suarabojonegoro.com – Kondisi Tinggi Muka Air Sungai Bengawan Solo yang fluktuatif dan hujan yang terjadi diwilayah hulu maupun hilir harus diperhatikan oleh semua pihak salah satunya ada petani yang berada di Daerah Alisan Sungai Bengawan Solo yang terdampak jika sungai terpanjang di pula jawa ini meluap. Apalagi saat ini para petani ada yang sudah mulai menjelang musim panen atau ada yang baru saja akan memulai tanam kembali. Untuk mengurani dampak akibat kerugian diharapkan agar intensif memantai informasi cuaca dan perkembangan TMA sungai bengawan solo melalui media yang ada. Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Kepala Bagian Humas dan Protokol pemkab Bojonegoro, Heru Sugiharto, Selasa (9/1) pagi tadi.
Berdasarkan data dari Pusdalop Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bojonegoro kondisi tinggi muka air (TMA) bengawan solo di Bojonegoro saat ini pada skala 12.84 mdpl. Meskipun masih pada level dibawah siaga, namun TMA dungus Ngawi menunjukkan level siaga 2 (kuning) sehingga dipastikan berpengaruh pada kenaikan TMA Bojonegoro. BPBD memprakirakan tengah malam nanti permukaan air bengawan akan kembali masuk ke level siaga 1 (hijau). Adapun hal hal yg perlu mendapatkan perhatian masyarakat diantaranya. Tingginya TMA bengawan mengakibatkan 12 anak sungai di Wilayah Bojonegoro tidak dapat lancar mengalir sehingga berpotensi mengakibatkan genangan di sekitar bantaran dan muara, hal ini diperparah dengan hujan lokal yang terjadi.
Untuk mengurangi resiko kerugian areal pertanian diharapkan agar petani tidak melakukan panen dini, hanya berdasarkan informasi yang tidak akurat. Menurut Kabag Humas, petani harus memanfaatkan media baik radio, media cetak maupun media sosial untuk melihat kondisi. Seperti tahun lalu banyak petani kita yang memilih panen dini hanya karena takut padi yang sebentar lagi panen terendam banjir.
“Nyatanya banjir tak sampai merendam areal persawahan mereka. Ditegaskan, bahkan Bupati Bojonegoro rela terjun langsung menjumpai para petani untuk , memberikan informasi langsung kepada masyarakat agar tidak terburu buru panen dini namun petani mengikuti informasi,” Katanya.
Apalagi kini prediksi banjir akibat luapan sungai bengawan solo sudah bisa diprediksikan ketinggian atau level, waktu banjir akan menggenangi Bojonegoro dan daerah yang terdampak. Kita sudah memiliki sistem informasi yang dapat dipertanggungjawabkan, jadi intensifkan informasi dan aktif mendengarkan informasi. Selain itu Pemerintah Bojonegoro juga mensosialisasikan kepada petani-petani rawan terdampak banjir bengawan solo agar mengikuti asuransi pertanian yang biayanya relatif ringan. Yakni Petani hanya perlu membayar premi Rp 36 ribu per 1 ha dari total premi Rp180 ribu. Sementara, sisanya akan dibayarkan oleh pemerintah.
Sementara itu berdasarkan data yang ada setidaknya 8 Kecamatan diwilayah Bojonegoro sudah memanfaatkan asuransi pertanian yakni Kecamatan Balen 180,01 ha, Kecamatan Padangan 187,28 ha, Kecamatan Kapas 773,76 ha, Kecamatan Bojonegoro 288,75 ha, Kecamatan Kanor 275,79 ha, Kecamatan Sumberejo 28.25 ha, Kecamatan Trucuk 85,43 ha, Kecamatan Sekar 352,25 ha, Kecamatan Baureno 500,44 ha dan Kecamatan Temayang 69,00 ha, ini adalah data ditahun 2016. Diakhir penjelasannya, Heru Sugiharto menegaskan bahwa informasi jika dimanfaatkan akan memberi dampak yang postif hanya dibutuhkan kemauan dan pro aktif. (Nik/Lis)