Oleh: Drs. H. Sholikin Jamik,SH.MH.
SuaraBojonegoro.com – Puasa merupakan wahana pendidikan diri, pembentukan
karakter, penguatan kemauan, peneguhan disiplin, dan
penanaman nilai-nilai positif yang membebaskan seseorang
dari sifat-sifat destruktif dirinya melalui pengendalian nafsu
dan syahwat. Dalam hadis Nabi saw diriwayatkan bahwa, Uṡmān Ibn Abī al-‘Āṣ berkata: Saya mendengar Rasulullah
saw bersabda: Puasa adalah suatu perisai yang melindungi
dirimu seperti perisai seseorang kamu yang melindungi dirinya
dalam perang [HR an-Nasā’ī, Ibn Mājah, dan Ahmad].
Dalam hadis lain diriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda:
Barang siapa yang merasa senang apabila banyak sifat
dengki dalam hatinya hilang, maka hendaklah ia berpuasa pada
bulan kesabaran (Ramadan) dan tiga hari pada setiap bulan
lainnya [HR Ahmad].
Dalam hadis lain lagi Nabi saw bersabda :
Barang siapa yang tidak menghindari berkata dan berbuat
bohong, maka Allah tidak memandang perlu orang itu
meninggalkan makanan dan minumannya (tidak ada artinya
puasa) [HR al-Bukhārī, Abū Dāwūd, at-Tirmiżī, dan Aḥmad].
Dengan demikian puasa juga sangat terkait dengan kesehatan
mental di mana orang melalui puasa dibina untuk menjadi
seorang individu yang positif dan berprilaku sehat dalam kehidupan pribadi dan sosial. (**)