Sunan Blongsong Penyebar Agama Islam Di Wilayah Baureno Bojonegoro 

oleh -
oleh

SuaraBojonegoro.com – Banyak sejarah dan cerita terkait seorang penyebar agama Islam di Wilayah Blongsong Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro, dan karena keberadaan Sunan Blongsong ini, masyarakat desa Blongsong bisa memeluk agama Islam.

Banyak dipercaya bahwa agama Islam mulai berkembang di daerah Blongsong setelah kedatangan Mbah Sunan. Bahkan, hingga saat ini, tercatat 100 persen penduduk yang tinggal di sana beragama Islam. Untuk itulah, guna menghormati jasa beliau, maka setiap tahun selalu diadakan haul atau peringatan hari besar di daerah Blongsong.

Mungkin kita hanya mengenal sembilan Sunan yang termasuk dalam anggota Wali Songo. Karena tempat syiar agama mereka lebih luas dan bisa dibuktikan dengan peninggalan atau sumber tertulis. Sementara itu, di beberapa daerah, kita juga kadang menjumpai makam yang dipercaya sebagai Sunan atau penyebar agama Islam kala itu.

Salah satu makam yang dipercaya sebagai makam Sunan adalah makam yang terletak di Desa Blongsong, Kecamatan Baureno, Bojonegoro. Makam ini terletak di jalan propinsi Bojonegoro-Surabaya km 27. Lalu masuk ke kanan, ke jalur poros desa (timur SMP Ahmad Yani Baureno) kurang lebih 200 meter. Makam ini masih banyak didatangi peziarah, untuk itu mari kita ulas seperti apa sejarahnya. simak juga tentang sejarah Sunan Ampel

Dari berbagai data yang dihimpun awak media ini, bahwa Asal Usul Sunan Blongsong tidak terlepas dari kisah penjajahan Belanda di masa kerajaan Mataram Islam. Sementara beliau sendiri, menurut beberapa kesaksian dari juru kunci setempat, memiliki nama lain yakni Banu Sumitro.

Sunan Blongsong atau yang lebih akrab disapa Mbah Sunan, pertama kali menginjakkan kakinya di daerah tersebut pada abad ke-16. Saat itu, desa Blongsong belum memiliki nama atau belum dikenal.

Menurut legenda dari juru kunci setempat (Ustad Muhamad Syafi’i), Sunan Blongsong adalah putra dari Sunan Kalijaga. Legenda ini diperkuat dengan kutipan buku Bunga Rampai Sejarah Bojonegoro (1527). Di situ tertulis bahwa sejarah desa Blongsong tidak terlepas dari segerombolan orang dari tlatah barat yang belum dikenal. Yang menurutnya adalah rombongan dari anak Sunan Kalijaga, adapun  yang dimaksud ini berasal dari kerajaan Mataram Islam (1588-1681), dan memiliki kedudukan sebagai adipati. Namun ia diusir dan dalam perantauannya, menyamar sebagai Banu Sumitro.

Di Desa Blongsong Mbah Sunan menetap dan membangun keluarga di daerah ini sambil menyebarkan agama Islam hingga akhir hayatnya. Saat bersembunyi di Desa Blongsong, Mbah Sunan mengatur strategi untuk bisa melawan Belanda. Karena perlawananya, dia termasuk sosok yang diincar penjajah. Bahkan rumah dan masjid yang didirikan dibakar oleh Belanda.

“Beberapa tahun silam bukti peninggalan masjid masih ada, namun untuk saat ini sudah tidak ada karena di wakafkan kan dan digunakan sebagai pemakaman umum,” ujar masyarakat setempat.

Saat dilakukan pembakaran masjid, Sunan Blongsong dicari oleh Belanda untuk dibunuh. Namun Sunan Blongsong lantaran bisa menghilang.  “Dengan bisa menghilangnya Mbah Sunan, masyarakat memberikan nama Desa tersebut Blongsong,” tambah warga lainnya.

Karena keberaniannya sehingga masyarakat sekitar menganggapnya sebagai seorang Sunan karena telah membimbing mereka ke jalan yang benar. Pertama kali di temukan makam Mbah Sunan bukan langsung berada di tempat yang berdiri ada sekarang ini. Melainkan berada di sekitar 200an meter dari bangunan ini. Pertama ditemukan ketika masyarakat umum akan membangun rel kereta api.

Setelah di temukan itu makam Mbah sunan di pindahkan dan dibangunkan tempat seperti sekarang ini. Di dalam bangunan ini terdapat 9 buah makam yang merupakan makam dari romobongan ataupun keluarga Mbah Sunan Blongsong yang ikut menyebarkan Islam saat itu. (Red)

No More Posts Available.

No more pages to load.