Oleh: Didik Wahyudi
SuaraBojonegoro.com – Menuntaskan penasaran itu barangkali yang saya lakukan untuk menjawab fenomena seberapa panjang Enceng Gondok menutupi permukaan air sungai Bengawan Solo.
Startnya dimulai dari jembatan yang menghubungkan Kecamatan Malo dan Kecamatan Kalitidu. Hari Sabtu tanggal 14 Oktober 2023 usai berdesa saya memulai mengukur dengan alat bantu googlemaps, karena hanya ini alat yang paling praktis dan mudah untuk membantu aktifitas keplaur seorang diri ini.
Di hari itu ketemulah angka panjang permukaan air Bengawan sepanjang 2 KM ke arah hilir, tepatnya dari jembatan Malo hingga masuk wilayah Talok. Setelah ketemu angka tersebut, rasa penasaran kembali muncul kira-kira berapa kubik ?
Saya mengambil angka-angka minimal untuk menghitung dan mengetahuinya kubikasi. Misalken lebar Bengawan Solo menurut catatan rata-rata antara 160 Meter sampai 180 Meter, saya ambil angka minimal bentang lebar Bengawan Solo dari Jembatan Malo dengan alat ukur jarak googlemaps, ketemulah angka 114 meter, sebenarnya di tempat lain ketemu angka lebar Bengawan Solo nyampe 139 Meter dan ada yang lebih lebar lagi.
Menggunakan ukur jarak googlemaps untuk mengetahui lebar Bengawan Solo dan mengukur panjang dengan menggunakan mode jalan kaki googlemaps serta membandingkan lagi dengan ukur jarak googlemaps kurang akurat tapi minimal bisa memberikan gambaran kasar kubikasi makanya saya ambil angka-angka minimal, angka-angka bawah, tentu hasilnya masih ada margin errornya. Begitu pun ketebalan Enceng Gondok yang menutupi permukaan air Bengawan Solo menurut referensi tinggi Enceng Gondok antara 40 Cm sampe 80 Cm, saya ambil angka 30 Cm atau 0,3 M.
Di hari Senin tanggal 16 Oktober 2023, juga masih menggunakan angka-angka minimal untuk mendapatkan gambaran kubikasi Enceng Gondok yang menutupi permukaan Bengawan Solo. Di hari itu ketemu angka dari jembatan Malo menuju arah hulu tepatnya masuk wilayah Desa Sudah Kecamatan Malo. Permukaan Bengawan Solo yang tertutup Enceng Gondok sepanjang 3,6 Km jika ditarik garis lurus 2,2 Km tapi angka ini tidak presisi banget karena kondisi sebenarnya Bengawan Solo berkelok-kelok maka saya ambil angka moderat dengan mengurangi panjang sekitar 3,3 Km permukaan air Bengawan Solo dari Jembatan Malo ke arah hulu.
2 Km ditambah 3,3 Km ketemu angka 5,3 Km permukaan air sungai Bengawan Solo yang tertutup Enceng Gondok dari bawah jembatan Malo hulu – hilir. Maka 5.300 M kali 114 M dikali 0,3 M ketemu angka 181.260 Meter Kubik Enceng Gondok yang menutupi permukaan sungai.
Saya mencari alat konversi dari Meter Kubik ke Ton belum ketemu yang presisi barangnya, tapi ketemu link yang memberikan sedikit gambaran tapi pilihannya tidak ada Enceng Gondok hanya barang-barang yang dijual di pasaran mulai gula pasir, mentega, susu bubuk, air, sayur-sayuran dan lain sebagainya.
Saya coba klik memilih biji matahari dan wortel yang saya perkirakan mungkin kepadatannya sama dengan Enceng Gondok, tapi sebenarnya tidak sih. Ketemulah berat dari 181.260 Meter Kubik dikonversi dengan biji matahari 112.381,4 Ton dan konversi dengan wortel seberat 128.694,6 Ton, kira-kira begitulah beratnya Enceng Gondok sekitar seratusan Ton lebih. Ya kira-kira antara 112.381,4 Ton sampe 128.694,6 Ton enceng gondok sepanjang 5,3 Km.
Selain enceng gondok di hulu juga bercampur dengan gulma air lainnya, kalau saya menyebutnya maskumambang, tapi ada yang menyebut kiambang, apu-apu, kayu apu dan lainnya. Gulma ini katanya juga bisa menjaga kualitas air dari limbah buangan pabrikan karena menyerap polutan atau racun. Maskumambang bisa menjernihkan air katanya sih begitu tapi memang sepertinya begitu di hulu airnya bersih.
Terus ?
Saya malah membayangkan hamparan enceng gondok yang menutupi permukaan sungai itu jika waktunya berbunga secara serempak. Kita akan disuguhi pemandangan yang memanjakan mata di tengah terik matahari bersinar di musim kemarau ini. Pemandangan yang akan terjadi setahun sekali ini menawarkan rekreasi meski juga mengganggu beberapa spot prahu penyeberangan sungai.
Saya menemukan minimal ada dua spot penyebrangan sungai yang terhenti total, prahu-prahu penyebrangan sandar total tak beroperasi di tepi sungai, ndak bisa dijalankan menerobos enceng gondok. Selain itu juga cukup mengganggu para nelayan sungai Bengawan Solo mencari ikan di spot-spot yang tertutup enceng gondok.
Ya begitulah fenomena mesti ada plus minusnya tapi sebagai orang awam tak elok jika tak bisa mengungkapkan sisi plus secara maksimal. Keindahan gulma air ini akan indah pada waktunya saat berbunga serentak, bisa jadi fenomena ini akan terus ditunggu dan dikenang untuk meraup keindahan purna. Fenomena alam yang bagus untuk obyek fotografi maupun videografi apalagi pake drone lagi.
Hamparan landscape enceng gondok ini kapan ya kira-kira berbunga serentak tapi semoga sebelum hujan atau banjir menerjang menyapu bersih.
Pye sedep kan ?