PEMBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN “AISYIYAH” DALAM MUHAMMADIYAH

oleh -
oleh

Oleh : Moh. Imam Fahmi

Pendahuluan
Organisasi Aishiyah adalah organisasi otonom Muhammadiyah yang didirikan bertepatan memperingati Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW pada 19 Mei 1917, 27 Rajab 27 Mei 1335 M, dan dipimpin oleh Siti Bariyah. Nama Aisyiah diciptakan oleh KH. Fachruddin, nama ini diambil supaya sama perjuangannya seperti Aisyah, istri Rasulullah SAW.

Awal mulanya keprihatinan Siti Walidah istri dari Muhammad Darwis atau biasa dikenal dengan nama lain Ahmad Dahlan seorang pendiri organisasi pembaharuan islam bernama Muhammadiyah terhadap adanya pandangan dari masyarakat Islam jawa dahulu bahwa perempuan tidak perlu untuk  mengenal aksara dan pendidikan karena sejatinya tugas perempuan yang palling utama menurut prinsip masyarakat jawa terdahulu hanya memiliki tugas untuk mengurus sumur, dapur, dan kasur. Maka dari itu dalam perspektif Muhammadiyah menyatakan bahwa wanita setara dengan laki – laki, hal tersebut sesuai juga dengan perlakuan KH. Ahmad Dahlan yang sangat memperhatikan perempuan untuk di jadikan penerus perjuangan islam, selain itu juga Kh. Ahmad Dahlan memerintahkan para wanita untuk bersekolah di sekolah – sekolah milik Belanda.

Siti Walidah mendirikan Aisyiyah pada awalnya sebagai wadah berorganisasi untuk para ibu rumah tangga dan juga ikut berkontribusi dalam memajukan kehidupan perempuan, khususnya kehidupan perempuan di sekitar Kauman Yogyakarta, saat ini Asyiyah sudah tercatat sebagai organisasi perempuan pertama yang terbukti mampu mendirikan Universitas, salah satunya adalah Universitas Asyiyah Yogyakarta, dari hal tersebut dapat kita pahami bahwasanya Aisyiyah sudah melibatkan perempuan untuk ikut aktif dalam upaya pembangunan Negara.

Pembahasan
Terbentuknya Aisyiyah tidak lepas dari sejarah berdirinya organisasi Muhammadiyah. KH. Ahmad Dahlan sangat bersemangat untuk melatih wanita dan setiap wanita yang mungkin berorganisasi dan memperjuangkan Islam yang pada akhirnya akan dilatih oleh KH Ahmad Dahlan dan putrinya sendiri yaitu Siti Dalalah dan Siti busro.

Serta juga mengadakan pengajian untuk perempuan yang dipimpin oleh KH. Ahmad Dahlan dan Nyai Walidah (istri KH. Ahmad Dahlan).
Peresmian Aisyiyah berlangsung pada tanggal 19 Mei 1917 tanggal 27 Rajab 1335 H, bersamaan dengan peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad, dan dipimpin oleh Siti Bariyah. Peringatan Isra ‘Mi’raj tersebut adalah peringatan pertama yang diadakan oleh Muhammadiyah. Selain itu, KH Mukhtar memberikan bimbingan administrasi dan organisasi. Sedangkan untuk bimbingan jiwa keagamaannya adalah KH Ahmad Dahlan. KH Ahmad Dahlan menyampaikan pesan berikut kepada para pengurus yang berjuang untuk Islam. Berikut pesannya:

1. Lakukan kewajibanmu sebagai wanita muslimah dengan ikhlas, jangan menyanjung diri sesuai bakat dan pernyataanmu, dan jangan mundur meski dikritik.
2. Penuh keyakinan bahwa beramal harus berilmu.

3. Jangan membuat alasan yang menurut Tuhan tidak sah hanya untuk menghindari pekerjaan tertentu.

4. Tekad untuk mempertahankan kemurnian Islam.

5. Menjaga persaudaraan dan solidaritas antar rekan dan kawan.

Aisyiyah adalah organisasi Muhammadiyah yang berpedoman pada Al-Qur’an dan As-Sunnah, berdasarkan prinsip – prinsip Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Sebagai organisasi perempuan yang religius dan sosial, Aisyiyah diharapkan mampu menunjukkan komitmen dan kegiatannya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, khususnya di bidang pengentasan kemiskinan dan ketenagakerjaan. Sesuai dengan visinya yaitu  “Tertatanya kemampuan organisasi dan jaringan aktivitas pemberdayaan ekonomi keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat”. Aisyiyah berkomitmen pada pemberdayaan ekonomi UKM dan pembangunan ekonomi nasional melalui Dewan Ekonominya. Program pemberdayaan meliput:

