Reporter : Lina Nur Hidayah
SuaraBojonegoro.com – Kekerasan anak baik di sengaja maupun tidak bisa terjadi dimanapun dan kapanpun, tanpa kita sadari kekerasan dalam anak memiliki dampak besar bagi kehidupan anak dimasa mendatang.
Seputar apa saja dampak anak akan dikupas tuntas oleh Agus Ari Afandi, Salah satu Psikolog Bojonegoro.
Diungkapkan oleh Agus bahwa penanganan kekerasan anak terlebih dilingkup sekolah dan juga pesantren, tidak hanya melibatkan pskilog saja melainkan semua unsur harus dilibatkan, baik orang tua , guru dan juga kesadaran anak itu sendiri. Jum’at (8/11/24)
“Kekerasan dapat di definisikan sebagai tindakan yang disengaja, untuk menyakiti, mengancam , mengintimidasi individu atau kelompok lain yang tentunya berdampak pada tumbuh kembang anak, ” Ungkap Agus Ari Afandi Psikolog yang ditugaskan p3akb Bojonegoro dalam memberikan pendampingan di pesantren.
Kekerasan dalam anak tertuang dalam undang-undang nomor 35 tahun 2014 yang dalam poinnya menyebutkan setiap orang dilarang melakukan kekerasan terhadap anak.
Adapun dampak dari kekerasan anak ditambahkan oleh Agus antara lain dampak psikolog yang meliputi trauma emosional yang dapat mengganggu kesehatan mental mereka, yang kedua anak akan memiliki kecemasan, mudah depresi dan rasa takut yang luar biasa, anak lebih rendah diri karena pengalaman kekerasan dapat merusak harga diri dan kepercayaan diri.
“Dampak kekerasan khususnya di pesantren, Selain dampak pskilog juga ada dampak sosial yang meliputi isolasi sosial korban kekerasan karena mungkin akan menarik diri dari intraksi sosial, menghindari teman dan juga konflik antar santri karena dapat menciptakan permusuhan, ” Tambahnya.
Kekerasan pada anak juga berdampak pada akademis yang menyebabkan prestasi anak menurun serta dampak jangka panjang, Kesulitan dalam hubungan di masa depan, korban kekerasan mungkin mengalami kesulitan dalam membangun hubungan dengan orang lain.
“Penanganan bagi korban kekerasan anak, yang pertama dengan identifikasi masalah, pendekatan terpadu melibatkan tenaga psikolog, konselor dan tokoh agama untuk memberi dukungan terhadap anak, pelatihan ketrampilan emosional dan juga dukungan dan peranan orang tua dalam proses penyembuhan, ” Paparnya. (Lin/red)