SuaraBojonegoro.com – Exxon Mobil Cepu Limited (EMCL) terus berupaya memberikan dampak positif kepada masyarakat di Kabupaten Bojonegoro, termasuk dimasa pandemi Covid-19 yang sampai saat ini masih berlangsung. Pihak EMCL menggandeng perkumpulan Pita Merah, untuk memberikan edukasi pola hidup sehat saat pandemi secara virtual yang berlangsung selama tiga hari, Senin – Rabu (20-22/12/2021).
Edukasi perilaku hidup sehat saat pandemi dimulai Senin (20/12/2021), mengundang Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama, mantan direktur comunicable duseqsea World Health Orgazation (WHO) South East Adia Regional Office (SEARO) 2018-2021, dengan peserta guru, dosen dan akademisi. Sedangkan hari kedua, Selasa (21/12/2021), diikuti para pembuat kebijakan, perwakilan NGO dan organisasi wartawan di Kabupaten Bojonegoro, menjadi narasumber dr. Herawati Sudoyo, M.S., Ph.D., selaku wakil direktur Eijkman. Dihari terakhir, Rabu (22/12/2021), edukasi perilaku hidup sehat disaat pandemi, mengundang dr. Andhika Raspati, SpKO, memberikan kepada peserta sosialisasi claster remaja yang terdiri dari siswa dan mahasiswa.
External Affairs Manager EMCL, Ichwan Arifin mengatakan, pada saat awal pandemi Covid-19, semua merasa masih jauh dan tidak akan sampai di Indonesia bahkan di Bojonegoro, namun perubahan terjadi begitu cepat, hingga banyak yang baru menyadari setelah tetangga, kerabat dan keluarga terpapar Covid-19.
“Meskipun kasus Covid-19 sekarang melandai, namun tetap harus waspada dan tetap menerapkan prokes. Apalagi muncul lagi varian baru, yang terbaru dari omicron yang pertama di Afrika Selatan, harus belajar dari pengalaman untuk tidak lengah,” kata Ichwan.
Menurutnya, meskipun tugas pokok EMCL mengelola potensi migas di wilayah Bojonegoro, namun EMCL juga memiliki kontribusi kepada masyarakat, bersinergi dengan berbagai pihak, termasuk Pita Merah di masa pandemi Covid-19. Pasalnya Pita Merah konsisten di bidang kesehatan, karena itu EMCL bersinergi agar visi kami bisa terjembatani dengan baik.
“Dengan pita merah, edukasi memahami tentang Covid-19, bagaimana upaya pencegahan untuk diri sendiri dan lingkungan, dengan pola hidup sehat tidak ada ruginya bukan hanya Covid-19 tapi untuk banyak hal,” terangnya.
Ditambahkan, salah satu yang memperparah sebenarnya situasi pandemi tidak hanya diterpa oleh paparan Corona virus, ini tetapi juga ada gelombang laut informasi yang kadang itu tidak selalu mewartakan informasi yang benar maupun format yang tepat dan itu juga berdampak pada kehidupan.
“Pandemi ini tidak hanya berkaitan dengan kesehatan tapi juga aspek yang lain masalah ekonomi, masalah sosial, dan sebagainya. Karena itu, perlu kolaborasi dari semua pihak untuk sama-sama menghadapi situasi ini. Hal yang paling kecil dari diri kita sendiri untuk ke terus mematuhi protokol kesehatan,” imbuh Ichwan.
Sementara itu ketua Pita Merah Kabupaten Bojonegoro, M. Yazid menyebut, kegiatan ini untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, bagaimana bahaya infeksi Covid-19 yang masih ada, meskipun jumlahnya menurun. Membangun pemahaman akan karakter virus, terutama mutasi dari Delta ke MU dan metode infeksi setiap virus berbeda, serta risiko lebih besar bila ada penyakit penyerta.
“Mengembangkan pemahaman menyeluruh tentang gaya hidup new normal dan gaya hidup yang harus diterapkan setiap orang dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam mencegah diri dari terinfeksi Covid-19. Sekaligus membangun urgensi dan aksi bagi masyarakat untuk segera bertindak dan menerapkan gaya hidup new normal pada diri sendiri dan lingkungan sekitar secara menyeluruh,” sambungnya.
Sedangkan salah satu narasumber, Prof. dr. Herawati Sudoyo, M.S., Ph.D., memaparkan, kekhawatiran terjadinya keparahan atau menyebabkan kematian untuk varian Omicron kita semua masih dalam tahap belajar. “Bermutasinya tinggi tapi sampai saat ini belum menyebabkan kematian kepada mereka yang mengalami (terpapar Covid-19 varian Omicron) dan bahkan cenderung gejalanya ringan,” paparnya.
Tapi kelihatannya, lanjut dokter Hera, seperti yang terjadi di Indonesia kita lebih siap untuk menghadapi varian baru ini, karena begitu varian ini keluar langsung diberikan informasi kepada seluruh masyarakat dan semuanya di komandoi oleh Menteri Kesehatan. Harapannya dari pengalaman varian delta kemarin, kita sudah siap dengan ledakan kasus ini, baik tenaga kesehatan maupun fasilitas kesehatan.
“Kalau bisa tidak, tapi kalaupun terjadi sudah siap. Sebelumnya masyarakat banyak yang tidak percaya. Kita harus menyadari kematian yang disebabkan oleh varian delta, bukan karena virusnya itu sendiri tetapi karena penanganan kesehatan di seluruh dunia yang terlambat,” imbuhnya.
Sekarang yang terjadi di negara lain karena perilaku hidup bersih dan sehat yang terlepas atau bebas lagi. Justru kembali ke jaman dulu, bahkan orang yang memakai masker malah diketawakan dibilang sakit, terstigma. Rumah sakit di Jerman dan Belanda masih penuh, tinggi kasus Delta bukan Omicorn.
Pasalnya yang omicorn jumlahnya masih sangat sedikit, walaupun penularannya di Afrika Selatan jauh lebih cepat dan kita harus siap kondisi itu. Di Indonesia, bulan ini ada 43 kasus delta, sehingga sebenarnya kondisi pandemi sudah menurun dan sayangnya ada varian baru. Kalau tidak sebenarnya kita bisa masuk ke endemi.
Dimana kita bisa hidup bersama tentu dengan perilaku hidup bersih dan sehat yang otomatis menjadi perilaku kita.
Mutasi dari Omicron terlalu banyak, kalau kita belajar dari virulogi kita tahu kalau virusnya itu tidak suka kalau hostnya itu mati. “Karena berarti dia (Covid-19) tidak bisa menyebarkan dirinya, dia perlu sel yang hidup. Apakah itu karena gejala ringan saat ini, sedang dipelajari oleh peneliti lainnya,” pungkas.(red/Lis)