Jurnalis Harus Berani Keluar dari Zona Nyaman

Bali, SuaraBojonegoro.com – Zaman sudah berubah. Jurnalis harus mengikuti perkembangan karena zaman sekarang sangat berbeda jauh dengan masa lalu. Jurnalis harus mampu beradaptasi dengan zaman.

VP Operations KapanLagi Youniverse & Editor in Chief Merdeka.com, Bola.com dan Bola.net, Darojatun menegaskan pada era sekarang, jurnalis harus berani keluar dari zona nyaman yang ada.

“Bahkan sebagai wartawan, saat ini semakin tipis antara batas jurnalis teks, fotografer, dan videografer,” katanya, dalam Gathering Media Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina di Hotel Sheraton, Bali, Sabtu (26/11/2022).

Acara ini diikuti 50 perwakilan wartawan di beberapa kabupaten dan provinsi, mulai dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Tengah, sampai Papua. Mereka mengikuti tekun paparan Darojatun.

Menurut Darojatun, media online berbasis multimedia menuntut jurnalis menjadi pewarta foto dan reporter live. Reporter saat ini dituntut mengirimkan vlog yang sudah diedit ringan di tempat lengkap dengan grafis.

“Sekarang harus berpikir bagaimana bisa melangkah lebih jauh. Dengan bermodal smartphone, semula reporter hanya mengandalkan kecepatan mengirimkan naskah dan foto via WhatsApp,” kata alumnus Institut Teknologi Bandung ini.

Saat ini, hampir semua wartawan punya tanggung jawab untuk mendistribusikan berita. Darojatun mengatakan, dulu wartawan koran pulang setelah jam tenggat, dan persoalan distribusi koran adalah urusan tim sirkulasi.

“Sekarang reporter media online harus memicu editor untuk bersama sama mendatangkan pageviews dan video plays. Ini karena koran mengandalkan tiras, TV mengandalkan share dan rating, serta media online butuh pageviews,” kata pria kelahiran Bandung, 26 April 1973 ini.

Darojatun menjelaskan, media-media pemberitaan formal saat ini harus ‘berperang’ melawan masifnya influencer yang menampilkan konten apa adanya atau bukan pesanan dengan sajian hal-hal yang menyentuh keseharian masyarakat.

Baca Juga:  Hadapi Era Energi Transisi, Ini Strategi Jitu Pertamina Hulu Energi

“Kenapa sekarang influencer itu lebih disukai daripada media-media formal, karena orang melihat influencer itu lebih jujur, apa adanya, konten yang disajikan bukan setingan. Dengan seperti itu, pengikutnya merasa ini natural, beritanya manusiawi,” jelasnya.

Sementara media pemberitaan cetak maupun online, lanjutnya, dalam setiap menerbitkan konten pemberitaan harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu seperti yang telah tercantum dalam standar operasional prosedur.

“Sehingga seharusnya media pemberitaan formal masih mempunyai keuntungan dibandingkan dengan influencer atau sumber-sumber berita lainnya. Nah, keuntungan itulah yang harus dijadikan media pemberitaan resmi bisa bertahan di tengah kompleksitas yang ada,” katanya.

Pjs Manager Communication Relations dan CID Regional Indonesia Timur, Agus Sudaryanto mengungkapkan acara gathering itu semakin meningkatkan pemahaman para jurnalis terhadap profesi yang mereka tekuni saat ini.

“Kami berkepentingan dengan peningkatan kapasitas dan kualitas para jurnalis, karena bagaimana pun mereka adalah mitra kami yang berkecimpung di industri migas,” katanya.

“Wartawan bisa menjelma sebagai profesi handal dalam segala bidang. Karena itu kami ingin membantu wartawan untuk lebih berkembang, lebih maju. Salah satunya menambah pengetahuan teman-teman melalui Pak Jatun yang sudah sukses, dulunya kan seperti teman-teman namun beliau bisa sukses dan banyak yang bisa dilakukan,” ungkapnya.

Dengan semakin meningkatnya pemahaman para jurnalis terhadap tugas-tugas mereka dan bagaimana cara beradaptasi dengan perubahan zaman, maka berita yang dihasilkan akan semakin berkualitas. “Berita berkualitas tentu akan menyehatkan kehidupan sosial ekonomi di Indonesia. Di tengah arus informasi di media sosial, pemberitaan media massa  menjadi acuan, terutama untuk menjelaskan informasi nengenai industri migas,” kata Agus.

Baca Juga:  Ikhtiar PEPC Mulai Merawat Alam dan Mencegah Pemanasan Global dari Sekolah

Head of Social Media and Monetization Suara.com, Dimas Sagita Yudha, menerangkan beberapa aspek penting untuk mempertahankan bisnis media online. Beberapa materi penting yang disampaikan terkait Search Engine Optimization (SEO) pada pembuatan artikel dan upaya untuk melakukan monetisasi pada berbagai platform media sosial yang ada.

“Di antaranya yang penting adalah melakukan riset keyword dan bagaimana melakukan penjudulan pada artikel,” kata Dimas.

Dimas memberi nama materi yang disampaikan dengan sebutan “Strategi Menuju Klasemen Liga Google” ini menyebut keyword merupakan sesuatu yang penting untuk dipahami dan dipergunakan. Bahkan teknik penggunaan keyword saat ini terus berkembang dari tahun ke tahun.

Kisaran 5-6 tahun lalu, penggunaan keyword dilakukan untuk mengakali mesin pencarian. Tetapi, saat ini Google sebagai mesin pencari raksasa semakin berkembang sehingga aturan main penggunaan keyword juga tidak sama apabila ingin menempatkan artikel di halaman pertama pencarian.

“Kalau dulu letakkan keyword sebanyak-banyaknya, tetapi sekarang Google lebih cerdas sehingga kita justru tidak boleh melakukan spam pada keyword,” jelas Dimas.

Hal penting lain saat ini adalah melakukan monetisasi di berbagai platform media sosial. Redaksi media online dituntut untuk bisa mendapatkan pemasukan dari produksi konten media sosial.

“Wartawan sebenarnya paling paham tentang sasaran berita, sehingga semestinya juga ikut terlibat dalam konten media sosial dengan perangkat-perangkat yang ada,” kata Dimas.

Dimas mencontohkan, wartawan bisa membantu untuk melakukan live ketika diperlukan. Juga bisa ikut melakukan produksi konten untuk didistribusikan pada berbagai platform. (Put/Lis)