Prof Muladno : Perawatan Ternak di Bojonegoro Belum Maksimal

Reporter : Wahyudi

suarabojonegoro.com – Tiga Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) Bojonegoro, menggelar deklarasi sukseskan upaya khusus dibidang peternakan. Tiga SPR itu, SPR Karya Unggul Sekar Kecamatan Sekar, SPR Argosemi Clebung Kecamatan Bubulan, dan SPR Karya Bersama Kecamatan Margomulyo, Senin (19/02/18).

Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bojonegoro, Ardiyono Purwanto menjelaskan, bahwa deklarasi merupakan keberlanjutan SPR selama empat tahun. Melalui SPR ini, mereka bisa melakukan kemitraan dan meningkatkan kesejahteraan untuk anggotanya.

Beberapa SPR di Bojonegoro, lanjut dia, di Kecamatan Kasiman, Kedungadem, dan Temayang sudah bekerjasama dengan beberapa mitra untuk kegiatan usaha pengelolaan kerjasama. SPR ini, pendampingan selama empat tahun. Namun, jika dua tahun mampu mengelola, maka bakal diwisuda.

“Pengelolaan SPR di Bojonegoro bekerjasama dengan IPB. Pihaknya berharap, agar IPB bisa memfasilitasi Dubes Austria. SPR Ngantru, Kecamatan Kasiman diundang Pemerintah Austria. Sebab, SPR Mega Jaya itu, nomer satu se Indonesia sebagai SPR Binaan IPB,” katanya.

Beberapa wilayah di Indonesia, SPR banyak yang menghilang. Namun, SPR di Bojonegoro tetap menunjukkan esksitensinya.

Sementara itu Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat IPB, Profesor Muladno menyampaikan, deklarasi 3 SPR baru ini disaksikan Bupati Bojonegoro, Suyoto. Kang Yoto, sapaannya, membuat SPR di Bojonegoro tetap eksis dan memberi manfaat.

Dilaporkan bahwa masyarakat Bojonegoro mencintai dunia peternakan, Prof Muladno menyatakan, sistem merawat ternak masih belum maksimal. Terutama saat musim hujan, karena mereka lebih memilih bercocok tanam.

“Pola petani juga harus dibenahi, salah satunya limbah jagung banyak yang dibakar. Padahal, bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak,” ucapnya.

Peternak di Bojonegoro banyak yang berinisiatif membentuk kelompok dan membuat kandang sendiri. Salah satu tokoh di Kecamatan Sekar, Almarhum Amiran, yang berinisiatif membuat kelompok ternak. Namun, kelompok ini belum termanagemen secara baik dalam mengurus ternak. Sehingga, banyak ditemukan ternak kurus.

Catatan yang disampaikan Prof Muladno, setelah mengkaji sistem peternakan yang dilakukan oleh masyarakat di Kecamatan Sekar. Beberapa catatan yang ditemukan, mereka harus kembali bersekolah dalam mengelola ternak.

“Kesalahan dari dunia perguruan tinggi yang tak melakukan pendampingan kepada masyarakat,” jelasnya.

Kolaborasi antara peternak dan perguruan tinggi dalam mengelola peternakan di Bojonegoro sangat dibutuhkan. Prof Muladno menjelaskan, dari tiga SPR itu nantinya akan diambil satu terbaik, untuk belajar di Austria.

Dinas Peternakan dan Perikanan Propinsi Jawa Timur, Yuliani menyampaikan, pihaknya sangat konsen dengan SPR sejak tahun 2014. Pihaknya bakal membina kelompok-kelompok di Jawa Timur. Bahkan, 2015 lalu, pihaknya menggelontorkan bantuan sapi di dua SPR Bojonegoro. Dia berharap tiga SPR ini, akan mengikuti jejak dua SPR terdahulu di Bojonegoro yang berhasil.

Bupati Bojonegoro, Suyoto mengatakan, pihaknya berbangga tiga SPR akan bersaing untuk menambah pengetahuan dibidang peternakan di Austria. Deklarasi baru tiga SPR ini, akan membawa perkembangan positif bagi peternakan di Bojonegoro.

“Kini kita punya 6 SPR dan 3 bahkan sudah di wisuda oleh IPB. Pihak SKPD agar mendukung SPR di Bojonegoro,” ujarnya.

Ia menambahkan, dari tiga kecamatan yang mendeklarasikan ini, mempunyai potensi masing-masing. Ucapan terima kasih kepada pihak perhutani yang mendukug, disampaikan bupati. Gagasan sekolah vokasional, seperti yang dilakukan oleh SPR.

“Kami berharap, lulusan SMA yang mau sekolah, agar diwisuda menjadi lulusan diploma satu. Jika kita memikirkan ternak dengan sungguh-sungguh, maka kita akan berhasilul,” imbuhnya. (lis/yud)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *