SUARABOJONEGORO.COM – Desa Trucuk, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, merupakan daerah bantaran sungai Bengawan Solo. Setiap tahun tak lepas dari bencana banjir akibat meluapnya sungai terpanjang di Pulau Jawa.
Acap kali banjir melanda, aktivitas warga terganggu. Begitu juga kegiatan belajar mengajar terpaksa diliburkan.
Wahyuningsih (38), warga desa setempat mengaku, setiap kali banjir terjadi, anaknya Prastomo, siswa kelas IV SDN Trucuk 1, selalu pulang lebih awal.
“Kalau sekolahnya sudah terendam, otomatis dipulangkan. Itu terjadi setiap tahun,” imbuhnya.
Begitu juga saat hujan turun disertai angin kencang para siswa juga dipulangkan lebih awal karena takut terjadi apa-apa.
“Sebab ada sebagian ruang kelas yang kondisinya jelek,” kata petani ini.
Kondisi ini dirasa mengganggu proses belajar siswa di sekolah. Pelajaran yang diterima tidak bisa maksimal.
“Inginnya ya bagaimana caranya supaya di musim penghujan tetap bisa sekolah,” harap Wahyuningsih.
Diakui, selama ini pihak sekolah selalu memberitahukan jika ada perbaikan gedung atau taman sekolah. Walapun tidak ada pungutan biaya untuk pembangunan tersebut karena semua sudah ditanggung pemerintah.
“Dikasih tahu, alasan kenapa ada ruangan kelas yang belum bisa diperbaiki,” imbuhnya.
Pihaknya berharap kepada Bupati Bojonegoro terpilih mendatang, agar meningkatkan infrastruktur sekolah di wilayah Trucuk. Diantaranya meninggikan bangunan supaya tidak kebanjiran, dan memperbaiki ruangan kelas yang masih rusak.
Senada disampaikan, Budi Raharjo, walimurid SDN Ringinrejo, Kecamatan Kalitidu. Dia mengungkapkan, sekolah tempat anaknya menimba ilmu masih banyak memiliki kekurangan. Terutama kondisi ruang kelas yang tidak layak untuk proses belajar.
Kondisi ini, menurut dia, mengganggu kegiatan belajar dan mengajar siswa. Setiap hujan deras disertai angin semua siswa terkadang dipulangkan lebih awal.
“Kalau sudah pulang, anak itu cuma bermain saja. Jarang belajar sendiri. Apalagi, saya yang tidak terlalu pintar mengajari,” ungkapnya.
Sudah sejak lama sekolah tersebut belum ada perbaikan. Namun jika setiap ada rencana pembangunan pihak sekolah selalu memberitahukan kepada wali murid.
“Saya berharap, agar bupati mendatang memperhatikan sekolah-sekolah seperti di sini. Kekurangannya apa segera diperbaiki,” pungkasnya.
Menanggapi hal itu, salah satu calon bupati (Cabup) Bojonegoro, Soehadi Moeljono, mengaku telah menyiapkan program peningkatan mutu layanan pendidikan dengan perbaikan infrastruktur dan kelengkapan sarana prasarana.
“Karena itu kedepan kita akan melibatkan partisipasi masyarakat melalui persetujuan warga penerima manfaat layanan dalam penentuan standar pelayanan,” tegas mantan Sekda Bojonegoro yang berpasangan dengan Cawabup dari Kader NU, Mitroatin ini. (*/red)