Ujian Kebangsaan Indonesia

oleh -
oleh

Oleh: Said Edy Wibowo

SuaraBojonegoro.com – Republik Indonesia genap berusia 77 tahun. Perjalanan bangsa ini sudah tergolong panjang, melewati berbagai pasang surut. Hampir di setiap era pemerintahan, muncul ujian besar berupa persoalan pelik yang dapat menjerumuskan bangsa pada titik nadir.

Di era kali ini, amuk pandemi covid-19 menerjang dunia tanpa melewatkan Indonesia. Lebih dari 157 ribu jiwa putra-putri bangsa melayang. Ribuan anak yang masih belia kehilangan orangtua.

Selama dua tahun lamanya kehidupan masyarakat terkungkung dalam pembatasan-pembatasan ketat. Jutaan orang mengalami penurunan pendapatan secara drastis, bahkan sampai kehilangan mata pencaharian. Proses belajar dan mengajar terganggu hingga mendisrupsi pencetakan sumber daya manusia unggul.

Kita patut bersyukur kini keadaan berangsur pulih. Berkat kepemimpinan yang efektif dalam penanganan pandemi, didukung semangat gotong royong dan persatuan masyarakat, bangsa ini mulai bangkit kembali.

Pandemi memang belum dinyatakan usai karena bayangan keganasan varian baru virus corona masih mengikuti. Meski begitu, ada harapan besar kemenangan atas covid-19 sudah dekat.

Harapan itu diperkuat dengan angka kematian akibat covid-19 yang rendah meski kasus baru infeksi korona melonjak.

Di sisi lain, ada bayangan persoalan baru di depan mata. Persoalan yang dapat menghambat terwujudnya tekad bangsa untuk pulih lebih cepat.

Pemerintah tengah menghadapi dilema yang disebabkan lonjakan harga energi akibat konflik berkepanjangan antara Rusia dan Ukraina. Subsidi harga energi yang terdiri dari bahan bakar minyak (BBM), elpiji, dan listrik dari hari ke hari membengkak.

Beban anggaran negara semakin berat oleh subsidi dan rawan jebol. Di lain pihak, pemerintah juga tidak begitu saja menaikkan harga BBM, elpiji, dan listrik demi memangkas subsidi.

Kenaikan harga energi sudah pasti akan mengganggu daya beli masyarakat. Kondisi yang menambah beban rumah tangga itu bakal lebih mudah dimanfaatkan untuk mengusik stabilitas politik.

Apalagi, Indonesia tengah menjalani tahun-tahun politik jelang Pemilu 2024. Tanpa ada tambahan risiko lonjakan inflasi pun, situasi sudah mulai menghangat.

Hiruk-pikuk politik jangan sampai menyandera iklim pertumbuhan perekonomian.
Pemerintah memerlukan dukungan politik agar beban subsidi yang memberatkan perekonomian nasional sedikit demi sedikit dikurangi.

Pengurangan subsidi mesti didahului sosialisasi yang masif sehingga tidak menimbulkan kekisruhan. Program kompensasi harus disiapkan secara matang agar tepat sasaran memberi bantalan ekonomi bagi kelompok masyarakat tidak mampu.

Kepemimpinan yang efektif disertai semangat persatuan dan gotong royong lagi-lagi diperlukan untuk mengatasi persoalan beban APBN. Seperti ujian-ujian besar lain yang pernah menghadang, kita yakin juga akan berhasil menundukkan ujian kali ini dan bangkit lebih kuat.

Dirgahayu Republik Indonesia

*) Guru Ekonomi MAN 5 Bojonegoro| Humas Kwarcab Bojonegoro

No More Posts Available.

No more pages to load.