Menumbuh Generasi Baru Seni Karawitan

SUARABOJONEGORO.COM – Seni Karawitan di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur sekarang ini peminatnya mulai menurun. Masyarakat kebanyakan lebih memilih dangdut.

Belum ada regenerasi bagi pelaku seni mengolah alat bunyi-bunyian (instrumen) tradisional gamelan. Jika dibiarkan bisa dipastikan warisan leluhur ini akan punah, terlebih belum ada pembinaan dari pemkab setempat.

Kondisi inilah yang menggugah pasangan calon bupati (Cabup) dan wakil bupati (Cawabup) Bojonegoro, Soehadi Moeljono dan Mitroatin, untuk melestarikan dan mengembangkan kesenian tradisional di Bumi Angling Dharma.

Pasangan yang dikenal masyarakat dengan sebutan “Mulyo – Atine” ini telah menyiapkan  sejumlah program di bidang seni dan budaya , jika dipercaya masyarakat memimpin Bojonegoro lima tahun kedepan.

Yakni memberikan pembinaan dan pendampingan secara berkelanjutan, serta membangun sarana prasarana berupa seribu balai seni dan budaya hingga ke tingkat pedesaan. Tujuannya agar para pelaku maupun kelompok seni dapat belajar dengan mudah mengembangkan kreativitasnya menjadi seniman profesional.

Seperti yang dilakukan  Pranti, seniman karawitan. Wanita berusia 40 tahun ini terusmengasah kemampuannya sendiri sebagai pemegang Saron di kelompok “Putri Agus Laras” asal Desa Kasiman, Kecamatan Kasiman.

“Saya sudah lama “ngrawit”, sejak muda yang jelas. Dulu masih ikut sana sini karena belum punya kelompok sendiri,” katanya kepada wartawan, Jumat (20/4/2018).

Awal mula mengenal kesenian ini, ketika dia sering melihat pertunjukan Karawitan di desanya dan terlihat unik. Pranti pun tertarik kemudian ikut berlatih hingga mahir membawakan alat musik tradisional.

Baca Juga:  Pelatihan Keterampilan Gratis untuk Manfaatkan Potensi Desa

“Senang saja, selain itu juga untuk mencari uang,” ucapnya.

Selama ini, bersama kelompoknya yangterbentuk sejak lima tahun lalu, dia sudah melanglang buana ke pelosok Bojonegoro dari satu kecamatan ke kecamatan lainnya.

“Baru di Bojonegoro saja,” ungkapnya.

Menurutnya, perkembangan jaman telah membuat kesenian ini mulai tenggalam. Masyarakat jarang ‘nanggap’ Karawitan, dan lebih memilih elektone maupun dangdutan.

“Sudah jarang undangan untuk Karawitan, kalaupun ada ya hanya saat ada hajatan pernikahan dan khitanan saja,” ungkapnya.

Tragisnya, tidak regenerasi untuk kesenian ini. Mereka berlatih sendiri setiap ada kesempatan  untuk meningkatkan keterampilan memainkan alat musik, dan menjaga kualitas sinden agar kesenian ini tetap bertahan.

“Selama ini belum ada dukungan dari pemerintah untuk meningkatkan eksistensi seni Karawitan,” tuturnya.

Oleh karena itu, dirinya sangat setuju jika ada program pembinaan dan pendampingan untuk seni Karawitan, karena akan melahirkan generasi baru.

“Kami berharap, Pemerintah Bojonegoro kedepan lebih memperhatikan seni budaya Karawitan,” pungkasnya.

Seniman Karawitan lainnya, Retno Indah,
mengaku, sudah puluhan tahun berkecimpung di dunia Karawitan. Wanita berusia 35 tahun ini sebagai sinden di Kelompok Karawitan Endah Setyo Laras.

“Dengan nyinden ada rasa puas tersendiri, bisa memberikan hiburan  kepada masyarakat luas,” sambungnya secara terpisah.

Retno bersama kelompoknya terus berupaya memperhatankan kesenian ini ditengah hantaman gelombang modernisasi, karenatidak semua orang sekarang ini bisamelakukan seni tradisional Jawa ini.

Baca Juga:  Maksimalkan Peran BPR Bantu Permodalan Pedagang Kecil

“Apalagi sekarang ini minat anak-anak mudasangat kurang. Jadi jarang sekali ada generasi muda yang bermain Karawitan,” tandasnya.

Selama ini, untuk meningkatkan kemampuan dan kualitas kelompoknya, Retno berlatih sendiri mengandalkan kemampuan yang ada.Belum ada pelatihan dan pembinaan dari manapun termasuk Pemkab.

“Semoga Bupati terpilih nantinya membantu pelestarian budaya Karawitan. Baik itu pelatihan dan pendampingan maupun dukungan lainnya agar kesenian ini bisa eksis dan tidak kalah dengan konser jaman sekarang,” harapnya.

Menanggapi hal itu, Cabup Soehadi Moeljono, mengakui, jika kesenian karawitan sekarang ini telah tergeser oleh seni modern, karena kurangnya tempat dan ruang yang diberikan kepada kesenian tradisional.

“Karena itu kedepan kita akan inten menggelar pertunjukan kesenian tradisional mulai dari festival dan event-event lainnya, agar kesenian ini kembali diminati masyarakat semua kalangan,” tegas Pak Mul-sapaan akrabnya.

Selain itu, lanjut dia, juga akan dilakukan pembinaan dan pendampingan agar memunculkan pelaku seni baru untuk regenerasi.

“Kita juga akan mendukung dengan pembangunan balai seni budaya agar menjadi wahana belajar dan mengembangkan kreativitas mereka,” pungkas cabup yang berpasangan dengan Kader NU ini. (*/red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *