GURU, AYO MENULIS BUKU AJAR

oleh -
oleh

Oleh: Aning Wulandari, M. Pd.*)

SuaraBojonegoro.comMengapa penting bagi guru untuk menulis buku ajar?

Sebelum menjawab pertanyaan di atas, terlebih dahulu mari kita simak pernyataan-pernyataan berikut ini:

“Bukunya tidak lengkap, ada materi yang tidak tercantum di dalamnya”
“Soal-soalnya terlalu sulit, anak-anak kesulitan mengerjakannya”
“Bukunya terlalu banyak materi, kurang Latihan soalnya”
Pernahkah bapak ibu guru menemui pernyataan-pernyataan seperti tersebut di atas? Jika iya, bisa dipastikan bahwa guru-guru tersebut menggunakan buku ajar karya orang lain. Kendala utama penggunaan buku ajar karya orang lain adalah adanya ketidakcocokan karakteristik sasaran. Bahan ajar yang dikembangkan, seringkali tidak cocok dengan karakteristik siswa yang kita ajar. Ketidakcocokan itu bisa karena lingkungan sosial, geografis, kultur, dan sebagainya. Mengatasi permasalahan tersebut di atas, maka solusinya adalah guru harus Menyusun bahan ajar sendiri, sehingga materi yang dikembangkan dapat disesuaikan dengan karakteristik peserta didik.

“Saya tidak bisa menulis buku”
“Saya belum pernah menulis buku”
“Apa saya bisa menulis buku?”
Apakah kalimat-kalimat di atas sering terlintas dalam benak bapak ibu guru saat diajak menulis buku ajar? Jika iya, wajar jika ada banyak kekhawatiran karena memang belum mencoba. Lalu bagaimana solusinya agar lebih percaya diri memulai menulis buku? Sebelum dijawab, terlebih dahulu mari kita jawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini. “Apakah bayi lahir langsung bisa berjalan?” “Apakah Anda tiba-tiba langsung bisa mengendarai sepeda atau sepeda motor atau mobil?
Tentu jawabannya adalah tidak. Tidak ada yang instant di dunia ini. Semua berproses. Bayi melalui proses merangkak dan berdiri, sebelum bisa berjalan. Mengendarai kendaraan pun melalui proses belajar, bahkan melalui banyak rintangan, mulai dari jatuh, nabrak dan sebagainya.
Seperti itulah menulis buku. Memulai menulis buku, diperlukan tekad yang kuat, bahwa anda tidak hanya sekedar menulis buku, namun anda sedang menyiapkan bahan atau materi ajar untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik dan untuk memudahkan peserta didik dalam memahami materi yang diajarkan.

Bagaimana menulis Buku Ajar?
Dalam proses pembelajaran, guru perlu menyiapkan bahan ajar. Ada dua macam bahan ajar, yaitu bahan ajar cetak dan bahan ajar noncetak. Bahan ajar cetak dapat berupa buku ajar, modul, handout maupun lembar kerja peserta didik. Sedangkan bahan ajar noncetak, dapat berupa audio atau video. Di era digital seperti sekarang ini, pembuatan bahan ajar noncetak sudah menjadi trend. Banyak guru yang membuat konten-konten video kreatif untuk menunjang proses pembelajaran di kelas.
Adapun untuk bahan ajar cetak, masih banyak guru yang menggunakan buku-buku karya orang lain, yang notabene sering tidak sesuai dengan karakteristik peserta didik. Oleh karena itu, guru perlu Menyusun buku ajar sendiri untuk menunjang proses pembelajaran di kelas. Beberapa hal perlu diperhatikan dalam Menyusun buku ajar, diantaranya adalah etika menulis. Beberapa etika menulis buku adalah jujur pada sumber atau rujukan yang digunakan dan mengutip yang persis sama tidak boleh lebih dari 10. Penulis adalah ibarat koki, dimana bahan masakan (bahan tulisan) dapat bersumber dari mana-mana, namun hasil yang didapat adalah milik anda.

Bagaimana Menyusun buku ajar yang baik? Pertama: buku ajar tersebut harus memiliki tampilan yang menarik (eye catching) agar peserta didik tertarik untuk membuka dan membaca buku tersebut sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik dan menjadikan belajar lebih menyenangkan. Kedua: isi buku sebaiknya disederhanakan konsepnya disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, agar peserta didik lebih mudah memahami materi. Ketiga: menggunakan Bahasa Indonesia yang baik, benar dan baku. Keempat: dilengkapi dengan peta konsep agar peserta didik mempunyai gambaran konsep materi yang akan dipelajari serta keterkaitan antar materi. Kelima: tidak merubah sumber atau rujukan tulisan.
Apa manfaat menulis buku ajar? Ada banyak manfaat yang diperoleh guru dengan menulis buku ajar. Diantaranya adalah: sarana berbagi pengetahuan dan gagasan, memberikan pengalaman menulis buku, meningkatkan wawasan, dan masih banyak lagi. Beberapa penulis memberikan manfaat dari menulis. Helvy Tiana Rosa mengatakan bahwa “ketika sebuah karya selesai ditulis, maka pengarang tak mati, ia baru saja memperpanjang umurnya”. Pramoedya Ananta Toer mengatakan bahwa “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang dari masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian”. Tidak berlebihan kiranya jika ada kalimat “menulislah, maka kau akan abadi”

Bagaimana jika buku saya jelek dan dicemooh orang?
Jangan berkecil hati. Tidak ada satupun karya pertama yang langsung bagus dan sempurna. Pasti ada hal-hal yang perlu direvisi, baik dalam hal tata tulis, konten materi, layout, dan sebagainya. Maka, sebagai guru penulis, jangan alergi kritik. Saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan kualitas buku yang disusun. Jadikan masukan dari orang lain sebagai bahan untuk merevisi buku ajar tersebut di masa-masa mendatang. Apapun hasilnya, anda sudah selangkah lebih maju dibandingkan guru yang belum menulis buku ajar. Maka tetaplah semangat untuk berkarya dengan tetap menyiapkan skenario perbaikan untuk setiap hasil karya yang dihasilkan. Tunggu apa lagi, ayo para guru menulis buku ajar.

*) Penulis adalah Pengawas Madrasah Aliyah Kementerian Agama Kabupaten Bojonegoro

No More Posts Available.

No more pages to load.