Mahasiswa STIT Muhamadiyah Bojonegoro Kerja Sama Dengan LPK Bhumanyu Institute Buat Pupuk Organik

Reporter : Ciprut Laela

SuaraBojonegoro.com – Mahasiswa STIT Muhamadiyah Bojonegoro yang sedang menjalani KKN (Kuliah Kerja Nyata) dilatih oleh LPK Bhumanyu Institute untuk membuat pupuk organik yakni pupuk yang tersusun dari pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan dan manusia. Harapannya, pupuk organik itu bisa memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.

Pembuatan pupuk organik itu dilakukan didesa Purwoasri, kecamatan Sukosewu, Kabupaten Bojonegoro. Pelatihan dilaksanakan hari ini Jumat (30/07/2021).

Pelatihan di lakukan demi menjawab KKN para mahasiswa yang ada di lapangan, diberikan pelatihan pembuatan pupuk organik ini kepada para mahasiswa agar jika suatu saat terjadi kelangkaan pupuk organik bisa membuat sendiri, seperti yang diungkapjan salah satu anggota LPK Bhumanyu Institute saat dilapangan.

Baca Juga:  Sinergi Cegah Stunting Unigoro dan BKKBN Jatim di Desa Bancer

“Sejumlah bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan pupuk organik adalah bekatul, kapur dan tetes tebu, serta beberapa bahan kain untuk dilakukan fermentasi guna menjadi pupuk organik padat,” Jelasnya.

Ketua LPK Bhumanyu Institute menjelaskan, butuh waktu dan proses bagi para petani untuk meninggalkan pupuk kimia, saat ini, adalah masa transisi bagi para petani berralih menggunakan pupuk organik di tengah pupuk bersubsidi saat langka di pasaran.

“Dulu pembelian pupuk subsidi cukup datang ke kios sudah bisa mendapat pupuk yang diinginkan,
Namun, sekarang dengan program Pemerintah, pembeli pupuk bersubsidi harus memiliki Kartu Tani Indonesia (KTI). Program itu dinilai bagus agar distribusi pupuk subsidi sesuai target dan tepat sasaran,” tambahnya.

Baca Juga:  Kelompok 24 KKN TK Unigoro Lakukan Monitoring Fermentasi dan Tata Cara Pemanenan Hasil Pembuatan POC

Maka dari itu LPK Bhumanyu Institute membantu melatih semua mahasiswa STIT Muhamadiyah Bojonegoro dan pihak warga Purwoasri untuk membantu melatih untuk membuat pupuk organik ini, agar semua warga bisa membuat pupuk sendiri dan tidak pusing saat pupuk langka. (Prut/Red)