SUARABOJONEGORO.COM – Sepintas judul diatas tersusun dari kalimat yg paradok, ambigu, atau kalimat bersayap. Tetapi sebenarnya hanya kalimat lugas yang memerlukan sedikit penjabaran dan kontemplasi.
Menulis tidak sulit, manakala ide dari tulisan adalah murni dari pemikiran, penggambaran dari uraian fakta, atau nukilan dan kutipan dari sumber yang kredibel untuk kembali kita tuangkan dalam kata, kalimat dan paragraf menjadi suatu produk tulisan yg informatif, edukatif dan memiliki makna.
Menulis juga tidak sulit, manakala kita menguasai sasaran yang akan kita capai dari penulisan itu. Apabila kita bisa mengukur tujuan dari penulisan, target pembaca yang berpotensi menjadi konsumen tulisan kita. Istilah “bisnis” nya adalah hasil tulisan kita harus “marketable” bagi para pembaca.
Menulis juga tidak sulit, manakala bahan-bahan penulisan kita telah siap. Bahan itu harus lengkap, kebenarannya akurat, dan diupayakan berimbang dari berbagai sisi. Jika merupakan opini, maka sajikan dengan argumentasi kita yg se logis mungkin, jika merupakan pemberitaan, maka tuangkan se obyektif dan berimbang mungkin tanpa dicampuri bahasa opini (pendapat pribadi).
Menulis pun tidak sulit, manakala keseluruhan aspek diatas mampu kita alirkan dalam sapuan pena hingga membentuk kalimat, paragraf hingga satu kesatuan tulisan yang utuh dan indah.
Tetapi, menulis tidak mudah. Karena semua penulis terikat dengan kode etiknya masing-masing. Bagi jurnalis, tidak lepas dari kode etik jurnalistik, bagi penulis lepas, pun terikat pula dengan kode etik penulisan pada umumnya.
Menulis tidak mudah, karena banyak ketentuan perundang undangan yang membatasi kebebasan penulisan. Bebas, tapi terikat dengan Hak dan Harkat Martabat orang lain yang dilindungi UU. Dalam kitab UU “kuno” kita, KUHP misalnya, jelas mencantumkan ancaman pidana dalam pasal2 penistaan melalui tulisan, fitnah melalui tulisan, belum lagi dalam UU yang baru seperti UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) dsb.
Menulis juga tidak mudah, karena kita harus betul betul menyadari dampak dari tulisan kita yang disebar luaskan. Apakah menyebabkan ketersinggungan pihak lain atau tidak, yang meskipun tidak terkena jerat unsur pasal dalam peraturan perundang undangan, tetapi bisa berdampak negatif secara luas.
Menulis pun tidak mudah, karena sebagaimana pepatah “tajamnya pena lebih tajam dari pedang”. Memainkan pena kita sehingga tercipta suatu produk tulisan, kadang lebih bisa “membunuh” dibanding menyabetkan pedang. Sebagai kontrol bagi kita ketika menuliskan sesuatu.
Menulis tidak mudah, karena pertanggung jawaban penulisan kita tidak hanya di hadapan manusia. Terlebih berat adalah pertanggung jawaban dihadapan yang maha kuasa.
Kemudian, apakah kita harus menulis, atau tidak menulis? Tetap lah menulis. Diniatkan ibadah. Dibuat dengan rasa penuh tanggung jawab. Senantiasa adil dan berimbang. Jadikan sarana untuk ikut membangun manusia, khususnya sumber daya manusia Bojonegoro tercinta. (JW*)
Serang Banten, 14 Juni 2018 dini hari di PMI (Pondok Mertua Indah) disaat istri dan anak2 terlelap, mata masih ketap ketip menjelang sahur.
*)Penulis Adalah Hakim Dan Humas di Pengadilan Negeri Bojonegoro