PULANG BAHAYA, GAK PULANG MERANA. MUDIK DAN ISOLASI!

Oleh: COACH PRIYO – Kampung Tumo

SuaraBojonegoro.com – Rintik hujan terus membasah bumi, dingin malam terus menusuk badan. Sunyi sepi melebihi Hari Nyepi di Pulau Bali. Desa yang dulu ramai di malam hari, kini sepi penuh kekhawatiran tentang ancaman Virus yang memberikan dampak kesusahan bahkan kematian.

” _Kang, sebentar lagi Puasa, kira-kira Bojoku neng Jakarta oleh Mudik to ra Kang? Sak no anake nek ra mudik kang. Nangis terus takok kapan Bapake balik”_ Yu Darmi, dengan wajah sedih penuh tanya. Menambah malam sepi ini semakin Nelangsa.

_”Kang, Iki aku neng perantauan ora Kerjo. Pengen mudik tapi kok koyoe ruwet aturane. Di isolasi koyo wong di penjoro. Sing benar piye kang?”_ Kang Tono dari balik telepon. Menggebu setengah menggerutu. Bentuk kekesalan karena keadaan yang melemahkan.

MUDIK ATAU ISOLASI?

Gak mudik merana, Pun mudik seperti di penjara. Apa yang salah dengan diri ini?

Sebelum kita membahas tentang aturan main tentang Mudik dan Isolasi, terlebih dahulu kita harus saling memahami, mengerti dan sama-sama menyadari bahwa aturan main apapun yang akan dimainkan tidak lain tidak bukan adalah untuk satu tujuan yang sama yaitu ingin sama-sama mengakhiri wabah virus ini dan membuat keadaan normal kembali. Setuju?

Baik, berikut adalah beberapa Prosedur yang akan di jalankan terkait MUDIK dan ISOLASI.

Pemerintah memberikan Himbauan supaya TIDAK MUDIK. Ingat, konsepnya HIMBAUAN bukan LARANGAN. Harapannya tidak perlu mudik, KENAPA? Mencegah penularan Virus agar tidak banyak menyebar di desa-desa. TAPI, kalau ada yang tetap ingin mudik, memang keadaan mengharuskan, terpaksa harus, kudu mudik, MAKA, Pemerintah desa harus punya BENTENG PERTAHANAN untuk melakukan screening untuk pembuktian diri bahwa siapapun yang Mudik di pastikan aman dari virus COVID 19 ini.

Baca Juga:  KEDEWAN YANG TAK PERNAH TERWAKILKAN

Konsep Screening yang dilakukan Pemerintah Desa sebelumnya adalah hanya melakukan cek suhu badan, pendataan diri tentang pekerjaan, asal kota dan Kondisi kesehatan. Kalau di anggap semua terlihat baik-baik saja, maka di izinkan untuk langsung pulang dan di minta untuk ISOLASI MANDIRI di rumah sendiri selama 14 hari. Itu dulu Ngatemi!

Sekarang aturannya sudah berubah!

SEKARANG!, Semenjak sudah di nyatakan ZONA MERAH dan semakin terus menyebarnya virus ini MAKA, Siapapun yang pulang dari Perantauan HARUS langsung menuju ke RUMAH ISOLASI, langsung di karantina selama 14 hari. Di pantau, di jaga dan di batasi semua kegiatannya.

Apakah kalau kita kondisi sehat dan sudah memiliki surat sehat dari Rumah Sakit dari kota asal, tetap akan di karantina di rumah Isolasi selama 14 Hari juga?

IYAH! Banyak pasien yang di nyatakan Positif Corona tapi secara fisik sehat-sehat saja. Tidak ada gejala terpapar Virus sama sekali. Inilah yang sangat berbahaya. Ini yang menjadi alasan bahwa dalam keadaan apapun, situasi yang bagaimana pun, karantina adalah WAJIB dan di berlakukan untuk semua Perantauan yang mudik ke kampung halaman.

Baca Juga:  MENGGAULI KEKERINGAN DI BOJONEGORO

Walaupun dari kota asal sudah di nyatakan sehat setelah melakukan pemeriksaan kesehatan, tetapi tetap saja akan di ISOLASI. KENAPA? Karena di takutkan terpapar virusnya pada saat di Perjalanan.

BAGAIMANA DENGAN KONSEP RUMAH ISOLASINYA?

Rumah Isolasi di masing-masing desa adalah rumah/bangunan yang sudah di persiapkan oleh Pemerintah Desa. Ada yang menggunakan gedung sekolah, ruko, balai desa hingga rumah yang tidak terpakai. Semua bangunan di atas di sulap menjadi hunian yang cukup sederhana untuk karantina. Mungkin terlihat seperti rumah Barak, kos-kosan dengan kasur panjang saling berjejeran.

LALU BAGAIMANA DENGAN URUSAN MAKAN MINUM?

Sejauh ini Pemerintah Desa hanya Fokus mempersiapkan Rumah Idolasi, tenaga kesehatan dan petugas gugus tugas Covid 19. Terkait urusan makan minum, belum ada update info terbaru apakah akan di sediakan atau tidak. Toh, pihak keluarga sendiri akan tetap ikut berkontribusi untuk urusan konsumsi ini. Yang di utamakan adalah JANGAN PULANG KE RUMAH SEBELUM AMAN!

Mudik atau Isolasi, Monggo sedulur di pikirkan dengan pertimbangan yang matang dan penuh Kedewasaan dalam sikap dan tindakan.

Badai pasti berlalu.
Tetap sehat, terus berjuang untuk bertahan!

Wasalam

*Penulis adalah Certified Public Speaker’s, Senior Cabin Crew, CEO Dan Founder Red Angels Kampung Tumo