Oleh : H. Sholikhin Jamik
SuaraBojonegoro.com – Dalam kajian tulisan diatas orang yang mati syahid, hafidz Quran dan dermawan nanti di yaumul qisab justru pertama kali dilempar ke neraka karena ketika berbuat di dunia bukan karena Allah SWT tapi dalam hatinya yang muncul adalah sikap riya’. Agar kita terhindar dari sikap riya’, maka Dalam tulisan ini akan dibahas tentang definisi riya’, sebab-sebabnya, macamnya, bahayanya dan beberapa hal yang tidak termasuk riya’ serta obat penyakit riya’. Mudah-mudahan penulis dan pembaca bisa terhidar dari perbuatan riya’ dalam seri ini membahas tentang:
CIRI-CIRI DAN TANDA-TANDA RIYA’
Riya’ mempunyai ciri dan tanda-tanda sebagaimana kata Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu , bahwa orang yang berlaku riya’ memiliki tiga ciri, yaitu :
Dia menjadi pemalas apabila sendirian,
Dia menjadi giat jika berada di tengah-tengah orang banyak,
Dia menambah kegiatan kerjanya jika dipuji dan berkurang jika diejek
Tanda yang paling jelas ialah merasa senang jika ada orang yang melihat ketaatannya. Andaikan orang tidak melihatnya, dia tidak merasa senang. Dari sini diketahui, bahwa riya’ itu tersembunyi di dalam hati, seperti api yang tersembunyi di dalam batu. Jika orang melihatnya, maka menimbulkan kesenangan. Dan kesenangan ini bergerak dengan gerakan yang sangat halus, lalu membangkitkannya untuk menampakkan amalnya. Bahkan ia berusaha agar amalnya itu diketahui, baik secara sindirian atau terang-terangan
Diriwayatkan bahwa Abu Umamah al Bahili pernah mendatangi seseorang yang sedang bersujud di masjid sambil menangis ketika berdoa. Kemudian Abu Umamah mengatakan kepadanya : “Apakah engkau lakukan seperti ini jika engkau shalat di rumahmu?” (Teguran dimaksudkan untuk menghilangkan sikap riya’)
JEBAKAN DAN PERINGATAN
Terkadang, seorang hamba bersungguh-sungguh untuk membersihkan diri dari riya’, namun ia terjebak dan tergelincir di dalamnya, sehingga ia meninggalkan amal karena takut riya’.
Jika seorang hamba meninggalkan amal yang baik dengan maksud supaya terhindar dari riya’, maka tidak ragu lagi, bahwa sikap ini adalah sikap yang salah dalam menghadapi riya’.
Fudhail bin Iyadh menjelaskan, meninggalkan amal karena manusia adalah riya’, sedangkan beramal karena manusia adalah syirik. Ikhlas itu adalah Allah menyelamatkan kita dari keduanya.
Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan : “Perkataan Fudhail bahwa orang yang meninggalkan amal karena manusia adalah riya’, sebab ia melakukannya karena manusia. Adapun kalau meninggalkan amal karena ingin melakukannya di saat sepi atau sendirian, maka diperbolehkan dan ini sunnah, kecuali dalam perkara yang wajib, seperti shalat wajib lima waktu atau zakat, atau ia seorang alim yang menjadi panutan dalam ibadah, maka menampakkannya adalah afdhal (utama) ( bersambung)
*)Penulis : Dosen STIKES Muhammadiyah Bojonegoro Jatim.