Remaja, Sosial Media dan Risiko Bunuh Diri

Oleh: Bella Ika N.W.P

suarabojonegoro.com – Belakangan ini, banyak dikabarkan kasus-kasus bunuh diri yang melibatkan remaja. Sungguh miris rasanya karena remaja merupakan generasi penerus bangsa yang seharusnya memiliki cita-cita. Namun inilah kenyataannya bahwa remaja sekarang mengambil keputusan dengan cara instan, tanpa pikir panjang sebelum berbuat.
Sebenarnya, kasus bunuh diri ini diakibatkan oleh berbagai tuntutan yang harus dihadapi remaja itu sendiri.

Popularitas dan eksistensi diri yang bisa ditunjukkan dari sosial media mana saja, menuntut mereka untuk berlomba menunjukkan jati diri semu yang dibuat untuk pujian lingkungan sekitar mereka belaka. Akhirnya, mereka akan melakukan cara apa saja untuk meningkatkan status sosial. Walaupun dengan cara yang menurut sebagian orang kurang masuk akal.

Setiap orang dilahirkan dari keluarga yang berbeda. Ada yang dilahirkan dari keluarga berkecukupan dan ada pula yang sebaliknya. Lalu, bagaimana cara mereka yang berada di keluarga yang belum berkecukupan untuk tetap eksis mengikuti zaman? Mulai dari meminjam uang kepada orang lain, melakukan tindakan kriminal seperti mencuri, terlibat prostitusi dan lain sebagainya yang seharusnya tidak perlu dilakukanlah yang akan mereka lakukan.

Tidak semua begitu, hanya beberapa kelompok saja. Dan beberapa kelompok inilah yang akhirnya menjadi bibit-bibit korban kasus bunuh diri usia dini.  Mengapa? Karena remaja pada kelompok ini tidak akan tahan untuk mempertanggung jawabkan tindakan-tindakan yang telah dilakukannya. Bukankah tingkat depresi pada remaja meningkat di setiap tahunnya? Depresi—bakal buah dari bunuh diri.
Sebenarnya, tujuan utama diciptakannya sosial media adalah untuk menghubungkan yang jauh, memperat tali silaturahmi dan mempermudah pencarian informasi. Informasi dari belahan dunia mana yang saat ini tidak kita tahu? Namun begitulah, setiap hal yang diciptakan pasti memiliki sisi positif dan negatif. Sebagian remaja mengambil sisi negatif sosial media.

Well, sosial media dijadikan sebagai tempat ajang pamer popularitas, kekayaan dan sebagainya. Maka dari itu, sebenarnya trik menghindari bunuh diri pada usia dini adalah dengan membagi waktu antara dunia nyata dan dunia maya. Remaja harus bisa menghargai realita di dunia nyata dengan mensyukuri dan mencintai apa yang telah ia punya. Sosial media hanya dunia maya. Maya berarti khayalan. Maya berarti tampak ada padahal tidak ada.

Popularitas di sosial media adalah maya. Maya adalah semu. Berarti, popularitas di dunia maya adalah popularitas semu. Masih mau maksain diri untuk tetap nyari popularitas semu? Gak takut depresi? Hidup Cuma sekali, yakin mau bunuh diri?. (*)

*) Penulis adalah Mahasiswi IKIP PGRI Bojonegoro

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *