Oleh: Said Edy Wibowo *)
SuaraBojonegoro.com – Larangan mudik yang dimulai dari tanggal 6 sampai 17 Mei 2021 sesungguhnya mempertaruhkan sebuah wibawa negara. Aturan larangan mudik yang bertujuan amat mulia yaitu mencegah penyebaran Covid-19 harus berjalan tegak lurus demi keselamatan rakyat, bangsa dan negara.
Sangat disayangkan masih banyak orang yang tidak mematuhi larangan mudik. Meski secara umum, pelaksanaan larangan mudik pada hari pertama berjalan lancar. Aparat di lapangan tegas memberlakukan aturan. Pengawasan dilakukan di beberapa titik.
Di beberapa wilayah, ribuan kendaraan yang coba-coba mengangkut pemudik disuruh putar balik. Ketegasan aparat dalam mencegah pemudik memang harus terus dikedepankan karena faktanya masih ada saja warga yang mencoba mengakali seperti naik mobil angkutan niaga dan sebagainya.
Dibutuhkan kepedulian ekstra semua lapisan masyarakat untuk bersama-sama melakukan pencegahan karena virus Covid-19 nyata-nyata masih jadi ancaman bersama dan mengalami tren kenaikan positif Covid-19. Atas dasar pertimbangan inilah kebijakan larangan mudik semestinya dipahami dan dipatuhi. Langkah ini tentu perlu didukung aparat daerah. Mereka perlu membuat peraturan yang sejalan dengan ketentuan tersebut, sehingga langkah ini tidak sia-sia dan angka penularan virus Corona dapat ditekan.
Selain mobilitas pemudik, potensi lonjakan mobilitas selama periode libur panjang yang patut diwaspadai terutama di pusat perbelanjaan, pasar, tempat ibadah, dan tempat rekreasi. Ini juga harus jadi perhatian pemerintah dan juga kesadaran warga.
Kita harus berkaca dari pengalaman negara lain terutama India yang mengalami lonjakan kasus baru lantaran pemerintah dan warganya lalai menerapkan protokol kesehatan. Kita juga mesti waspada lantaran beberapa varian baru virus Corona termasuk dari Inggris, Afrika Selatan, dan India, sudah masuk negara tercinta kita Indonesia.
Peringatan itu tentu tidak main-main dan pantang diabaikan begitu saja. Kita tentu tidak ingin kasus positif di Indonesia yang sudah mulai melandai dalam beberapa bulan terakhir kembali melonjak. Kita tentu juga tidak ingin melihat bangsal-bangsal rumah sakit maupun pemakaman umum kembali dipenuhi korban Covid-19. Sampai persediaan oksigen menipis.
Kebijakan pemerintah terkait larangan mudik sudah sepatutnya dipatuhi demi keselamatan bersama. Kepatuhan itu belum sepenuhnya berjalan dengan baik. Masih banyak orang yang mencoba-coba untuk mudik, meski mereka disuruh putar balik. Kita tentu tak mau orangtua maupun sanak famili di kampung tertular, karena siapa bisa menjamin kita sebagai pemudik terbebas dari virus tersebut?
Pandemi Covid-19 memaksa kita untuk beradaptasi dengan budaya baru atau cara baru bersilahturahmi. Tradisi silaturahim Idul Fitri dapat dilakukan lewat berbagai cara, tidak mesti bertemu secara fisik. Menurut wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa’adi menyebut menghindari mudik sama dengan jihad untuk kemanusiaan.
Imbauan yang telah disampaikan para agamawan maupun ilmuwan, sudah semestinya menyadarkan kita bersama, terutama mereka yang masih nekat ingin mudik. Ingat ancaman virus Corona tetaplah berbahaya dan angka-angka yang dipaparkan setiap hari bukanlah statistik belaka
Alangkah bijak jika tidak mudik jadi kesadaran bersama bukan semata regulasi atau aturan pemerintah. Begitu pun dengan kedisiplinan dalam menerapkan protokol kesehatan, seperti memakai masker dan menghindari kerumunan, semata demi keselamatan bersama.
Ada cara silahturahmi dimasa pandemi dengan keluarga melalui silahturahmi Virtual, cara tersebut adalah: 1.Menggunakan WA Grup, dengan menggunakan Video Call dengan batas delapan peserta maksimal keluarga bisa silahturahmi secara virtual
2.Aplikasi Zoom,
pada akun zoom bisa dilakukan dengan banyak jumlah keluarga jika tidak berbayar maksimal satu jam. Jika berbayar bisa lebih dari satu jam
3. Google meet
Pada aplikasi google meet hampir sama juga bisa dilakukan untuk silahturahmi virtual
Tiga cara silahturahmi virtual semoga bisa sebagai arternatif silahturahmi dengan tidak mudik, dengan demikian bisa menekan penyebaran virus Corona.
Semoga kita semua tetap sehat, walau jauh dimata tetapi dekat di doa.
*) penulis Adalah Guru MAN 5 Bojonegoro