SuaraBojonegoro.com – Negara menjamin hak yang sama dalam mengenyam pendidikan termasuk anak-anak yang dikategorikan sebagai anak berkelainan (exceptional children). Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak yang dalam hal-hal tertentu berbeda dengan anak lain pada umumnya. Perbedaan dapat terjadi pada kondisi fisik, kesehatan, kemampuan intelektual, emosional, sosial, gangguan persepsi, motorik dan atau neurologis dan kebutuhan pendidikan khusus (children with special educational needs).
Di Indonesia anak berkebutuhan khusus dikategorikan kedalam beberapa kelompok, antara lain berkelainan fisik dan/ atau mental dan/atau perilaku yang terdiri atas tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, dan tunaganda. Desain pembelajaran bahasa Inggris untuk anak berkebutuhan khusus harus dirancang berdasarkan analisa kebutuhan dan hambatan belajar mereka. Bertajuk Peduli literasi ABK Dr. Ima Isnaini TR, M.Pd selaku ketua tim riset bekerjasama dengan Pusat Bahasa (Language & Softskill Development Center), mitra & mahasiswa mengembangkan media belajar berupa English Flipbook yang diharapkan dapat meningkatkan autonomous learning ABK.
Uji coba (pre-main field) produk telah dilaksanakan di SLB Negeri Sumbang III dengan sasaran awal para siswa dengan hambatan konsentrasi (Autis). Tim pengembang melakukan ujicoba secara langsung penggunaan English flipbook tentunya dengan pendampingan guru dari sekolah tersebut.
Terdapat beberapa catatan yang harus diakomodir untuk perbaikan flipbook tersebut agar dapat mengakomodir kebutuhan ABK serta mengarah pada peningkatan autonomous learning yang juga menjadi salah satu issue hambatan belajar para ABK.
Berdasarkan hasil uji coba (pre-mian field) dan wawancara dengan para guru, flipbook ini sangat diterima dengan baik oleh para siswa ABK, mereka antusias untuk belajar Bahasa Inggris, namun hal yang harus diperhatikan oleh tim adalah diferensiasi yang sangat variatif siswa ABK, sehingga baik materi maupun desain isi harus disesuaikan dengan kebutuhan ABK. Dalam pekan ini tim akan melakukan penyesuaian produk, untuk selanjutnya nanti diujikan lagi (main field) di 3 sekolah lainnya.
Kedepannya riset yang didanai DRTPM Kemdikbud Ristek Tahun 2024 ini akan terus menjadi perhatian tim, agar media/ sumber belajar ini mempu menjadi salah satu rujukan dan secara konsisten meningkatkan autonomous learning ABK, pungkas Ima. (Red/Lis)