SUARABOJONEGORO.COM – Tim Sekolah Lapang Pertanian (SLP) Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Bojonegoro, melakukan penanaman 400 biopori di sawah milik petani peserta SLP di Desa Brabowan, Kecamatan Gayam, Sabtu (03/03/18).
Penanaman biopori di sawah petani tersebut dilakukan untuk mengembalikan kesuburan tanah guna memaksimalkan produktifitas lahan pertanian di desa tersebut. Biopori diharapkan dapat meningkatkan infiltrasi air hujan ke dalam tanah dan meningkatkan jumlah cadangan air di dalam tanah, terlebih lahan persawahan di Kecamatan Gayam sering mengalami kekeringan.
Selain tim LPPM dan petani, dalam kegiatan tersebut juga dihadiri oleh Ketua Yayasan Suyitno Bojonegoro (YSB), Arief Januwarso S.Sos, M.Si dan Dinas Lingkungn Hidup (DLH) Kabupaten Bojonegoro yang diwakili Dra. Murtiasih Fatimah, SH, M.Si.
Ketua LPPM Universitas Bojonegoro, Laily Agustina Rahmawati, S.Si, M.Sc mengatakan, kegiatan penanaman 400 biopori ini nantinya akan dilakukan di seluruh desa yang ada di Kecamatan Gayam, dan untuk kegiatan hari ini dimulai di Desa Brabowan.
“Untuk penanaman biopori sawah kita mulai di Desa Brabowan, karena di sini sudah banyak lahan yang panen sehingga bisa dipasangi biopori, selanjutnya kita juga akan melakukan penanaman di Mojodelik, Gayam dan Bonorejo,” ujar dosen Fakultas Pertanian Unigoro tersebut.
Ia juga menjelaskan, biopori yang dipasang berasal dari bahan baku bambu, selain untuk menghemat biaya, penggunaan bambu sebagai bahan utama dinilai lebih ramah lingkungan dan mudah didapatkan.
Sementara itu, Dra. Murtiasih Fatimah, SH, M.Si dari Dinas Lingkungn Hidup (DLH) Kabupaten Bojonegoro mengatakan, pihaknya sangat mensupport pihak LPPM Universitas Bojonegoro yang menjadi motor penggerak terkait pemasangan teknologi biopori di Kecamatan Gayam.
“Penerapan teknologi biopori dari Unigoro ini sangat bagus dan merupakan langkah maju untuk mengantisipasi terjadinya kekeringan di lahan persawahan, kita sangat mendukung dan kami siap membantu untuk meminjamkan alat pembuatan lubang resapan biopori ini,” ungkapnya.
Ketua Yayasan Suyitno Bojonegoro, Arief Januwarso S.Sos, M.Si yang turut turun ke lapangan mengatakan penerapan teknologi biopori di sawah Bojonegoro hari ini merupakan yang pertama kali dilakukan, sehingga diharapkan akan terus berkembang di areal persawahan yang lain guna peningkatan produktifitas pertanian di Bojonegoro.
“Kegiatan hari ini adalah salah satu bagian dari Sekolah Lapang Pertanian yang diselenggarakan LPPM Unigoro bersama Exxon Mobil Cepu Limited (EMCL), setelah minggu lalu kita berikan penjelasan terkait biopori dan juga kita bagikan bantuan alatnya, hari ini kita langsung praktekkan pemasangannya di lapangan,” ujarnya.
Pihak Universitas Bojonegoro mengharapkan, langkah penerapan biopori ini akan diikuti oleh para petani di daerah lain. Setelah di Desa Brabowan, pemasangan teknologi resapan lubang biopori ini akan dilakukan di 3 desa lainnya di Kecamatan Gayam. (mon/yud)