1. Pengembangan Bina Usaha Ekonomi Keluarga Aisyiyah
2. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

Saat ini Aisyiyah memiliki dan membina 1.426 unit usaha ekonomi di daerah, daerah dan industri dalam bentuk unit usaha koperasi, pertanian, industri rumahan, pedagang kecil atau toko.
Di bidang pendidikan, Aisyiyah telah mengembangkan visi pendidikan akhlak mulia bagi umat dan bangsa melalui Komisi Pendidikan Dasar, Menengah dan Komisi Universitas, sejalan dengan perkembangan yang menjadi salah satu pilar utama Aisyiyah. Gerakan Pendidikan bangsa (formal dan informal) agar umat Islam bertakwa, berakhlak mulia, beriman, cinta tanah air, mengabdi kepada masyarakat, dan diridhoi Allah SWT. mengatasi masalah pendidikan dari Pra-TK sekolah menengah hingga perguruan tinggi.

Dalam bidang kesehatan Aisyiyah berupa Rumah Sakit, Rumah Bersalin, Badan Kesehatan Ibu dan Anak, dan Balai Pengobatan. Melalui Majelis Kesehatan dan Lingkungan Hidup Aisyiyah juga metakukan kampanye peningkatan kesadaran masyarakat dan penanggulangan penyakit berbahaya dan menular, penanggulangan HIV/AIDS dan NAPZA, bahaya merokok dan minuman keras, dengan menggunakan berbagi pendekatan dan bekerjasama dengan berbagi pihak, meningkatkan pendidikan dan perlindungan kesehatan reproduksi perempuan, menyelenggarakan pilot project sistem pelayanan terpadu antara lembaga kesehatan, dakwah sosial dan terapi psikologi Islami.

Di bidang agama, Aisyiyah memiliki program Majelis Tabligh. Majelis Tabligh memiliki visi menjadi organisasi dakwah yang dapat memberikan pencerahan kehidupan beragama untuk menjangkau masyarakat madani, dan didedikasikan untuk semua aspek kehidupan. Gerakan Dakwah Islam meningkatkan kesadaran beragama umat, mengembangkan materi, strategi dan media dakwah, serta meningkatkan kualitas da’i.

Perbedaan gender tidak terlalu menjadi masalah selama tidak ada ketidakadilan atau diskriminasi. Bagi laki-laki dan perempuan, ketidaksetaraan gender memanifestasikan dirinya dalam berbagai bentuk ketidakadilan. Kekerasan, stress, ketegangan, duplikasi atau lebih, dan sosialisasi peran gender berbobot ideologis, serta disparitas gender yang menyebabkan ketidakadilan ini jika merugikan baik laki-laki maupun perempuan. Muhammadiyah sebagai organisasi Islam yang cukup besar dan berpengaruh di Indonesia harus dilibatkan untuk memberikan gambaran tentang isu pemberdayaan perempuan.

Kesimpulan
Perempuan dan laki-laki memiliki hak yang sama untuk berpartisipasi, secara individu atau kolektif, dalam pembangunan masyarakat dan negara melalui masyarakat dan pemerintah. Baik laki-laki maupun perempuan dapat saling berkontribusi sesuai dengan porsi dan kemampuannya. Hal ini karena hakikat laki-laki dan perempuan adalah memiliki kapasitas masing – masing dan memiliki kesempatan yang sama untuk berkontribusi positif bagi kemajuan masyarakat dan bangsa.

Posisi Aisyiyah di Muhammadiyah adalah sebagai organisasi Muhammadiyah otonom yang didedikasikan untuk perjuangan wanita Muslim. Karena lembaga ini merupakan bagian horizontal dari organisasi Muhammadiyah, maka fungsi lembaga ini adalah sebagai mitra gerakan Muhammadiyah yang prinsip dan tujuannya tidak lepas dari induk organisasi. Aisyiyah adalah organisasi Muhammadiyah berdasarkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar yang berpedoman pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Daftar pustaka
Jajang K. (2011). Peran Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah dalam pemberdayaan politik perempuan. Skripsi. Fakultas Ilmu sosial. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Qodariah, L. (2016). Aisyiyah Organization and Social Change for Women. Journal of Education and Practice, 7, pp. 1-5.
Qodariah, L. (2016). Dinamika Organisasi ‘Aisyiyah dalam memperjuangkan misi pendidikan dan perubahan soial bagi kaum perempuan. Prosiding. Kolokium Doktor dan Seminar Hasil Penelitian Hibah Tahun 2016.
Abdul Munir Mulkham. 2010. 1 Abad Muhammadiyah. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Sari, Zamah dkk. 2011. Kemuhammadiyahan-UHAMKA. Jakarta: Uhamka Press.

*) Penulis adalah Mahasiswa Mata Kuliah Al Islam dan Kemuhammadiyahan Program Studi Magister Manajemen Direktorat Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang 

Nim : 202210280211014
Dosen : Dr. Romelah

 

 

No More Posts Available.

No more pages to load.