Mahasiswa Fakultas Ekonomi Unigoro Pelopori Agroindustri Pisang Ulin di Kalitidu

SuaraBojonegoro.com — Vicky Eka Prasetya, mahasiswa semester dua Fakultas Ekonomi Universitas Bojonegoro finalis Duta Pemuda Pelopor Kabupaten Bojonegoro 2024 bidang pangan. Pemuda asal Desa/Kecamatan Kalitidu ini mempelopori desa agroindustri pisang ulin sejak tahun 2020.

Saat duduk di kelas IX SMP, Vicky memiliki gagasan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat di Desa Kalitidu dengan cara mengolah pisang ulin. Banyak warga di desa tersebut yang menanam pisang ulin. “Kalau dulu setiap lahan hanya ditanami satu atau dua pohon saja. Sekarang sudah ada kebun pisang ulin seluas empat hektar dan terus berbuah setiap hari,” ucapnya pada Jumat (26/4/24).

Vicky menuturkan, selama ini pisang-pisang ulin hanya dipasarkan sebagai buah setelah matang. Dia ingin hasil bumi dari kampung halamannya memiliki nilai jual yang lebih. Vicky lantas bereksperimen membuat keripik dan kerupuk dari kulit pisang ulin. Sebab saat pandemi Covid-19 merebak, harga pisang ulin jadi anjlok di pasaran.

“Pernah satu tandan itu hanya dihargai Rp 10 Ribu. Akhirnya saya belajar berkali-kali bikin resep olahan pisang ulin. Seperti keripik, tiga bulan baru berhasil bikin dengan resep yang pas. Karena untuk menghilangkan getah di pisang ulin muda itu susah. Harus dicuci berkali-kali, kalau nggak rasanya sepat. Sedangkan belajar bikin kerupuknya cepat, hanya tiga minggu. Pakai kulit pisang yang sudah matang, dicuci, diblender, direbus, lalu dicampur adonan khusus dan bumbu. Rasanya gurih dan ada aroma pisang yang khas,” tuturnya.

Baca Juga:  Yudisium Fakultas FISIP Unigoro, Tingkatkan Kualitas Lulusan

Setelah menemukan resep yang tepat, Vicky mengajak delapan warga di desanya untuk memproduksi keripik dan kerupuk kulit pisang ulin yang bermerek Maju Roso. Mahasiswa prodi manajemen ritel Unigoro ini yang babat alas untuk memasarkan produk-produk tersebut.

“Warga yang bantu produksi dan saya yang carikan pasar. Pemasarannya di pasar-pasar Bojonegoro, di supermarket besar seperti Bravo, toko pusat oleh-oleh Khas Bojonegoro, galeri Bojonegoro, dan bazar. Ternyata nilai jual pisang ulin bertambah empat kali lipat setelah diolah,” ungkap pengelola BUMDes Kalitidu.

Pemuda yang baru berusia 19 tahun ini tidak khawatir kehabisan bahan baku. Sebab pisang ulin di desanya berbuah setiap hari. Sebab untuk metode penanaman masih menggunakan cara tradisional. “Tidak dikelompokkan sendiri-sendiri kayak pembibitan, peremajaan, masa buah, dan panen. Satu pohon berbuah, satu pohon lainnya masih jantung pisang. Jadi bergilir terus nggak pernah habis,” katanya.

Baca Juga:  Meriah, Diskusi Warumas di Unigoro

Kini, Vicky tengah mempersiapkan dirinya melaju di ajang Duta Pemuda Pelopor Jawa Timur 2024. Dia memiliki gagasan-gagasan baru tentang pengembangan agroindustri pisang ulin di Desa Kalitidu yang akan dipresentasikan kepada dewan juri.

“Saya ingin kebun pisang ini dilengkapi sistem pengairan yang melewati setiap pohon. Kemudian lalu lahan kosong di sekitar kebun akan dimanfaatkan untuk edukasi para pengunjung tentang pisang ulin. Lalu untuk efisiensi saat panen, saya ingin membuat semacam flying fox untuk mengangkut pisang dari kebun ke jalan raya. Selama ini kan, pisang diambil manual dan dipikul sampai jalan raya,” pungkas pemuda yang juga tergabung dalam Forum IKM Jawa Timur. (din/red)