SUARABOJONEGORO.COM – Proses cepat dan persyaratan mudah menjadi senjata ampuh bagi rentenir untuk menawarkan pinjaman para pedagang kecil di pasar tradisional di Kabupaten Bojonegoro. Akibatnya para pedagangpun sulit lepas dari lilitan lintah darat, meksipun harus menangung bunga cukup besar.
Fenomena inilah yang ditangkap pasangan calon bupati (Cabup) dan wakil bupati (Cawabup), Soehadi Moeljono dan Mitroatin, untuk menyiapkan program peningkatan kemampuan bisnis bagi usaha Ultra-Mikro, dan pengembangan kualitas bisnis UMKM melalui insentif fiskal berupa penjaminan kredit perbankan, dan non-perbankan.
Melalui program ini, Pasangan yang dikenal masyarakat dengan sebutan “Mulyo – Atine” ini akan membantu para pedagang kecil agar mendapatkan akses permodalan lebih mudah, dan cepat dengan bunga sangat ringan.
“Sangat setuju kalau nanti ada bank yang mempermudah pinjaman modal dengan bunga sedikit,” kata Ponirah, (45), pedagang sayuran dan aneka bumbu dapur di Pasar Krempyeng, Desa Sukorejo, Kecamatan Bojonegoro, kepada wartawan, Selasa (8/5/2018).
Ponirah mengaku, sudah tiga tahun menjadi nasabah koperasi simpan pinjam. Cicilan yang dibayar harian, kemudian berubah menjadi mingguan karena sudah menjadi pelanggan.
Pertama kali meminjam sebesar Rp500.000, dengan persyaratan hanya menyetorkan fotokopi kartu tanda penduduk (KTP). Cicilan yang harus dia bayar setiap hari sebesar dua puluh lima ribu.
“Bayarnya tiap hari selama 30 hari,” tutur Warga Desa Pacul, Kecamatan Bojonegoro itu.
Setelah angsuran itu luas, Ponirah kembali meningkatkan pinjaman sebesar Rp1.500.000, dengan pembayaran setiap minggu sebesar Rp180.000 selama sepuluh kali cicilan. Uang pinjaman yang dia terima tidak utuh karena harus dipotong simpanan dan biaya administrasi sebesar Rp200.000.
“Istilahnya sudah kebulet, susah lepasnya,” ujar nenek tiga cucu ini sambil tertawa.
Senada disampaikan Sumirah (42), penjual aneka makanan ringan di Pasar Banjarjo, Kecamatan Bojonegoro. Dia mengaku, meminjam di koperasi simpan pinjam sebesar Rp2juta, dengan cicilan sebesar Rp240.000 yang dibayar tiap minggu selama sepuluh kali.
“Hutangnya di koperasi mingguan, sering muter di pasar narik orang-orang,” sambungnya dikonfirmasi terpisah.
Awalnya dia tidak ingin terbelit hutang, namun karena uang habis untuk kebutuhan sehari-hari terpaksa mengambil pinjaman.
“Uangnya buat modal jualan, sampai sekarang ya masih belum lunas,” ucap warga Desa Mulyoagung, Kecamatan Bojonegoro itu.
Pinjam di KSP lebih mudah dan cepat cair. Setiap cicilan ke delapan, nasabah bisa pinjam lagi. Sekalipun jika dihitung bunga yang diberikan sangat tinggi yakni 20 persen, dengan jangka pembayaran angsuran sangat singkat yakni setiap minggu.
“Ya mau gimana lagi, selama masih bisa bayar ya jalan terus. Nanti kalau sudah tidak butuh uang lagi ya ditutup pinjamannya,” tandasnya.
Sudah 10 tahun Sumirah berjualan camilan seperti marning, unthuk yuyu, kacang goreng, dan masih banyak lagi. Jajanan itu hasil buatan tangan sendiri.
Setiap satu bungkus camilan isi 500 gram harganya lima ribu rupiah. Sayangnya, jajanan itu tidak selalu habis terjual, namun masih bisa dijual hari berikutnya karena masa kadaluarsanya hingga enam bulan.
“Ya, lumayan setiap hari bisa hasil uang antara limapuluh ribu hingga seratus ribu rupiah,” ucap janda dua anak itu.
Pendapatan yang dipe“Inginnya mudah, cepat, dan bunganya ringan. Jadi kami tidak lagi pinjam di koperasi yang bunganya tinggi,” harapnya.
Menanggapi hal itu, Cabup Soehadi Moeljono menyatakan, kedepan akan memberikan kemudahan akses permodalan bagi pedagang kecil melalui Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Pinjaman yang diberikan tanpa anggunan dengan bunga yang sangat ringan, agar tidak banyak lagi pedagang kecil yang terjerat rentenir.
“Kita juga akan mendekatkan pelayanan kepada nasabah dan calon nasabah dengan membuka kantor-kantor cabang di kecamatan, dan jemput bola,” tegas cabup yang berpasangan dengan Kader NU ini. (*/red)