Buktikan Komitmen, PEPC Sabet Terbaik Pertama Penilaian Kinerja SCM KKKS SKK Migas

Reporter: Tim Redaksi

Jakarta, SuaraBojonegoro.com – PT Pertamina EP Cepu (PEPC) kembali menorehkan prestasi yang membanggakan, yaitu perusahaan terbaik pertama dalam penilaian kinerja Key Performance Indicator (KPI) Supply Chain Management (SCM) Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) Grup II dari SKK Migas untuk tahun buku 2018. Senin (10/8/2020).

Penilaian kinerja pengelolaan perusahaan ini dilakukan oleh SKK Migas terhadap 49 KKKS se-Indonesia yang dibagi menjadi 3 grup. Penilaian KPI meliputi 2 aspek yaitu Kuantitatif dan Kualitatif. Aspek kuantitatif terdiri empat hal yaitu aspek kepatuhan terhadap pedoman pengelolaan rantai suplai KKKS dan pedoman yang terkait serta perundang-undangan yang berlaku, efisiensi biaya, efisiensi dan pengoptimalan pemanfaatan aset; dan aspek pemanfaatan produksi dan kompetensi dalam negeri. Sedangkan penilaian kualitatif mengukur perilaku organisasi atau fungsi pengelolaan rantai suplai pada KKKS.

Baca Juga:  PWYP Indonesia Dorong Pemda Bojonegoro Kelola Dana Migas untuk Pembangunan Berkelanjutan

“Prestasi ini adalah capaian yang patut kita syukuri bersama, hasil kerja kerja seluruh pekerja PEPC yang didukung oleh seluruh mitra,” tutur Direktur Utama PEPC, Awang Lazuardi di Jakarta pada Senin (10/08). Dalam kesempatan yang sama VP SCM PEPC, Fransjono Lazarus menambahkan “Prestasi ini tercapai dengan keterlibatan dan kerja sama semua fungsi di PEPC, dan harapannya kedepan prestasi ini dapat dipertahankan”.

Prestasi ini sebagai upaya pencapaian visi menjadi Perusahaan Migas Nasional Kelas Dunia. PEPC telah melakukan pengelolaan perusahaan dengan menerapkan ISO-9001:2015 tentang Quality Management System dan ISO 37001 tentang Sistem Manajemen Anti Penyuapan (SMAP). Dan di tahun 2020 ini PEPC juga akan melakukan sertifikasi ISO 9001, 14001 dan 45001.

Baca Juga:  Bersama Pengelola Produksi Migas , Pemkab Gelar Rakor Revisi Perda

Keberhasilan PEPC dalam melakukan efisiensi capital expenditure (capex) Proyek JTB sekitar US$ 653 juta menjadi US$ 1,547 miliar dari yang semula US$ 2,2 miliar, komitmen pemenuhan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) minimal 40,03%, serta strategi-strategi lain dalam pengelolaan Proyek JTB pastinya juga menjadi nilai penting dalam penilaian kinerja ini.

“Pencapaian ini menjadi bukti komitmen PEPC sebagai operator Proyek JTB dalam melaksanakan amanah negara, menyelesaikan Proyek Strategis Nasional ini untuk on-stream di tahun 2021. Semoga prestasi ini menjadi penyemangat seluruh insan PEPC untuk terus berjuang lebih baik lagi kedepan,” jelas Awang Lazuardi. (Rum/Lis)