Waspada Gerakan Radikalisme Yang Menyasar Perempuan

oleh -
oleh

Oleh: Said Edy Wibowo *)

SuaraBojonegoro.com – Aksi ekstrem radikal yang memiliki elemen kekerasan dan ancaman kekerasan kini bukan lagi hanya dominasi eksklusif para laki-laki. Perkembangan saat ini, mengejutkan terjadi pada peningkatan keterlibatan perempuan dalam kelompok radikal yang angkanya semakin meningkat.

Keterlibatan perempuan dalam aksi radikalisme dan terorisme sebenarnya bukan hal yang benar-benar baru. Catatan sejarah menunjukan keterlibatan perempuan sudah sering terjadi. Gerakan-gerakan radikal atau ekstrem pada beberapa tahun terakhir menunjukan gejala peningkatan aktivitas para perempuan. Selama puluhan tahun, perempuan terbukti lebih keras daripada laki-laki dalam hal terorisme. Di Indonesia, gerakan radikalisme oleh para perempuan memiliki ciri yang khas, yang mungkin tidak terdapat di gerakan-gerakan radikalisme di bagian lain di dunia ini. Perempuan di Indonesia menjadi subjek sekaligus objek yang terlibat dalam aksi terorisme. Sebagai objek, para perempuan terlibat karena peran keperempuanan mereka yang termanfaatkan (tereksploitasi) dan didukung oleh adanya hubungan suami isteri. Peran mereka disalahgunakan untuk mendukung dan melancarkan aksi terorisme yang dilakukan oleh suaminya atau jaringan terorisme tertentu yang memiliki keterkaitan dengan suami mereka sebagai pendukung atau pelaku teror.

Keterlibatan mereka sebagai objek masih sebatas pendukung aktif dan pasif. Ciri yang khas inilah yang justru membuat para perempuan di Indonesia lebih mudah terlibat di dalam gerakan radikalisme atau ekstremisme; bahwa mereka dituntut untuk patuh kepada suaminya. Doktrin agama yang memerintahkan isteri patuh kepada suami menjadi landasan para ekstremis pria mengajak para isterinya.

Fenomena khas ini sangat menarik, sekaligus merisaukan kita. Fenomena ini menyita perhatian masyarakat indonesia.
Meningkatnya gerakan radikalisme oleh para perempuan ini tentu saja sangat berbahaya dan berpotensi menyasar ke anak-anak, mengingat seorang ibu di dalam kesehariannya lebih dekat kepada anak-anak. Pola pemahaman yang keliru yang didapat oleh seorang ibu diluar, akan mudah disusupkan kepada anak-anak mereka, sehingga anak-anak akan menganggap pemahaman yang keliru menjadi sebuah kebenaran yang mutlak.

Salah satu faktor terpenting di dalam usaha pencegahan keterlibatan perempuan di dalam gerakan radikalisme adalah pengawasan aktivitas para perempuan itu di dalam mengikuti pengajian maupun kajian. Para perempuan harus diberi pemahaman dan nalar yang logis dan realistis atas narasi-narasi yang mereka dapatkan di pengajian-pengajian. Bahwa ada input besar juga dari media internet yang bisa mempengaruhi mereka, tetap saja yang utama adalah faktor interaksi mereka dengan sesama jamaah dan guru di pengajian. Interaksi secara langsung jauh lebih mempengaruhi dibandingkan dengan interaksi dengan media internet.

Para guru yang memberikan pengajaran juga selayaknya memahami bahwa tidak semua jamaah bisa menangkap maksud tersurat dan tersirat di dalam sebuah pelajaran. Maka seharusnya mereka juga lebih bijak dalam mengajar agama. Tidak sekedar bersikap keras – untuk memperoleh tepuk tangan karena dianggap berani – tetapi juga memahami bahwa sebuah ajaran kebaikan harus pula disampaikan secara baik, sehingga tidak memunculkan pemahaman yang keliru.

Satu hal yang juga penting adalah, kepada para isteri harus diberikan keyakinan bahwa tidak selalu apa yang diperintahkan oleh suami harus dipatuhi. Bukan berarti ini mengajak isteri melawan suaminya. Semestinya ada filter yang kuat dari seorang isteri untuk membaca perintah seorang suami. Sebab agama pasti melarang seorang isteri mematuhi dan menjalani perintah salah seorang suami.

Gerakan Pramuka harus mampu berbuat untuk antisipasi dan menetralisir upaya terjadinya radikalisme terhadap perempuan dan anak anak, gerakan pramuka harus mampu hadir dan memberikan pemahaman pada generasi muda, anak dan perempuan bahwa radikalisme adalah sebuah perbuatan yang salah. Kita pasti bisa bersama melawan radikalisme. Melawan gerakan radikalisme adalah bagian dari Bela Negara. (*)

*) Alumni Diklat Bela Negara KEMHAN RI Angkatan 1 2022, Humas Kwarcab Bojonegoro

No More Posts Available.

No more pages to load.