suarabojonegoro.com – Perkembangan kesenian di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, mengalami pasang surut. Hal itu menunjukan bahwa kesenian dan kebudayaan di Bumi Angling Dharma, mengalami pergerakan. Meski begitu saat ini Bojonegoro belum mampu mengidentifikasi potensi, dan kekhasan budayanya.
“Oleh karena itu dibutuhkan political will dari pemerintah Kabupaten Bojonegoro,” ujar seniman dan budayawan Bojonegoro, Agus Sigro, kepada wartawan, Rabu (14/2/2018).
Jika dilihat dari intensitas peristiwa kesenian dan kebudayaan di Bojonegoro ini, menurut dia, hampir sering terjadi dan rutin dilakukan sejumlah komunitas. Peristiwa kesenian dan kebudayaan itu sering digelar pada ruang-ruang bebas yang masih jauh dari kelayakan dari gedung kesenian. Di Bojonegoro sendiri saat ini belum ada pusat kesenian dan kebudayaan yang standart.
“Oleh karena itu siapapun nanti yang akan menjadi Bupati Bojonegoro harus tahu, bahwa mereka mempunyai tanggung jawab konstitusional untuk mengakomodir seluruh gagasan, perilaku, dan hasil karya warga masyarakat Bojonegoro,” jelasnya.
Perilaku seni dan budaya yang dilakukan sejumlah komunitas ini, pada muaranya merupakan proses belajar, dan adaptasi terhadap lingkungannya yang berfungsi sebagai pedoman untuk kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia. Serta mampu mengangkat citra dan posisi Kabupaten Bojonegoro dalam konteks pergaulan yang lebih luas, baik antarprovinsi, Nasional, maupun internasional di bidang seni dan budaya.
Dia berharap, kepada empat kandidat calon bupati dan wakil bupati yang akan bertarung dalam Pilkada Bojonegoro 2018 mendatang, harus memiliki program di bidang kesenian dan budaya, diantaranya melestarikan cagar budaya, dan mengembangkan permuseuman secara berkelanjutan.
Selain itu membina kesenian baik seni tradisi maupun modern, untuk meningkatkan inspirasi dan apresiasi masyarakat terhadap seni sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsa, membina komunitas-komunitas budaya dan memperkuat tradisi dalam keragaman budaya. Meningkatkan pemahaman sejarah dan nilai budaya dalam memperkuat ketahanan budaya bangsa, dan mengembangkan penelitian kebudayaan guna memperkuat identitas kebudayaan Bojonegoro.
Juga mengembangkan sumber daya kebudayaan yang berkualitas, serta menyediakan infrastruktur untuk mengekspresikan kreatifitas, dan apresiasi masyarakat berupa gedung kesenian yang representatif.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Bojonegoro, Amir Syahid, mengakui, budaya dan kesenian di Bojonegoro sekarang ini masih dalam pencarian jati diri. Selama ini, institusi yang membidangi seni budaya dan pariwisata itu, mendengarkan banyak cerita sebuah kebudayaan, dan seni dari masyarakat yang terkadang punya kepentingan.
Menurutnya, banyak komunitas seni dan budaya yang ada di Bojonegoro, namun hanya segelintir saja yang eksis melakukan kegiatan seni dan budaya. Meski demikian, Disbupar terus memberikan program dan bantuan demi keberlangsungan kelompok tersebut. Tujuannya agar seni dan budaya di Bojonegoro tetap terjaga dan lestari di tengah hempasan perubahan zaman.
Oleh sebab itu pihaknya akan menginventarisir jenis budaya asli di masyarakat, dan menciptakan inovasi hingga kreativitas baru antara kesenian lama dan masa kini agar generasi masa kini tidak bosan.
Menurut Amir, kesenian yang ada di Bojonegoro saat ini diantaranya, seni tari, lukis, teater, patung, menyanyi, dan lain sebagainya. Sementara budaya, diantaranya Langen Tayub, Sedekah Bumi, Bersih Desa, Wayang Thengul, Gerebek berkah, dan masih banyak yang lainnya.
“Dari itu semua, masih belum ada yang dipatenkan milik Bojonegoro asli. Tapi kita upayakan inventarisir semuanya agar menemukan mana yang asli dari Bojonegoro,” pungkasnya.
Dikonfirmasi secara terpisah salah satu Cabup Bojonegoro, Soehadi Moeljono, mengatakan, pihaknya sangat merasakan apa yang menjadi kesulitan dan keinginan para pelaku seni dan budaya tersebut.
“Kita tak bisa lepas dari budaya, dan jatidiri budaya khas Bojonegoro harus kita cari sebagai identitas daerah,” kata Pak Mul, sapaan mantan Sekda Bojonegoro yang dalam Pilkada Bojonegoro 2018 berpasangan dengan kader militan Muslimat NU, Mitroatin, itu.
Dia katakan, dalam program bidang seni budaya ke depan akan diselenggarakan forum-forum kebudayaan dan kesenian daerah yang mengunggulkan karakter khas Wong Bojonegoro.
“Kita juga akan membangun seribu balai seni dan budaya sebagai wahana belajar seni, dan budaya bagi warga masyarakat, untuk menyalurkan hobi atau melatih profesi,” tegas Pak Mul yang juga Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Bojonegoro.
Terkait keinginan pelaku seni budaya yang berharap ada gedung kesenian dan kebudayaan representatif, tambah Pak Mul, sebenarnya telah menjadi program pembangunan yang disusunnya. Semuanya dilakukan agar seluruh komponen masyarakat bisa lebih tangguh, dan sejahtera bersama. (nik/Red)