“BANGGA” Meskipun Hanya Sekali Mendengar dan Melihat Langsung

SUARABOJONEGORO.COM – Asrama Haji 11-13 Agustus Jogjakarta. Temu Nasional (Tunas) GUSDURian adalah acara rutin dua tahunan yang menjadi agenda wajib Jaringan GUSDURian seluruh Indonesia.

Sebagai ajang pertemuan penggerak GUSDURian antar daerah se-Indonesia.

Pertemuan tersebut selain ajang silaturahim, Tunas kali ini membahas dan merumuskan masalah-masalah kebangsaan, keberagaman dan masalah-masalah daerah.

Tunas GUSDURian memang identik dengan konggres. Tapi ini bukan konggres, sehingga disana tidak ada tatib yang “Njelimet”, tidak ada pula hak banding bahkan tidak ada romli (rombongan liar).

Acara tersebut mengundang 99 penggerak diseluruh daerah maksimal 5 delegasi, walaupun nyatanya tidak semua bisa mendelegasikan sesuai undangan (ada yang full lima ada juga yg hanya 2-3 bahkan ada yang 10 delegasi).

Acara tersebut sifatnya luwes. Namun terbukti progresif dan masif.

Dari Bojonegoro membawa 6 personil. Yang dua wajib di kaderisasi dan publikasi sedang yang lain ada materi-materi khusus dari beberapa sahabat Gus Dur. Mulai materi gender, kasus agraria, peta dunia hingga sejarah perjuangan Gus Dur.

Mulanya GUSDURian Bojonegoro 3 personil, karna yang tiga masih ada tugas di Bojonegoro. Usai tugas yang tiga pun menyusul.

Bojonegoro berangkat dengan Kabupaten Tuban dan pulangnya satu mobil diisi full Bojonegoro 6 Tuban 1 Ngawi 1 personil.

Pada acara Temu Nasional (Tunas), waktut itu, Gusdurian diingatkan untuk meningkatkan kemandirian.

Asrama Haji Jogjakarta. Dalam rangka Temu Nasional (Tunas) jaringan gusdurian se Indonesia mengikuti konsolidasi dua tahunan untuk merumuskan rancangan pengembangan gerakan gusdurian ke depan.

Alissa Wahid, Koordinator Jaringan GUSDURian Indonesia dalam sambutannya, mengingatkan kepada penggerak jaringan gusdurian se Indonesia untuk meningkatkan kemandirian, dan mengapresiasi kegiatan komunitas gusdurian tetap dijalankan dengan kemandirian.

“Kita saat ini sudah ada 106 titik se Indonesia, dan kita konsisten untuk kemandirian,” ucapnya.

Selain itu, mbak Alissa, sapaan akrab Alissa Qotrunnada Wahid, (putri pertama 4 bersaudari dari Alm. KH. Abdurrahman Wahid dan Ibu sinta Nuriyah) mengingatkan kepada seluruh jaringan untuk tidak membawa gusdurian ke Ranah politik praktis, karena diharapkan Gusdurian tetap bergerak pada politik kebangsaan, sosial, ekonomi dan budaya.

“Politik gusdurian, politik kebangsaan. Masih Banyak tugas rumah bagi kita sebagai santri gusdur,” tandasnya.

Semakin banyaknya kader-kader baru GUSDURian, ini menandakan bahwa GUSDURian diterima dan akan menjadi gerakan civil society.

Dihari terahir, dari beberapa acara, neng Inayah putri terakhir Gus Dur. Sang arti Ok-jek hadir ikut meramaikan suasana.

Seperti biasa, neng inay selalu hadir untuk membuat tawa. Seluruh peserta Tunas tertawa terbahak-bahak dibuatnya.

Pasalnya sang artis dengan style yg gokil bukannya bercerita soal Gus Dur, malah menantang sang kakak untuk berkomedi. Terang saja karna soal komedi sang kakak bukan pasionnya.

Akhirnya tanpa berkomedi hanya dengan gerakan-gerakan kecil neng inay sudah buat seluruh yang hadir di ruangan yang penuh sesak itu tertawa. Diakhiri dengan berkata.

“Jangan kwater sobat-sobat semua. Kebencian akan Tumbang, Komedi akan menang” Hahahahhaha..!!! semua terketawa.

Saya merasa bangga, walaupun hanya sekali mendengar dan melihat secara langsung Alm Gus Dur (di Ponpes Lirboyo), bangga karena hari itu saya bisa bertemu dan bercengkrama langsung dengan keluarga dan sahabat-sahabat Gus Dur.

“Ibu Nuriyah sudah, Mbak Alisa sering, mbak Inay sekali. Yang belum bercengkrama secara langsung Mbak Anita dan Mbak yenny,” tutu Kaji Heri sembari tertawa. (*)

Penulis : Kaji Heri, sapaan akrab Koordinator Daerah GUSDURian Kabupaten Bojonegoro.