SUARABOJONEGORO.COM – Pelibatan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan koperasi di desa dalam penyerapan gabah yang digagas pasangan Calon Bupati (Cabup) dan Calon Wakil Bupati (Cawabup) Bojonegoro, Soehadi Moeljono dan Mitroatin, diapresiasi kalangan DPRD setempat.
Wakil rakyat menilai, program tersebut dapat membantu menyetabilkan harga gabah, dan membatasi gerak tengkulak yang kerap mempermainkan harga saat panen raya.
“Saya rasa itu akan lebih membantu petani,” kata Wakil Ketua DPRD Bojonegoro, Sukur Prianto, kepada wartawan, Rabu (28/3/2018).
Dengan kekuatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Bojonegoro saat ini sebesar Rp3,4 triliun lebih, pihaknya optimis Pemkab mampu memberikan suntikan modal kepada BUMDes dan Koperasi untuk menjalankan usaha tersebut.
“Cukup mampu untuk itu, apalagi untuk kepentingan rakyat Bojonegoro juga,” tegas politisi Partai Demokrat ini.
Harga gabah di tingkat petani sekarang ini, menurut Sukur, mengalami penurunan terlebih ketika memasuki masa panen. Yakni dari Rp5.000 menjadi Rp4.200 per Kg.
“Idealnya kan Rp5.000 per kilogram. Kalau di bawah itu ya sudah pasti petani rugi,” ucapnya.
Menyikapi anjloknya harga gabah seharusnya pemerintah daerah bisa menjadi mediator bagi petani. Kehadiran Bulog sangat dibutuhkan untuk melakukan pembelian sesuai harga pembelian pemerintah (HPP).
Selama ini penyebab turunnya harga gabah dikarenakan beberapa faktor. Diantaranya, mutu dan kualitas padi milik petani, kadar air, termasuk cuaca.
“Permainan tengkulak juga bisa menjadikan harga gabah anjlok,” tukas Sukur.
Oleh sebab itu, pihaknya meminta kepada petani untuk menjaga mutu dan kualitas gabah. Sedangkan untuk Bulog, sendiri harusnya membuka peluang bagi petani.
“Karena menurut saya, baik pemerintah maupun Bulog itu sangat kurang maksimal dalam melakukan serapan gabah,” tandas Sukur.
Jebloknya harga gabah di tingkat petani dibantah Badan Urusan Logistik (Bulog) Sub Divre III Bojonegoro. Menurut lembaga plat merah itu harga gabah sekarang ini mulai stabil.
“Harga beli sekarang sudah mulai stabil,” timpal Wakil Kepala Bulog Sub Divre III, Edi Kusuma, saat dikonfirmasi terpisah.
Dari target 76 ribu ton, Edi mengaku, Bulog telah menyerap gabah petani sebanyak 5.580 ton pada bulan Maret ini. Penyerapan akan terus dimaksimalkan sampai target terpenuhi.
HPP untuk beras yang digunakan Bulog sebesar Rp8.030 per KG. Sementara untuk Gabah Kering Giling sebesar Rp5.115 per kilogram.
Menurutnya, sekarang ini siapapun boleh memasukkan beras ke Bulog baik itu perseorangan, swasta, BUMDes, Koperasi, dan sebagainya.
“Tentu dengan syarat yang kami berlakukan. Jadi, kalau bermitra silahkan datang nanti kami sampaikan syaratnya apa saja,” pungkasnya.
Dimintai tanggapannya, salah satu Cabup Bojonegoro, Soehadi Moeljono, menyatakan, kedepan akan melibatkan BUMDes dan koperasi di desa agar terlibat dalam penyerapan gabah untuk menyetabilkan harga saat musim panen.
Untuk melibatkan dua lembaga tersebut, lanjut Pak Mul, sapaan akrab Soehadi Moeljono, pihaknya akan meningkatkan kemampuan BUMDes dan koperasi secara kelembagaan, manajerial, bisnis dan akses permodalan.
“Dengan begitu nantinya koperasi akan mampu menjalankan usaha-usaha yang dikelolanya, termasuk mengelola penyerapan gabah petani,” pungkas mantan Sekda yang sudah mengabdikan diri sebagai PNS di Pemkab Bojonegoro ini. (*/red)