Sandur Akan Dijadikan Motif Batik Jonegoroan

SUARABOJONEGORO.COM – Seni Sandur Bojonegoro mulai mendapat tempat di hati masyarakat. Kesenian tradisional ini banyak ditanggap mulai acara hajatan, event-event lokal, regional hingga nasional.

Para pelaku seni yang dulu identik dengan magis ini terus mengembangkan kreativitasnya sendiri, tanpa pembinaan dan pendampingan dari Pemkab setempat.

Jika mereka diberdayakan bukan tidak mungkin akan menjadi seniman professional. Mereka bakal mampu mempertahankan dan mengenalkan kesenian tradisional Bojonegoro, di kancah nasional hingga internasional.

Semangat inilah yang salah satunya mendasari pasangan calon bupati (Cabup) dan wakil bupati (Cawabup) Bojonegoro, Soehadi Moeljono dan Mitroatin, menyiapkan sejumlah program di bidang seni dan budaya untuk mengembangkan kesenian tradisional.

Program yang akan dilakukan pasangan yang akrab disebut masyarakat “Mulyo-Atine” ini lima tahun kedepan, adalah melakukan pembinaan dan pendamping kepada pelaku maupun kelompok seni budaya. Termasuk membangunkan sarana dan prasararana, agar mereka dapat mengembangkan kreativitasnya.

Bagi Oki Dwi Cahyo, menjadi seorang seniman Sandur merupakan kebanggan tersendiri, karena bisa melestarikan budaya bangsa dan menyampaikan pesan-pesan moral melalui pertunjukan.

Pria 28 tahun ini mengaku, awal mula mengenal kesenian ini ketika sering melihat pertunjukan sandur yang dibawakan seniman-seniman asli Bojonegoro. Lama-lama merasa tertarik dan akhirnya ingin mempelajari lebih dalam.

“Kalau selama ini, saya sama teman-teman baru tampil di seputaran Bojonegoro saja,” ujar Anggota Kelompok Sandur Kembang Desa ini kepada Wartawan, Kamis (19/4/2018).

Baca Juga:  Disiapkan Pelatihan Skill Sesuai Potensi Desa

Bersama kelompoknya, dia sering diminta tampil saat hajatan besar seperti khitanan, pernikahan, HUT RI, atau event-event milik Pemkab.

“Saya melihat kesenian Sandur sudah mulai dikenal generasi muda melalui ekstra kurikuler di sekolah,” jelas pria yang akrab disapa Kocin ini.

Untuk melestarikan dan mempertahankan kesenian ini, dia bersama kelompoknya terus mengembangkan alur cerita mengikuti perkembangan zaman atau biasa disebut kekinian.

“Tema-tema yang kita sajikan ya tema anak muda sekarang ini, atau problema masyarakat yang ada di zaman sekarang ini,” tutur warga Kelurahan Jetak, Bojonegoro ini.

Selama ini belum ada dukungan dari pemerintah setempat untuk lebih meningkatkan popularitas Sandur, termasuk pada pelaku seni itu sendiri. Selama ini, mereka berlatih meningkatkan keterampilan tanpa mendatangkan pelatih khusus.

“Yang melatih ya seniman-seniman Bojonegoro sendiri, ya kita sendiri, ya belajar sendiri,” ungkapnya.

Dia berharap Pemkab kedepan bisa memberikan sebuah dukungan untuk kesenian ini. Seperti ikut mempromosikan tari sandur seperti halnya Batik Jonegoroan.

“Serta keterlibatan dinas pendidikan dalam memberikan edukasi Sandur kepada pelajar di Bojonegoro,” pungkasnya.

Sementara, Rahmat Tri Sumitro, anggota sanggar Sayap Jendela, mengatakan, mulai menggeluti kesenian Sandur saat mengerjakan tugas kuliah di IKIP Bojonegoro. Saat menulis artikel tentang sejarah Sandur inilah, pria asal Desa Padang, Kecamatan Trucuk, itu menyadari akan keindahan seni budaya peninggalan nenek moyang.

Baca Juga:  Cara Pak Mul Lestarikan Kesenian Tayub

“Mulai saat itulah, saya ikut bergabung di sanggar-sanggar seni yang sudah ada,” sambungnya.

Selama menjadi seniman Sandur, dia sudah tampil dibeberapa even besar tingkat lokal Bojonegoro dan beberapa kota dan kabupaten di Jawa Timur seperti Surabaya dan sekitarnya.

“Untuk melestarikan kesenian Sandur sendiri, saya dan teman-teman itu gencar mengenalkan seni sandur ke tingkat pelajar,” lanjutnya.

Diakui, selama ini, secara pribadi belum pernah mendapatkan pembinaan dari pemkab. Oleh karena itu, diharapkan kedepan Pemkab bisa memberikan ruang untuk kesenian Sandur seperti menggelar lomba atau festival di Bojonegoro.

“Semoga bisa terealisasi,” pungkasnya.

Dimintai tanggapannya, Cabup Bojonegoro, Soehadi Moeljono, menyatakan, untuk membangun kesenian tradisional ini pihaknya akan memberikan pembinaan dan pendampingan secara berkelanjutan. Melalui itu kesenian tradisional tetap lesatri dan berkembang.

“Kita juga akan membangun seribu balai seni di tingkat pedesaan agar bisa menjadi tempat bagi pelaku seni dan budaya belajar mengembangkan diri meningkatkan kreativitasnya,” tegas mantan Sekda Bojonegoro yang sudah mengabdikan diri sebagai PNS selama 32 tahun di Pemkab.

Selain itu, lanjut dia, pihaknya juga akan mempromosikan kesenian tradisional melalui even-even mulai lokal hingga nasional.

“Bisa juga nanti semua seni tradsional Bojonegoro yang sudah dipatenkan akan kita jadikan motif  batik Jonegoroan,”  pungkas Pak Mul. (*/red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *