SUARABOJONEGORO.COM – Pembentukan karakter anak bukan hanya diperoleh dari sekolah formal. Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ) juga menjadi tempat membentuk ahlak.
Hampir di semua pelosok desa Bojonegoro sekarang ini telah terdapat TPQ. Keberadaan pendidikan non formal di bidang keagamaan itu, telah dianggap penting oleh mayoritas masyarakat. Institusi ini dapat menambah kemampuan baca tulis Alquran yang kurang diperolah anak dari sekolah formal.
Sayangnya, pentingnya keberadaan TPQ belum diimbangi dengan perhatian pemerintah daerah kepada para guru ngaji. Kesejahteraan mereka masih jauh dari harapan.
Dalam setahun, setiap guru ngaji hanya mendapat insentif Rp700.000. Dana itu merupakan sharing anggaran Pemprov Jatim dan Pemkab Bojonegoro.
“Satu tahun kita hanya dapat insentif tujuh bulan. Jumlahnya segitu,” kata Kepala TPQ Baiturrohman di Desa Prigi, Kecamatan Kanor, Fendi Al Ramadhan.
Selama 10 tahun terakhir, belum ada perhatian dari Pemkab Bojonegoro kepada guru ngaji TPQ.
Oleh karena itu munculnya kabar bakal ada program pemberian jaminan asuransi kesehatan, dan kenaikan insentif kepada guru ngaji TPQ, menambah semangat mereka.
“Kami sangat berharap ada perhatian dari pemerintah baik guru TPQ maupun Madrasah Diniyah,” ungkapnya.
Pihaknya berharap agar Bupati terpilih mendatang bisa memberi perhatian berupa penguatan lembaga. Selain itu ada regulasi yang mengatur kewajiban anak bisa mengaji, sebagai salah satu syarat masuk di tingkat SMP atau Madrasah yang bisa dilampiri sertifikat Diniyah.
“Harapan kami insentif atau gaji yang diberikan bisa utuh dalam waktu satu tahun,” tandasnya.
Senada disampaikan Mustofa, guru mengaji di TPQ As Salam Desa Sumbertlaseh, Kecamatan Dander. Selama ini insentif yang diterima Rp100.000 per bulan.
“Untuk tahun ini, sudah cair Desember lalu untuk tujuh bulan kedepan sebesar Rp750.000, itupun hampir tidak cair,” ungkapnya.
Karena itu, pihaknya berharap kepada Bupati Bojonegoro terpilih mendatang berasal dari orang birokrasi sehingga tahu seluk-beluk keuangan, dan bisa menempatkan dengan baik skala prioritas di sektor keagamaan. Sektor yang dulunya diabaikan, sekarang menjadi perhatian utama para pimpinan.
“Peran lembaga non formal seperti TPQ dan Madin (Madrasah Diniah) sangat penting dalam membentuk karakter anak, apalagi di zaman seperti sekarang ini,” pungkasnya.
Dikonfirmasi terpisah, Ketua Komisi C DPRD Bojonegoro, Sally Atyasasmi, menjelaskan, sekarang ini pihaknya sedang menggodok Raperda tentang Baca Tulis Alquran. Diantara isinya adalah dukungan dan penguatan lembaga non formal salah satunya meningkatkan kesejahteraan pengajar Madin.
“Perda ini bukan untuk mematikan, justru menguatkan lembaga-lembaga non formal seperti Madrasah Diniyah ini,” pungkasnya.
Menanggapi hal itu, Cabup Bojonegoro, Soehadi Moeljono, menyatakan, telah mempersiapkan program bagi guru ngaji di TPQ. Salah satunya adalah menambah insentif dan memberikan jaminan asuransi kesehatan.
“Bukan hanya guru TPQ, guru Madin juga akan mendapat perlakukan sama,” tegas mantan birokrat yang telah mengabdi selama 32 tahun di Pemkab Bojonegoro itu. (yud/red)