PERINTAH ISLAM MEMBERI MAAF, BUKAN MEMINTA MAAF

Oleh : H. Sholikin Jamik

‎وَجَزٰٓ ؤُا  سَيِّئَةٍ  سَيِّئَةٌ  مِّثْلُهَا  ۚ فَمَنْ  عَفَا  وَاَ صْلَحَ  فَاَ جْرُهٗ  عَلَى  اللّٰهِ  ۗ اِنَّهٗ  لَا  يُحِبُّ  الظّٰلِمِيْنَ

“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi barang siapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat) maka pahalanya dari Allah. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang zalim – Asy-Syura 42:40
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia”.
Fushilat:34

yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan,”

*^^^^*
Rasulullah saw bertutur:
Tidaklah Allah memberi tambahan kepada seseorang hamba yang suka memberi maaf melainkan kemuliaan,” (HR. Muslim).

Baca Juga:  Bojonegoro 2021, Infrastruktur Bagus Tapi Peningkatan SDM Kedodoran

Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh.”

Iman yang paling utama adalah sabar dan pemaaf atau lapang dada,”

Maafkanlah, niscaya kamu akan dimaafkan (oleh Allah),”

Orang yang paling penyantun di antara kalian adalah orang yang bersedia memberi maaf walaupun ia sanggup untuk membalasnya,”

Abu Abdullah al Jadali mengatakan : “Aku bertanya kepada Sayyidah Aisyah tentang kepribadian Nabi Saw. Ia menjawab : “Beliau bukan orang yang suka berkata-kata buruk, bukan pula suka bikin ucapan buruk, bukan suka bikin gaduh di pasar dan tidak membalas keburukan orang kepadanya dengan keburukan yang sama, malahan memaafkannya”.

*^^^^*
Husein Haekal, penulis biografi Nabi : “Hayat Muhammad”, setelah bercerita tentang peristiwa “Fathu Makkah” (pembukaan kota Makkah) menulis :
‎
الرسول ليس بالرجل الذى يعرف العداوة او يريد ان تقوم بين الناس. وليس هو بالجبار ولا المتكبر. لقد امكنه الله من عدوه فقدر فعفا. فضرب بذلك العالم كله والاجيال جميعا مثلا فى البر والوفاء بالعهد, وفى سمو النفس سموا لا يبلغه احد
“Nabi bukanlah manusia yang mengenal permusuhan atau yang akan membangkitkan permusuhan di tengah-tengah umat manusia. Dia bukan seorang tiran, dan bukan mau menunjukkan sebagai orang yang berkuasa. Tuhan telah memberi kepadanya kemampuan mengalahkan musuhnya, tetapi dia justeru memberi mereka pengampunan.

Baca Juga:  Refleksi Hari Lahir Pancasila: Penguatan Profil Pelajar Pancasila

Dengan begitu, dia telah memberikan keteladanan yang luar biasa kepada seluruh dunia dan segala generasi manusia tentang kebaikan, kesetiaannya dalam janji dan tentang kebesaran jiwa yang belum pernah dicapai oleh siapa pun”. (**)

*) Penulis Adalah Dosen STIKES Maboro Bojonegoro