Idul Adha Arab Saudi dan Muhammadiyah Sama, Perbedaan Membawa berkah

Reporter : Putut Sugiarto

SuaraBojonegoro.com – Terkait adanya kebersamaan waktu Idul Adha antara Muhammadiyah dan Arab Saudi, Sholikhin Jamik menuturkan bahwa hal ini bisa menjadi Sarat Berkah,
Apapun itu, hari Arafah dan Idul Adha yang bersamaan dengan di Arab Saudi tahun ini memberi berkah pada Muhammadiyah. Ini terutama karena terjadi perbedaan antara Muhammadiyah dengan Pemerintah Republik Indonesia dan Nahdlatul Ulama

Sholikin Jamik menyebutkan diantaranya adalah, warga Muhammadiyah tidak merasa sendirian karena ada ormas dan kelompok lain yang nanti pada Selasa 27 Juni 2023 akan puasa Arafah dan dilanjutkan shalat Idul Adha pada Rabu 28 Juni 2023. Seperti biasa jika terjadi perbedaan seperti ini—terutama jika mendahului—maka tempat-tempat shalat Idul Adha yang digelar oleh Muhammadiyah akan membeludak. Ini menjadikan syiar Muhammadiyah tentang sunnahnya shalat Id di lapangan semakin semarak dan dekat di hati masyarakat.

“Selanjutnya, harus diakui di internal Muhammadiyah sendiri masih ada yang berpaham Idul Adha ikut Arab Saudi walaupun ketika di jelaskan dengan sistematis dan argumentatif sudah relatif tidak ada pemahaman diatas. Maka bila masih ada, tahun ini tak ada riak-riak kecil soal itu,” terangnya, Rabu (21/6/2023).

Kemudian dijelaskan juga bahwa, pimpinan dan warga Muhammadiyah tak perlu banyak mengeluarkan energi untuk menjawab berbagai ‘serangan’ kelompok penganut paham hari Arafah dan Idul Adha harus mengacu pada pelaksanaan haji. Energi ini akan diambil-alih oleh Kementerian Agama dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebagai representasi keulamaan pemerintah. Juga para tokoh dan warga Nahdhatul Ulama. Merekalah tahun ini yang harus menjelaskan, mengapa boleh berbeda hari Arafah dan Idul Adha dengan Arab Saudi. Dan untuk sementara Muhammadiyah bisa fokus untuk berkontribusi kebaikan pada umat.

Baca Juga:  Tips Memilih Hewan Qurban, Yang Sah dan Sehat

“Tapi, bagaimanapun, di tengah persamaan dan perbedaan ini, umat Islam tetap harus mengedepankan toleransi untuk saling menghormati keyakinan masing-masing. Sembari mari berusaha keras mewujudkan kalender Islam global. Meski sulit tapi bukan hal yang mustahal,” Lanjut Pengurus PD Muhammadiyah Bojonegoro ini.

Maka Sholikhin Jamik mengimbau umat Islam untuk bisa saling menghargai dan menghormati menyikapi perbedaan Hari Raya Idul Adha 1444 H/ 2023 M.
Kita harus fahami  adanya perbedaan ini disebabkan metode perhitungan melalui hisab dan rukyat.

“Menurut perhitungan hisab ketinggian hilal 18 Juni 2023 yaitu 1 derajat lebih, dengan demikian hilal sudah wujud. Maka (berdasarkan metode ini) 1 Dzulhijjah jatuh pada Senin 19 Dzulhijjah,” kata Sholikhin Jamik,

Baca Juga:  Pasangan Setyo Wahono-Nurul Azizah Bakal Membawa Bojonegoro Adem Dan Bisa Jogo Bojonegoro, di Pilkada Bojonegoro

Dengan demikian, menurut perhitungan hisab, 10 Dzulhijjah atau Hari Raya Idul Adha 1444 H/2023 M akan bertepatan pada 28 Juni 2023. Sementara menurut metode rukyat 10 Dzulhijjah atu Idul Adha 1444 H/ 2023 M pada 29 Juni 2023.

Sementara Hari Raya Idul Adha 1444 H di Arab Saudi,  jatuh pada 28 Juni 2023. Hal itu dikarenakan pada 18 Juni 2023,  hilal sudah bisa dirukyat atau terlihat di wilayah Arab Saudi sehingga di Arab Saudi Senin 19 Juni 2023 sudah memasuki 1 Dzulhijjah 1444 H.
“Dengan demikian, wukuf jamaah haji di Arafah 9 Dzulhijjah akan bertepatan pada Selasa 27 Juni 2023,” ungkapnya.

Dengan begitu, Sholikhin Jamik menegaskan, umat Islam bisa menyikapinya dengan saling menghargai dan menghormati atas hasil dari sistem penentuan melalui metode hisab dan rukyat.

“Untuk menyikapi perbedaan maka kita harus menghargai dan menghormati perbedaan dalam sistem penentuan masing-masing dan tidak boleh siapa saja merasa paling benar, prinsip yang harus di pedomi yakin dengan apa yang diputuskan dengan argumen teologis dan methologi yang sistematis sambil menghormati apabila orang lain atau kelompok lain yang berbeda dengan methode ijtihatnya,” tegasnya. (Lis/Put)