SuaraBojonegoro.com — Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Bojonegoro bersama Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Bojonegoro (Unigoro) menggelar focus group discussion, Jumat (20/12/24). Diskusi yang mengundang sejumlah OPD ini membahas penyusunan naskah akademik pembangunan kawasan pedesaan di Kabupaten Bojonegoro. Penetapan kawasan pedesaan masuk dalam rencana pembangunan daerah (RPD) Kabupaten Bojonegoro tahun 2024-2026.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Bojonegoro, Machmuddin, AP., MM., menuturkan beberapa urgensi penetapan kawasan pedesaan. Pembangunan kawasan pedesaan bertujuan mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan, pengembangan ekonomi, serta pemberdayaan masyarakat. Khususnya untuk mendukung kawasan National Geopark Bojonegoro. “Penetapan kawasan pedesaan ini dapat menjadi pijakan agar bisa berjalan bersama. Kami berharap naskah akdemik dapat diwujudkan secara konsep dan ditetapkan sebagai acuan,” tuturnya.
Naskah akademik pembangunan kawasan pedesaan di Kabupaten Bojonegoro disusun menggunakan pendekatan kewilayahan, serta metode analisis datanya spasial analisis dan pemetaan partisipatif.
Kabid Penelitian LPPM Unigoro, Mrabawani Insan Rendra, ST., M.P.W.K., memaparkan, analisis data diawali dengan menentukan potensi berdasarkan data sekunder. Kemudian memetakan awal wilayah pedesaan berdasarkan potensi. Dilanjutkan dengan verifikasi hasil pemetaan melalui pemetaan partisipatif. Lalu penetapan kawasan pedesaan dan hasil rekomendasi. “Kesimpulannya terdapat 15 kawasan potensial untuk dikembangkan sebagai kawasan pedesaan. 15 kawasan tersebut ditentukan berdasarkan potensi geopark, pariwisata, pertanian, serta IKM (industri kecil dan menengah),” paparnya.
15 kawasan pedesaan potensial itu antara lain di Kedewan, Malo, Margomulyo, Kalitidu dan Trucuk, Kapas dan Dander, Ngasem dan Dander, Temayang dan Dander, Baureno, Gondang dan Sekar, Temayang dan Sugihwaras, Bubulan — Gondang, Sugihwaras, Sumberjo — Balen, Sukosewu dan Balen, serta Purwosari.
Sementara itu, Ketua LPPM Unigoro, Dr. Laily Agustina R., S.Si., M.Sc., merinci, ada empat kawasan pedesaan yang harus diprioritaskan untuk dikembangkan pada 2025. Kawasan Wonocolo, Ngasem, Margomulyo, dan Sekar. Keempat kawasan ini memiliki desa dengan daya tarik geosite sebagai pusat kawasan. Yang ditunjang dengan banyaknya potensi desa di sekitarnya sebagai pendukung. “Contohnya kawasan Desa Wonocolo yang punya Teksas Wonocolo, bisa terintegrasi dengan desa-desa lainnya di Kecamatan Kedewan. Seperti di Desa Hargomulyo ada wisata buatan Kampung Tumo. Kemudian di desa lainnya ada potensi IKM sego gulung (nasi gulung, Red) untuk kulineran. Ini sama seperti kawasan pedesaan Sekar dan Gondang yang saling terintegrasi,” terangnya.
FGD antara akademisi dan lembaga pemerintah berlangsung interaktif. Banyak masukan yang diberikan perwakilan OPD untuk perbaikan naskah akademik pembangunan kawasan pedesaan di Kabupaten Bojonegoro. (Lis/din)