Reporter : Sasmito
SuaraBojonegoro.com – Kisah memilukan sangat memprihatinkan dialami seorang warga Kecamatan Ngasem karena Kondisi kemiskinan, dirinnya bertekad tidak putus sekolah, sebagai warga negara yang baik Warsono (38) melanjutkan pendidikan melalui progran di Kejar Paket B dan saat ini menjadi alumni program kejar paket B (setara SMP:Red) namun sayangnya hingga saat ini Ijasah yang seharusnya dia terima belum ditangannya.
Awak media ini datang kerumahnya yang terbuat dari kayu yang tampak usang dan berlantaikan tanah, serta kondisi kayu juga mulai rapuh oada Jumat (08/11/2019), di RT 9 RW 3 Desa/Kecamatan Ngasem Bojonegoro, berjajar rumah sederhana lainnya di sana.
Rumah Warsono ini sangat berdekatan dengan tambang gas Pertamina Ekplorasi Produksi Cepu (PEPC), meski demikian Warsono mencari nafkah untuk istri dan dua anaknya mengabdi sebagai penjaga malam di Puskesmas Ngasem.
Dia berterima kasih kepada pemerintah yang sangat membantu dirinya diterima bekerja, meskipun hanya lulusan SD. Namun dia menheluhkan hingga saat ini ijasahnya tak kunjung keluar, “Saya mohon agar ijasah Kejar paket B milik suami saya segera di berikan, karena sejak lulus di 2011 lalu hingga sekarang ijasah belum diterima,” kata Istri Warsono, Susilowati (32).
Susilowati menganggap bahwa pengurus program Kejar Paket B yang sekolahnya bertempat di Desa Setren Kecamatan Ngasem, sangat tega karena tidak memberikan ijasah. Padahal Warsono mengikuti program selama tiga tahun dan bersama puluhan peserta lainnya mengikuti ujian nasional. Setelah ujian, mendapatkan surat keterangan hasil ujian nasional.
Surat itu ditunjukkan, ada nomor induk peserta Warsono, ada hasil nilai bidang studi dan diteken Kepala Dinas Pendidikan Bojonegoro Zainuddin bertanggal 11 Agustus 2011. Dan Setiap kali menagih ijasah sepanjang tahun, jawaban pengurus tidak menyenangkan.
Sebenarnya kedepan setelah ijasah kejar oaket B keluar dia Warsono ber cita cita melanjutkan ke program Kejar Paket C (setara SMA) dan dipastikan status pekerjaannya dapat menjadi Tenaga Harian Lepas (THL).
Dij3laskan oleh Susilowati bahwa dulu untuk mendaftar kejar paket B, suaminya harus nabung selama berbulan bulan untuk mendaftar. Pada saat itu biaya pendaftaranbya senilai lima ratus ribuan. Karena mereka dari keluarga miskin dan tidak punya apa apa, sehingga diharapkan bapaknya tidak kesulitan dalam bekerja, dengan ijasah yang lebih tinggi sebagai haraoan dua anak dan istrinya.
Dengan mata berkaca kaca Warsono menceritakan tentang berbagai kehiduoannya, sambil sesekali mengusap rambut anaknya yang masih balita. Seolah derita yang dihadapinya tak berujung. Dia hanya berharap semoga ijasahnya segera diterimanya dan tetap akan melanjutkan sekolah ke program Paket C setara SMA.
”Tapi saya yakin, suatu saat menerima kebahagian hidup dengan diberikan ijasah saya,” kata Warsono.
Terpisah dikonfirmasi Bidang Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) Dinas Pendidikan Bojonegoro Abdul Wahid mengatakan, apa yang dialami Warsono, pengurus program Kejar Paket B jelas melanggar.”Jelas jelas melawan aturan, dikarenakan program yang diikuti Warsono adalah menjalankan wajib belajar sembilan tahun yang ada undang undangnya. Kami akan segera mengusut persoalan ini. Kejam pengurusnya,” tegasnya.
Saat dihubungi melalui ponselnya, Kapolsek Ngasem AKP Dumas Barutu mempersilahkan melaporkan persoalan ke pihaknya.”Saya belum mendengar persoalan ini. Monggo untuk melaporkan ke Polsek Ngasem. Kalau nantinya ada unsur pidana akan pasti dilanjutkan ke penyelidikan, namun apabila sebaliknya apabila tidak ada unsur pidananya. Polisi siap untuk mediasi antara Warsono dengan pengurus program Kejar Paket B,” kata kapolsek. (Sas*)