SuaraBojonegoro.com – Konsep strategi kebudayaan yang dicanangkan pemerintah dengan Thema ketahanan budaya, dijawab dengan melaunching Lembaga Pendidikan, Pengembangan Seni dan Ekonomi Kreatif Krida Wira di Desa Mulyoagung, Bojonegoro Jawa Timur.
Sanggar Krida Wira, menurut Mukarom, pendiri sekaligus pimpinan yang berlokasi di dukuh Ngangkatan ini diorientasikan sebagai wahana untuk mewadahi kreativitas para pemuda di desa Mulyoagung dan Bojonegoro secara umum.
“Kami mendapat dukungan yang besar dari masyarakat desa Mulyoagung, khususnya lingkungan dukuh Ngangkatan. Sedikitnya ada sepuluh remaja putra dan putri desa Mulyoagung belajar di Krida Wira,” terang Mukarom.
Pada acara launching yang dilakukan secara live streaming, beberapa atraksi seni ditampilkan. Diantaranya Hadrah Nurul Huda yang dimainkan ibu ibu desa Mulyoagung, Campursari dari anggota sanggar Krida Wira serta mudik keroncong “Gidok” yang beranggotakan para remaja putri anggota sanggar Krida Wira.
Peresmian Sanggar Krida Wira ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh tokoh masyarakat dan perwakilan seniman Bojonegoro, diantaranya Ekopeye dari unsur Seni rupa dan Agus Sighro dari unsur Sastra dan Teater.
Untuk memantapkan materi pelatihan, sanggar Krida Wira memaksimalkan beberapa anggota sanggar yang menuntut ilmu di perguruan tinggi seni seperti ISI Solo, Jogja dan Unesa sebagai pamong.
“Ya, anak anak sanggar yang sedang menempuh pendidikan seni sengaja kami optimalkan, agar juga menularkan ilmunya kepada anggota sanggar yang lain,” lanjut Mukarom.
Dia berharap keberadaan Lembaga Pendidikan Pengembangan Seni dan Ekonomi Kreatif Krida Wira mampu menjadi solusi bagi peningkatan potensi seni dan budaya di Bojonegoro, sehingga strategi kebudayaan yang bertujuan mewujudkan ketahanan budaya bisa dicapai.
“Saat ini kan era Industri kreatif, lha dengan adanya sanggar Krida Wira ini bisa memantik kreativitas generasi muda Bojonegoro,” pungkasnya. (Lis/Red)