Kelompok Tani Dukung BUMDes dan Koperasi Lawan Tengkulak

SUARABOJONEGORO.COM – Jerit petani Bojonegoro akibat jatuhnya harga gabah di saat panen raya, sepertinya bakal segera berakhir. Itu bisa terjadi jika optimalisasi peran Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan koperasi yang diprogramkan Cabup dan Cawabup, Soehadi Moeljono dan Mitroatin, terlaksana.

Kedepan dua lembaga bisnis tingkat desa itu, bakal dimatangkan, dibantu permodalan, dan dipersiapkan untuk membeli gabah petani. Melalui cara itu, keduanya bisa membuat harga gabah stabil yang tidak lagi merugikan petani.

Selama ini, kebanyakan petani bergantung pada harga dari pedagang, sebagian petani lain menyebut tengkulak. Mekanisme pasar inilah yang acapkali merugikan kaum tani.

Temuan di lapangan menyebut, harga gabah kering panen ditingkat petani sebesar Rp4.200 per Kg. Beberapa bulan sebelumnya sempat nangkring diangka Rp5.100 per Kg, kemudian perlahan turun.

“Sekarang rata-rata harganya Rp4.200/kg,” kata Ketua Kelompok Tani “Subur Satu” asal Desa Ringin Tunggal, Kecamatan Gayam, Fatkurrohman, kepada wartawan, Selasa (27/3/2018).

Jebloknya harga gabah, sesuai pengamatan kelompok tani ini, dipengaruhi oleh beberapa faktor. Diantaranya kualitas gabah, cuaca yang kurang mendukung dalam proses penanaman hingga panen, harga pupuk yang tinggi, dan biaya tenaga kerja yang mahal.

“Ketika harga gabah diangka Rp4.000-an seperti i
ni sudah merugikan petani,” ucap pria bertubuh sedang itu.

Baca Juga:  Waspada! Beberapa Takmir Musholla Kena Tipu Yang Mengatasnamakan Asisten Pribadi Sekda Bojonegoro

Kaum tani masih percaya, solusi agar harga gabah stabil berada di tangan Pemkab, dan Bulog.

Selama ini kelompok tani belum menjangkau pemasaran gabah milik petani. Sehingga, sangat setuju jika ada 0BUMDes atau Koperasi Desa yang mau membeli hasil panen petani.

“Itu sudah menjadi harapan kita semua karena fenomena tengkulak ini terlalu panjang mata rantainya di sektor pertanian,” imbuh Fatkurohman.

Pihaknya berharap, Bupati terpilih mendatang bisa menggerakkan BUMDes maupun Koperasi Desa untuk membeli gabah dari petani untuk memutus mata rantai tengkulak.

“Kami berharap, agar Bupati baru nantinya bisa mengendalikan harga dengan memberdayakan lembaga ekonomi seperti BUMDes atau Koperasi sehinga petani tidak dirugikan tengkulak,” pungkasnya.

Senada dikatakan Ketua Kelompok Tani Lumbung Bandung Dua, Desa Sidobandung, Kecamatan Balen, Bojonegoro, Damun. Dia mengungkapkan, saat ini harga gabah ditingkat petani mengalami penurunan, yakni Rp4.200 per Kg.

Selama ini, lembaganya selalu memfasilitasi penjualan gabah hasil panen petani. Utamanya untuk produksi padi non kimia.

“Semua petani yang ada dinaungan kita menggunakan sistem hayati, jadi berasnya beras sehat,” imbuhnya.

Pihaknya setuju jika nantinya hasil panen petani ditampung BUMDes atau koperasi, karena banyak keuntungan yang akan diterima petani termasuk kestabilan harga.

Baca Juga:  Pengendara Motor Dihantam Truck Hingga Meningal Saat Menyeberang Jalan

“Karena harga gabah anjlok itu karena faktornya banyak, termasuk kualitas,” tandasnya.

Pihaknya berharap kepada Pemkab Bojonegoro kedepan bisa menstabilkan harga gabah minimal di angka Rp4.500 per kilogram.

“Kami berharap, bupati terpilih nanti tidak menaikkan harga pupuk, harga gabah stabil dan produksi tetap jalan,” harapnya.

Cabup Bojonegoro Soehadi Moeljono mengakui, jika selama ini harga gabah di tingkat petani belum stabil, utamanya ketika memasuki musim panen. Karena itu, kedepan pihaknya akan menata rantai pembelian gabah di tingkat petani agar harganya stabil.

“Salah satunya kita akan melibatkan BUMDes dan Koperasi untuk menyerap hasil panen petani,” tegas Pak Mul, sapaan akrab Soehadi Moeljono.

Menurut dia, BUMDes dan Koperasi akan mampu menyerap hasil produksi petani jika ada dukungan dari pemerintah daerah. Terlebih jika masalah permodalan bisa didukung dengan program dari Pemkab.

Demikian pula dengan koperasi di desa. Mereka akan difasilitasi agar mendapatkan bantuan dari perbankan, dan lbaga keuangan lainnya.

“Dengan cara ini petani maupun BUMDes dan Koperasi sama-sama diuntungkan.  Harga gabah petani bisa stabil, dan BUMDes maupun koperasi juga memperoleh pendapatan dari usaha ini,” pungkasnya. (*/red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *