Reporter : Advetorial
SuaraBojonegoro.com – Keterbatasan fisik tidak pernah membatasi Sulistiyah untuk maju. Dia terus menjalani berbagai usaha untuk membantu suami dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Keuletannya telah menginspirasi rekan-rekan sesama penyandang disabilitas di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, salah satunya lewat membuat produk-produk rajut.
Merajut bukan keahlian yang dimiliki Sulistiyah sebelumnya. Selama ini, perempuan berusia 40 tahun ini lebih banyak menjahit pakaian. Profesinya sebagai penjahit tailor cukup dikenal di kalangan tetangga dan teman-teman penyandang disabilitas. Warga Desa Kedaton, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro ini juga kerap menerima pesanan dari berbagai instansi dan guru sekolah.
Ketika mengikuti program merajut untuk penyandang disabilitas yang diselenggarakan ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) bersama Yayasan Sri Sasanti, Sulistiyah merasa rajut menjadi jalan rezekinya yang baru. Begitu dia mencoba merajut, hasilnya langsung baik. Di antara 30 peserta lainnya, dia dinilai paling cepat mahir membuat produk rajut.
Setelah beberapa kali mengikuti pelatihan dan pendampingan, Sulistiyah semakin terampil. Bahkan dia berhasil mengembangkan sendiri produknya. Kini, dia sudah bisa menjual tas, dompet, gantungan kunci, penutup botol, hingga konektor masker.
“Produk Mbak Sulis sudah layak pasar,” ucap Laras, pendamping program dari Yayasan Sri Sasanti.
Sulis pun mengaku produknya disukai pelanggan. Beberapa pelanggan jahitnya dari kalangan guru sekolah, rekan pengajian, hingga pegawai kantoran memesan produk rajut buatannya.
Tak hanya itu, Sulis dan suami juga terus memasarkan produk rajut mereka. Setiap hari suaminya berkeliling untuk berjualan. Setiap hari Minggu, mereka membuka lapak di kawasan Car Free Day Alun-alun Bojonegoro.
“Alhamdulillah produk rajut saya bisa diterima pasar, banyak yang suka dengan hasil kreasi saya,” ucap Sulis.
Baginya, merajut sangat menyenangkan. Tak heran jika dia sering menghabiskan waktu luang untuk mencari referensi kreasi rajut baru di internet. Dia merasa sangat tertantang untuk menciptakan produk rajut yang bagus, unik, dan berkualitas.
Sulis menyadari bahwa dirinya masih belum lama terjun ke dunia rajut ini. Masih banyak yang harus dipelajari dan dilatih. Tapi dia yakin, usaha dan kerja keras dengan kondisi bagaimana pun pasti akan terus membuka jalan rezeki. Inilah yang dia sampaikan kepada rekan-rekannya sesama difabel.
“Saya yakin Tuhan tidak akan pernah salah mengambil keputusan tentang bagaimana kehidupan seseorang berjalan. Jika diberi keterbatasan pada satu hal, mungkin Dia memberi kelebihan pada bagian lain,” ungkapnya memotivasi.
Dia berharap apa yang dilakukannya bisa memberi sudut pandang baru dan berbeda bagi rekan-rekan sesama difabel. Terutama bagi generasi muda yang masih memiliki banyak waktu dan kesempatan untuk berkarya.
Dia juga bersyukur bisa mendapat kesempatan mengikuti program EMCL. Menurutnya, program ini sangat bermanfaat dan tepat sasaran. Selain itu, kata dia, para penyandang disabilitas perlu wadah agar bisa berbagi semangat, berjejaring, dan saling menguatkan.
Sementara itu, External Affairs Manager EMCL, Beta Wicaksono mengatakan bahwa Program Pengembangan Masyarakat didorong dari semangat mendukung pemerintah dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat. Komitmen EMCL di bidang pendidikan, kesehatan, dan pengembangan ekonomi diwujudkan berdasarkan kebutuhan masyarakat dan prioritas pemerintah dalam pembangunan.
“Kami bersyukur dan berterima kasih kepada semua pihak, termasuk rekan-rekan penyandang disabilitas yang bersemangat menjadikan manfaat program terus berkelanjutan,” ucapnya.
Beta menambahkan, sejak 2018, lebih dari 180 orang penyandang disabilitas telah mengikuti berbagai kegiatan peningkatan ekonomi dan keterampilan dari EMCL yang bekerja sama dengan berbagai lembaga pemerintah dan organisasi nirlaba. Harapannya, ekonomi masyarakat bisa tumbuh dari berbagai sektor. Dengan demikian, keberadaan industri hulu migas memberikan manfaat berkelanjutan kepada semua masyarakat di wilayah operasi. (Adv**)