Bangkit dari Keterpurukan, Winarti Kembangkan Bisnis Kulinernya
Tidak ada kata lelah dan menyerah dalam menjalani hidup ini. Empat tahun yang lalu, Winarti (40), warga asal Dusun Kalipang, RT 11 RW 14 Desa Leran, Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, sempat mengecap manisnya kehidupan dengan rezeki yang melimpah.
Namun, Tuhan berkehendak lain, bisnis mebel miliknya di Surabaya yang dibangun selama bertahun-tahun, mulai mengalami kemunduran hingga bangkrut. Hal inilah yang membuat Winarti harus kehilangan harta dan memulainya dari nol kembali.
Berbekal kesungguhan dan sedikit modal, akhirnya dia pulang ke daerah asalnya di Bojonegoro untuk memulai harapan baru. Tanpa seorang suami, Winarti memberanikan diri untuk banting setir memulai usaha kuliner. Mulai dari opor ayam, kare ayam, lauk-pauk, nasi campur kemudian berkembang menjadi nasi tumpeng dan nasi kotak yang ditawarkan kepada masyarakat sekitar.
“Saya kan bisa masak, jadi ya buka warung makan kecil-kecilan saja,” ujarnya.
Hari demi hari usahanya dia jalani dengan dibantu keponakannya. Dari modal awal Rp 5.000.000, Winarti bisa meraup keuntungan hingga Rp 500.000 setiap harinya.
“Sekarang yang menjadi andalan adalah opor ayam buatan saya,” tukasnya.
Tidak berhenti di situ saja, untuk menambah biaya kuliah anak satu-satunya dan dua keponakannya yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), Winarti membuka warung kopi pada malam harinya.
“Lumayan, dapat tambahan dua puluh ribu setiap malam,” tandasnya.
Kerja keras yang dilakoni Winarti, berbuah keberhasilan. Kini warungnya dikenal banyak orang. Menurutnya, hampir setiap hari warungnya selalu ramai.
Kegigihan Winarti tentu saja menginspirasi banyak orang. Tak heran jika dia dan puluhan perempuan kepala rumah tangga lainnya mendapat kesempatan ikut dalam program Perempuan Kepala Rumah Tangga (PERMATA) yang merupakan inisiatif dari operator minyak dan gas bumi Blok Cepu, ExxonMobil Cepu Limited (EMCL). Melalui program ini Winarti semakin dapat mengembangkan usahanya.
“Saya mendapat pelatihan membuat aneka camilan,” tuturnya.
Pelatihan yang didapatnya bersama puluhan Ibu PERMATA lainnya adalah membuatRengginang, Krupuk Jagung, dan Unthuk Yuyu. Berbekal bantuan bahan mentah dan alat dari EMCL, Winarti mulai memproduksi camilan-camilan tersebut.
“Alhamdulilah, setiap hari laris manis,” katanya bersemangat.
Harga yang ditawarkan Winarti juga lebih murah dibandingkan dengan camilan yang ada di toko atau swalayan. Rata-rata satu bungkus dihargai Rp 5000 hingga Rp 6000. Sedangkan untuk krupuk jagung, setiap bungkusnya dihargai Rp 2000 rupiah.
Tidak hanya dipasarkan dari rumah ke rumah, camilan Winarti mulai dikenal luas oleh sekolah dan instansi pemerintahan. Setiap hari, dia bersama anggota keluarganya mampu memproduksi puluhan aneka camilan tersebut. Selain rasanya enak, harga yang ditawarkan juga lebih terjangkau.
“Harapan saya, bisa merambah ke toko dan supermarket tidak hanya di Bojonegoro saja, tapi luar Bojonegoro juga,” tegasnya.
Pemberdayaan Perempuan
Dalam menjalankan Program PERMATA, EMCL bekerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat setempat yang mempunyai perhatian terhadap pengembangan perempuan, yakni Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Indonesia. Selama enam bulan, LPM mendampingi 50 Ibu PERMATA untuk mengikuti pelatihan pengelolaan keuangan, pelatihan usaha, pelatihan keterampilan, dan pelatihan pengasuhan anak. Setelah mendapat pelatihan, ibu-ibu Permata dari Desa Leran dan Sukoharjo, Kecamatan Kalitidu ini diberikan bantuan alat penunjang usaha dan pendampingan dari tim LPM.
Direktur LPM Indonesia, M. Fathur Rochman mengatakan, Program PERMATA merupakan program yang diarahkan untuk membantu dan memberdayakan Perempuan Kepala Rumah Tangga dalam memenuhi tanggung jawab sosial sebagai kepala keluarga.
“Rumah tangga sasaran dalam program ini bersumber dari data Pemutakhiran Basis Data Terpadu (PBDT) 2015 milik Pemerintah,” katanya seraya menjelaskan bahwa kelompok ini merupakan masyarakat yang lemah dalam akses informasi pengembangan usaha dan termajinalkan dari sasaran program.
Dalam program ini, jelas Fathur, penerima manfaat mendapat bantuan sarana prasarana penunjang usaha dan peningkatan kapasitas berupa pendidikan keuangan keluarga dan pengasuhan anak. Sehingga, lanjut dia, diharapkan Permata akan dapat meningkat kapasitas dan kesejahteraannya, serta membantu pemerintah dalam pengurangan angka kemiskinan di Kabupaten Bojonegoro.
Menurut Fathur, kondisi permasalahan dan kemiskinan yang dihadapi rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan secara umum lebih kronis dibanding dengan kepala rumah tangga laki-laki. “Ibu PERMATA tidak hanya mengalami permasalahan pada sektor ekonomi, tetapi juga problematika psikologis, sosial dan budaya,” tegasnya.
Kebutuhan untuk mendapatkan jalan keluar dari perangkap kemiskinan tidak cukup melalui fasilitasi akses ekonomi, tetapi memerlukan dukungan interaksi secara intensif dari figur yang secara keseharian sudah dikenal, dinilai mampu memberikan perlindungan, berkelanjutan, serta memiliki legitimasi sosial.
Figur tersebut yang selanjutnya menjadi “mother care” atau laiknya sebagai sosok ibu yang memiliki kepedulian yang tinggi, menjadi simpul interaksi dan berbagi antar PERMATA. “Sehingga akan memupuk harapan serta semangat untuk berjuang bersama-sama dalam upaya keluar dari kemiskinan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki,” jelas Fathur.
Berdasarkan kondisi tersebut, pengurus dari Tim Penggerak PKK Desa dipilih sebagai figur yang tepat untuk memerankan “orangtua” bagi Ibu PERMATA. Jejaring PKK dapat menjangkau kepada keluarga-keluarga secara langsung, karena telah terbentuk kelompok-kelompok PKK RW, RT dan kelompok Dasa Wisma. “Sehingga melalui optimalisasi TP-PKK dalam Program Pemberdayaan PERMATA ini diharapkan dapat benar-benar secara nyata memecahkan permasalahan kemiskinan di tingkat keluarga,” imbuhnya.
Kepala Dinas Koperasi dan UKM, Elza Deba mengapresiasi dukungan EMCL terhadap pengembangan usaha kecil di Bojonegoro. Pejabat perempuan ini mengaku, program yang digulirkan EMCL sangat membantu dalam pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Bojonegoro.
“Apalagi usaha kuliner di Bojonegoro sedang kita kembangkan, kami sangat terbantu dengan adanya program PERMATA ini,” katanya.
Elza berharap, para perempuan yang mendapat manfaat dalam program ini bisa bangkit dan menunjukkan eksistensinya. “Semoga terus termotivasi,” ungkapnya berharap.
Sementara itu, External Affairs Manager EMCL, Dave A. Seta menjelaskan bahwa, atas persetujuan SKK Migas, EMCL memprakarsai Program Pendukung Operasi (PPO) ini sebagai komitmen mewujudkan pengembangan ekonomi masyarakat sekitar wilayah operasi, khususnya di wilayah Lapangan Kedung Keris yang terletak di Kecamatan Kalitidu. Menurutnya, program ini juga untuk mendukung program pemerintah dalam pemberdayaan perempuan dan peningkatan usaha di Bojonegoro.
“Kami mengapresiasi dukungan seluruh elemen masyarakat terhadap suksesnya proyek negara di Lapangan Kedung Keris dan Banyu Urip, sehingga kami dapat beroperasi secara aman dan efesien,” pungkasnya. (*)