Soehadi Moeljono, Terpilih Sebagai Ketua HKTI Bojonegoro

Oleh: Roni

suarabojonegoro.com – Minggu, 22 Oktober 2017, Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Bojonegoro menyelenggarakan Musyawarah Kabupaten (Muskab) yang digelar di Hotel Griya Dharma Kusuma (GDK) Bojonegoro. Semua ketua HKTI kecamatan Se Bojonegoro hadir semua dan sangat antusias mengikuti Musyawarah Kabupaten (Muskab) yang dipimpin langsung oleh Ketua Umum HKTI Jawa Timur, H. Ahmad Nawardi, yang juga sebagai Wakil Ketua MPR RI.

Ketua HKTI Jawa Timur, H. Ahmad Nawardi, menyampaikan banyak persoalan yang dihadapi petani, baik yang berhubungan langsung dengan produksi dan pemasaran hasil pertaniannya maupun yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

“HKTI ini sebagai wadah kerukunan tani, yang berharap agar soliditas antar petani dan pemerintah selalu meningkat. Sehingga dari tahun ketahun semakin banyak petani yang sejahtera dan makmur,” harapnya saat pembukaan berlangsung.

Konsolidasi pengurus HKTI Se Bojonegoro ini melaksanakan forum tertinggi pemilihan Ketua Umum  HKTI definitif dan membentuk kepengurusan HKTI Bojonegoro masa periode 2015-2022 dan rekomendasi program kerja kedepanya.

Dalam Muskab tersebut, terpilihlah ketua umum HKTI yang baru untuk 5 tahun kedepan. Yakni Drs. H. Soehadi Moeljono, M.M. terpilih secara aklamasi dalam forum tertinggi di tingkat kabupaten tersebut.

“Masa depan dunia berada di tangan pangan, Kedepannya Bukan konflik migas, tapi hasil hasil panganlah, serta problem di sektor pertanian mulai dari hulu dan hilir harus menjadi PR yang kita selesaikan bersama. Sudah saatnya petani di Bojonegoro jaya dan makmur,” pesanya saat sambutan ketua terpilih.

“Tugas kita sekarang adalah mencari petani-petani handal,yang memiliki produktivitas tinggi dan mampu berinovasi kedepanya,” jelas pria yang disapa Pak Mul.

Disampaikan juga oleh Sekda Bojonegoro ini bahwa keberadaan HKTI sangat bermanfaat ditengah tengah masyarakat untuk mendorong peningkatan pertanian di Bojonegoro.

Tidak sedikit pula petani yang mempunyai lahan sempit,  bahkan para petani yang tidak punya lahan dan hanya sebagai buruh tani,  maka harus ada pemberdayaan dan cara pandang dan berfikir ketika pasca panen.

“Kita juga harus berfikir lebih ketika pasca panen dengan lebih meningkatkan produksi petani yang bisa diolah menjadi bahan produksi dan sehingga memiliki nilai tambah dan hal ini juga butuh kreatifitas dan inovasi para petani, ” Pungkas Pak Mul.   (Ron) 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *