Bahayanya Suicidal Thought

oleh -
oleh

Oleh: Ns. Errix Kristian Julianto, S.Kep., M.Kes.
NIDN : 0703078603

SuaraBojonegoro.com – Bercanda “Haduh pengen mati saja” terkesan lucu dan kekinian sebagai respon untuk menghadapi berbagai tantangan yang ada di masa kini. Namun tahukah anda, bahwa bercanda dengan hal ini dapat menjadi serius, jika diucapkan oleh orang yang depresi.

Yaa.. suicidal thought adalah pikiran seseorang untuk mengakhiri hidup atau bunuh diri. Suicidal thought ini bisa mengantarkan orang untuk melakukan percobaan bahkan tindakan bunuh diri. Menurut organisasi kesehatan dunia World Health Organization (WHO), sekitar 800.000 hingga 1 juta orang meninggal karena bunuh diri stiap tahunnya.

Sehingga bunuh diri menduduki peringkat ke-10 sebagai penyebab kematian terbesar di dunia. Bahkan beberapa pekan terkhir mencuat kasus bunuh diri yang terjadi pada beberapa mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di indonesia. Mirisnya lagi kejadian bunuh diri tersebut tepat diperingatan hari kesehatan mental sedunia.

Dari beberapa sumber mengatakan kejadian bunuh diri tersebut dipicu oleh beberapa masalah. Diantaranya faktor keluarga, tuntutan dan tekanan dari seseorang, duka yang mendalam, stressfull event bahkan depresi.
Menurut studi yang dilakukan institut for health metrics and Evaluation, University of Washington tahun 2019, pemikran bunuh diri adalah faktor pendorong yang tinggi terhadap terjadinya tindkan bunuh diri atau Suicide behavior. Untuk itu pemahaman mendalam mengenai suicidal thought menjadi sangat penting untuk dipelajari sebagai upaya pencegahan terjadinya bunuh diri.

Suicidal thought adalah istilah yang merujuk pada pikiran, ide, keinginan, pertimbangan untuk mengakhiri hidup. Munculnya pemikiran ini sering dikaitkan dengan gangguan depresi mayor dan beberapa gangguan mental lainnya.

Ada 2 jenis Suicidal thought, yakni suicidal thought pasif dan suicidal tought aktif. Suicidal thought pasif merupakan pemikiran mengakhiri hidup dan tidak disertai dengan rencana untuk bunuh diri. Berbeda dengan suicidal thought pasif, menyebabkan penderitanya memiliki niatan untuk bunuh diri, termasuk merencanakan bagaimana dirinya mengakhiri hidup.

Ada beberapa tanda gejala suicidal thought antara lain : Sering membicarakan tentang bunuh diri, sering mengungkapkan penyesalan tentang hidup, timbul perasaan terjebak dan putus asa. Mengalami kecemasan yang tinggi dan mood tidak stabil, depresi dan memiliki panic attack. Sering mengucapkan selamat tinggal kepada orang-orang, sering berbicara tentang kesepian atau tak berguna, mengaku tidak punya alasan untuk terus bertahan hidup.

Lalu bagaimanakah cara mencegah Suicidal thought ? maka belajar mengelola emosi dengan baik. Mencoba untuk tetap terhubung dengan dunia luar dan bersosialisasi dengan teman-teman. Melibatkan keluarga dalam setiap permasalahan,karena keluarga merupakan sumber dukungan yang paling utama. Berbagi cerita kepada orang yang kita percaya. Memaafkan dan bersikap welas asih kepada diri sendiri. Selalu konsultasi dengan praktisi profesional seperti psikolok /psikiater apabila mengalami masalah kecemasan,gelisah dan masalah-masalah lain.

Pemikiran bunuh diri bisa datang pada siapapun, termasuk kita. Kultur dan lingkungan membuat kita merasa “tabu” dan “tidak etis’ dalam membahas tentang pemikiranm ini. Namun, banyak diluar sana yang bahkan tidak tahu bagaimana harus menyikapi pemikiran bunuh diri. Beberapa mungkin ada yang mewujudkan, ada yang sudah merencanakan serta pula ada yang hanya menjadi sebuah pemikiran yang bisa membuat kita tidak nyaman.
Satuhal yang perlu kita ingat bersama bahwa pemikiran, emosi, dan perasaan bersifat sementara demikian pula pemikiran untuk bunuh diri, sifat nya juga dinamis. Pemikiran tersebut bukanlah sebuah keinginan kita yang benar-benar ingin mengakhiri hidup.

 

Karena sebenarnya yang kita ingin akhiri adalah rasa sakit, rasa tidak nyaman, perasaan tidak berharga, kesepian, dan segala emosi negatif yang menyakitkan kita. Tidak mengapa jika kita merasakan ketidaknyamanan, rasa sakit dan mengalami penderitaan hidup.

Yakinlah bahwa semua itu berifat sementara dan dinamis. Hal yang bisa kita lakukan ketika ketidaknyamanan itu datang adalah dengan memulai relasi yang sehat dengan diri sendiri, memaafkan, menerima, mencintai dan belas kasih pada diri sendiri. (**)

*) Penuslia adalah Dosen Mata Kuliah  Keperawatan Psikiatri & Psikolagi dan Kesehatan Jiwa IstekIcsada Bojonegoro

No More Posts Available.

No more pages to load.