikan semangat untuk menulis buku dalam acara Workshop Literasi dan Launching Buku dengan tema Sagu Sabu (Satu Guru Satu Buku) yang diadakan oleh Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kabupaten Bojonegoro. Acara yang diikuti oleh 71 peserta tersebut diselenggarakan di “Partnership room” Gedung Pemkab Bojonegoro, Minggu (17/9/2017).

Ketua IGI Bojonegoro, Drs. H. Ufar Ismail menyampaikan bahwa guru harus meninggalkan jejak dalam sejarah dengan menghasilkan buku. “Mari diawali dulu dengan”keroyokan” membuat buku, maka nanti tiap guru akan bisa memiliki minimal satu karya buku” ujar pria berkacamata yang juga Kepala SMP Negeri 1 Bojonegoro tersebut membakar semangat seluruh peserta.

Dinas Pendidikan Kabupaten Bojonegoro sangat mengapresiasi langkah IGI dalam mewujudkan budaya literasi dikalangan pendidik. Drs. Khumaidi M.Pd selaku Kabid TK/SD mengharapkan agar guru bisa menghasilkan buku yang dapat menumbuhkan karakter peserta didik. Beliaupun juga akan menuliskan pengalamannya dalam sebuah buku nantinya.

Sebuah kebanggaan bagi 19 penulis yang turut hadir dalam workshop tersebut untuk melaunching buku karya mereka.

Salah satu penulis buku, M. Shobirin M.Pd., guru Biologi SMAN Balen yang menulis buku Biologi Genetika menyampaikan bahwa beliau mengawali menulis karena terpaksa. “Awal menulis saya  dipaksa oleh dosen saya, berat memang, tapi dengan paksaan itu saya ternyata mampu,” papar M. Shobirin dengan  tersenyum bangga.

Sementara Hariani Susanti, guru Bahasa Inggris SMPN Kedungadem 2 dan SMPN 4 Bojonegoro yang menulis buku “Classroom Activities to Teach English” yang sudah memiliki passion membaca dan menulis memberikan kiat agar selalu semangat maka harus bergabung dengan komunitas penulis baik secara on line maupun dalam komunitas lokal.

Muhsin Kalida, dosen Universitas Negeri Yogjakarta ( UNY) sebagai narasumber workshop menyampaikan berbagai manfaat menulis buku bagi guru maupun siswa. Diantaranya adalah mengenali potensi diri dan mengembangkan gagasan.

“Guru menulis itu luar biasa. Bojonegoro hebat karena sudah mulai melahirkan guru – guru penulis,” ujar dosen yang juga pegiat literasi tersebut sambil melihat karya guru penulis yang dipamerkan di ruangan.

Sebagai bukti bahwa menjadi penulis itu bukan impian yang sulit digapai, setiap peserta diberikan waktu untuk menulis selama 30 menit. Coretan mereka itu akan masuk dapur penerbitan. “Tunggu saja, satu bulan kemudian  antologi buku peserta diruangan ini akan terbit,” papar Muhsin Kalida yang diamini seluruh peserta. (joe/red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *