Penyalahgunaan Facebook Di Kalangan Pelajar

Oleh: Alfi Rohmatin

suarabojonegoro.com – Facebook adalah sebuah layanan jejaring sosial yang berkantor pusat di Menlo Park, Calivornia, Amerika Serikat yang di luncurkan pada bulan Pebruari 2004 hingga September 2012. Facebook didirikan oleh Mark Zuckerberg bersama teman sekamarnya dan sesama mahasiswa Universitas Harvard dengan tujuan membantu mahasiswa mengenal satu sama lain.  Keanggotaan situs web ini awalnya sebatas untuk mahasiswa Harvard saja, kemudian diperluas ke perguruan tinggi lain di Boston, yakni Ivy League dan Universitas Stanford. Secara perlahan situs ini membuka diri kepada mahasiswa di Universitas lain sebelum dibuka untuk siswa sekolah menengah atas dan akhirnya situs ini di peruntukkan kepada setiap orang yang berusia minimal 13 tahun.

Akan tetapi pada kenyataanya pengguna facebook saat ini banyak juga yang berusia di bawah 13 tahun, banyak anak SD yang sudah menggunakan akun ini sebagai sarana untuk memperbanyak teman, sarana untuk mencari perhatian dll. Hal ini saya ketahui ketika saya sedang mengajar bimbel maupun ekstra pramuka di salah satu Sekolah Dasar di daerah tempat  tinggal saya. Saya sering mendapat pertanyaan dari anak-anak “kak alfi, nama Facebook kakak ap?”. Entah akun Facebook itu di buatkan ataukah buat sendiri saya tidak tau, tapi yang jelas akun Facebook pada saat ini sudah familiar sekali dalam dunia pelajar baik, kalaupun mereka membuat akun facebook sendiri itupun juga merupakan suatu hal yang wajar, karena memang dari kecil mereka sudah di belikan gadged oleh orang tuanya. Jangankan anak usia SD, balita saja sekang sudah pandai bermain gadged.

Tidak bisa dipungkiri, bahwa munculnya satu inovasi akan menghadirkan inovasi yang lain, yang tadinya Facebook di gunakan sebagai media untuk memperbanyak teman, sekarang tak cukup untuk sekedar memperbanyak teman, tapi lebih ke arah pencarian pacar dan ketika status pacar sudah dalam genggaman, di situlah sifat malas untuk belajar perlahan mulai melambung. Hilangnya semangat dan minat untuk belajar secara tidak langsung akan menghilangkan kesempatan mereka untuk menjadi sang juara dan menghambat tercapainya cita-cita.

Dunia percintaan akan membawa mereka untuk merasakan beribu macam rasa, mulai dari rasa nyaman, bahagia, gelisah, galau, merana, kecewa, cemburu, curiga dan masih banyak lagi. Mereka terlalu di sibukkan oleh bumbu-bumbu cinta. dan anehnya dari berbagai macam rasa itu tidak ada satupun yang memberikan pengaruh positif terhadap kedudukan mereka sebagai seorang pelajar. Bagaimana tidak? Ketika rasa nyaman dan bahagia sedang melanda, reaksi yang timbul bukannya semangat dalam belajar meningkat tapi justru waktu untuk bersama dengan sang kekasih yang meningkat, ntah waktu kencan, waktu chattingan ataupun waktu telfonan. Kemudian ketika mereka di landa oleh rasa gelisah, galau, merana, kecewa, curiga, cemburu, apalagi patah hati reaksi yang timbul malah lebih buruk, jangankan minat untuk belajar, minat untuk melakukan aktifitas yang biasa mereka lakukan saja tidak ada, bahkan bisa berujung pada depresi. Hal semacam itu dapat terjadi karena memang usia mereka belum cukup untuk mengenal cinta, tingkat emosionalnya masih begitu labil dan sulit terkontrol.

Sangat disayangkan memang ketika masa petumbuhan dan perkembangan otak seorang  pelajar harus terhambat, karena stadium belajar anak berada di masa SD, SMP dan SMA, dimana pada masa ini daya ingat anak sangat kua. Sehingga mereka mampu menangkap ilmu pengetahuan lebih banyak, seperti kata pepatah “belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu, sedang belajar di waktu dewasa bagai mengukir di atas air”

Jadilah orang tua yang bijak dalam memanjakan anak. Pahami mana yang penting dan mana yang perlu di berikan kepada sang buah hati, jangan terlalu di kekang dan jangan pula terlalu dimanjakan, karena anak yang terlalu dimanjakan akan menggunakan sebuah tangisan maupun ancaman sebagai senjata untuk mendapatkan apa yang ia inginkan, dan hal semacam itu akan terus ia lakukan semasa hidupnya.

Anak yang masih sekolah tidak perlu dikasih gadged, kalaupun ada sebuah kegiatan ataupun hal lain yang mengharuskannya untuk memakai gadged, pinjamilah gadged anda, jika memang anda sebagai orang tua ingin memfasilitasi anak untuk mengetahui dunia internet,  anda bisa membelikan computer atau laptop untuknya, karena dengan menggunakan computer atau laptop anda  akan lebih mudah untuk mengontrol buah hati anda.

*) Penulis lahir di Bojonegoro 01 Januari 1998. Beralamat di desa Ngraseh, Rt. 05 Rw. 02 Kec. Dander Kab. Bojonegoro. Alumni Mandrasah Aliyah ABU DARRIN Kendal Bojonegoro. Berstatus sebagai mahasiswi aktif di IKIP PGRI BOJONEGORO. Fakultas Bahasa dan Seni. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia semester lima.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *