Afan: Idhul Adha Momen Untuk Meneladani Nabi Ibrahim AS

SuaraBojonegoro.com – Hari Raya Idul Adha 1440 Hijriah atau yang jatuh pada tanggal 10 Agustus 2019, Dalam kesempatan itu, Sekretaris DPC Partai Demokrat Kabupaten Bojonegoro, Mochlasin Afan menyampaikan dan juga mengajak kaum muslim untuk kembali mengingat pentingnya sosok Nabi Ibrahim AS.

Dalam wawancaranya dengan SuaraBojonegoro.com, Mochlasin Afan, menerangkan bahwa Idul Adha memang merupakan momentum tepat meneladani kisah profetik kenabian Nabi Ibrohim AS.

“Bersama sama mari kita, untuk melacak ulang kisah Nabi Ibrahim dan melakukan refleksi diri terhadap kisah tersebut,” Kata Mochlasin Afan.

Pria yang juga Anggota Komisi B DPRD, menerangkan, selain Nabi Muhammad SAW, hanya Nabi Ibrahim yang namanya selalu disebut dalam shalat. Bahkan, doa yang dibaca untuk Nabi Muhammad SAW ketika tasyahud selalu disetarakan dengan doa kepada Nabi Ibrahim.

Baca Juga:  Diduga Koordinasi Pemprov dan Pemkab Buruk Terkait Kebijakan Anggaran

Nama Ibrahim disebut sebanyak 69 kali di 24 surat dalam Alquran, nama Ibrahim juga diabadikan menjadi nama sebuah surat dalam Alquran, yaitu surat ke-14. “sebutan bapak para nabi atau abulandbiya memang begitu lekat. Pasalnya, sebanyak 19 keturunan Nabi Ibrahim memang menjadi nabi, dan termasuk 25 nabi yang disebut dalam Alquran,” terang Afan.

Ada tiga keistimewaan yang dimiliki Nabi Ibrahim. Pertama nabi yang disayang Allah, kekasih Allah atau khalullah. Pemberian predikat ini terekam dalam ayat 125 Surat An-Nisa. Kedua, Nabi Ibrahim merupakan manusia pilihan terbaik, al mustaga, yang ada dalam ayat 47 Surat Shaad. Dan Ketiga, Nabi Ibrahim termasuk salah satu nabi yang dijuluki Ulul Azmi, karena keteguhan hati yang dimilikinya.

Baca Juga:  Komisi C Akan Minta Penjelasan Pihak RSUD Terkait Pasca Operasinya Pasien Asal Trucuk

Teladan kisah Nabi Ibrahim dalam pensyariatan qurban. Selain erat dengan perintah ketaqwaan, erat pula dengna hubungan yang baik antara orang tua dan anak yang patut dicontoh. Seperti dialog Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ketika diperintah Allah SWT untuk disembelih menggambarkan itu semua. Padahal, Nabi Ibrahim AS jelas diperintah Allah SWT.

Akan tetapi, tidak serta merta menyembelih Nabi Ismail. Nabi Ibrahim bahkan bertanya kepada Nabi Ismail tentang pendapatnya, hal ini sangat demokratis, “agar umat Islam dapat meneladani kisah tersebut. Dan, pelajaran dari nabi-nabi dan orang-orang saleh sebelum kita dapat dijadikan cermin. ” Tambah Alumni Fakultas Hukum Universita Bojonegoro ini. (AR/Red)