Jeritan Pedagang di TBS Bojonegoro yang Tergusur

oleh -
oleh

Reporter: Ciprut Laila

SuaraBojonegoro.com– Penertiban Bangunan di kawasan TBS (Taman Bengawan Solo) beberapa waktu lalu menyebabkan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berada di wilayah tersebut mengeluh, pasalnya mereka yang terkena gusur harus mencari tempat dan kembali mencari pelanggan baru.

Salah satu pedagang yang merupakan penjual kopi mengaku penggusuran dilakukan pada Rabu siang tepatnya pukul 13.00 WIB dengan menggunakan alat berat. Ia mengaku tidak bisa berbuat banyak dan mempertahankan tempatnya berjualan sehingga memilih untuk mencari tempat berjualan sementara.

“Yang jualan di situ digusur semua,” Ungkap Sholikah,” salah satu Pedagang di TBS, Jum’at (1/10/2021).

Penggusuran saat ini, bukan kali pertama baginya. Ia mengaku sebelumnya sudah pernah berjualan di sebelah barat, kemudian berpindah di TBS disebabkan penggusuran dan kali ini harus merelakan kembali tempatnya berjualan. Sementara Ia berjualan di tepi jalan tepat di bawah bangunan TBS yang sudah dirobohkan.

“Katanya mau dikasih tempat di Banjarejo tapi ya sama saja seperti ini, emperan di pinggir jalan tidak ada bangunan atau standarnya,” tambahnya.

Sholikah juga menceritakan bahwa dirinya juga memiliki banyak hutang namun belum bisa membayar disebabkan untuk biaya hiduo dan makan saja masih kesulitan.

“Saya punya utang dan belum bisa bayar, sekarang tidak ada yang di buat bayar, untuk makan saya saya kesulitan harus jualan peyek, kacang itupun kalau laku,” keluhnya.

Sementara itu, Siyok yang merupakan pemilik toko dewa-dewi menuturkan bahwa menurutnya rakyat kecil selalu menjadi korban, terlebih PKL (Pedagang Kaki Lima) yang selalu mendapat gusuran dan harus berpindah-pindah tempat.

“Jamanya PKL di alun-alun dipindah di Jalan Mastrip, dipindah lagi di Jalan jaksa Agung, dan kabarnya mau dipindah lagi di Jalan Hayam Wuruk, “jelasnya.

Siyok yang juga pernah menjadi PKL tersebut mengungkapkan keprihatinanya, Ia menjelaskan untuk mencari rizki bagi pedagang tidaklah mudah, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Hal tersebut dikarenakan pedagang yang menempati tempat baru harus kembali mencari pelanggan baru.

“Bagi saya pemimpin daerah yang paling buruk adalah saat ini,” tegasnya.

Sedangkan pedagang lain mengungkapkan kurang lebih sebanyak 40 PKL yang digusur. Sebelum penggusuran, Ia sudah meminta waktu satu minggu untuk pindahan jualan namun permintaan tersebut tidak di hiraukan.

Sudah berjualan selama 21 tahun di lokasi tersebut, awalnya membayar sewa namun kemudian pada kepemimpinan sebelum ini, kebijakan menggratiskan biaya sewa dengan persyaratan harus menjaga kebersihan.

“Saya sudah berjualan selama 21 tahun disini. Awalnya menyewa kemudian di kepemimpinan sebelum ini biaya sewa digratiskan dengan syarat tetap menjaga kebersihan, tapi sekarang tiba-tiba digusur minta waktu perpanjang tidak boleh,” ungkap pedagang lainnya. (Prut/Red)

No More Posts Available.

No more pages to load.