SUARABOJONEGORO.COM – Program peningkatan kemampuan bisnis bagi usaha Ultra-Mikro, dan pengembangan kualitas bisnis UMKM melalui insentif fiskal berupa penjaminan kredit perbankan, dan non-perbankan, secara mudah, dan cepat dengan bunga ringan yang digagas pasangan calon bupati (Cabup) dan wakil bupati (Cawabup) Bojonegoro, Soehadi Moeljono dan Mitroatin, mendapat apresiasi pedagang kecil di Pasar Desa Pungpungan, Kecamatan Kalitidu.
Pelaku ekonomi kerakyatan ini menilai program yang disiapkan pasangan yang dikenal masyarakat dengan sebutan “Mulyo Atine” tersebut dapat mengentas pedagang kecil dari cekikkan rentenir yang selama ini gentayangan di pasar-pasar tradisional.
“Bagus itu, jadi kami tidak lagi meminjam modal di bank titil yang bunganya tinggi,” kata Sutarno, pedagang di Pasar Pungpungan menanggapi program Mulyoatine kepada wartawan, Rabu (9/5/2018).
Selama ini dirinya dan pedagang lainnya kepincut meminjam di rentenir karena diiming-imingi persyaratan mudah dan cepat. Para rentiner juga mengaku sebagai pengurus koperasi dengan berpenampilan rapi untuk memikat para pedagang kecil.
“Karena saya butuh modal dan syaratnya mudah, ya akhirnya pinjam,” tuturnya.
Saat itu pemilik kios kelontong itu sangat membutuhkan modal tambahan untuk memperbesar usahanya. Sedangkan untuk mengajukan pinjaman ke bank prosedurnya berbelit.
“Ya pokoknya ruwetlah pinjam bank,” ucapnya.
Akhirnya Sutarno meminjam ke rentenir yang berkedok koperasi sebesar Rp2 juta, dengan bermodal foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP), dan tanpa survey.
“Apalagi, para petugas koperasi itu langsung datang ke kios atau rumah sehingga kalau bayar tidak perlu antri koperasi,” jelasnya.
Pinjaman itu dibayar tiap minggu selama 10 kali angsuran, dengan bunga 20 persen. Meski diakui bunga yang diberikan cukup tinggi, namun terpaksa diterima karena sangat membutuhkan modal.
Pedagang lainnya dari Pasar Kalitidu, Khusnul Khotimah (55), mengaku, sudah menjadi nasabah koperasi simpan pinjam hampir lima tahun. Dari awal mendapat modal hingga sekarang berjualan, belum mampu melunasi hutang tersebut.
“Sempat mau jual kendaraan untuk melunasinya, tapi Alhamdulilah masih terselamatkan dari laba dagang di pasar,” sambungnya dikonfirmasi terpisah.
Diceritakan pertama kali terjerat rentenir karena ditawari pinjaman dengan syarat mudah dan ringan. Modal yang dia pinjam ssbesar Rp2.500.000, dengan angsuran Rp300.000 setiap minggu selama sepuluh kali.
Pinjaman itu tidak diterima utuh karena harus dipotong biaya adminsitrasi sebesar 150.000 simpannan 150.000 mas.
“Pinginya segera melunasi, karena bunganya tinggi dan jangka waktu bayarnya mepet banget, setiap minggu,” keluhnya.
Baik Sutarno dan Khusnul Khotimah mengaku sangat setuju jika kedepan Pemkab Bojonegoro memberikan kemudahan akses permodalan bagi para pedagang kecil. Agar tidak ada celah bagi para rentenir untuk masuk dalam lingkup pasar dan merugikan dengan bunga yang cukup tinggi.
“Harapannya ya ada bank yang mempermudah pinjaman dengan bunga ringan,” harapnya.
Menanggapi hal itu, Cabup Soehadi Moeljono, menyatakan, kedepan akan mempermudah akses permodalan bagi pedagang kecil melalui bank perkreditan daerah (BPR) dengan pembukaan kantor cabang di setiap kecamatan dan mobil keliling untuk mendekatkan pelayanan kepada calon nasabah.
“Kita akan memberikan bunga yang sangat ringan agar tidak membenani pedagang kecil, sehingga mereka bisa mengembangkan usahanya,” pungkas cabup yang berpasangan dengan Kader NU ini. (*/red)